Pertempuran Ajnadain

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pertempuran Ajnadain
Bagian dari Penaklukan Suriah oleh Muslim
dan Peperangan Romawi Timur-Arab
Tanggal30 Juli 634
LokasiAjnadain
Hasil Kemenangan Khulafaur Rasyidin
Perubahan
wilayah
Selatan Suriah dan Palestina diambilalih Muslim[1]
Pihak terlibat
Bizantium Khulafaur Rasyidin
Tokoh dan pemimpin
Vardan
(Gubernur Emesa)
Cubicularius
Theodore
Khalid bin Walid
Amr bin Ash
Abu Ubaidah bin al-Jarrah
Syurahbil bin Hasanah
Yazid bin Abi Sufyan
Kekuatan
9,000[2] - 80,000[3]
(perkiraan modern)
90,000 - 100,000 [4]
(sumber utama)

15,000[5] - 20,000[6]
(perkiraan modern)

32,000 (Al-Waqidi)[7][8]
Korban
50,000 (Al-Waqidi),[7][8]
perkiraan modern.
575 (Al-Waqidi)[7][8]

Pertempuran Ajnadain (arab: معركة أجنادين), terjadi pada tanggal 30 Juli atau Agustus 634 (Jumadil awal atau II, 13 H),[9] lokasi pertempuran terletak di selatan Beit Guvrin di Israel sekarang, adalah pertempuran besar antara Kekaisaran Romawi Timur (atau Bizantium) dan tentara Khalifah Rasyidin. Hasil pertempuran itu adalah kemenangan penting bagi pihak Muslim. Rincian dari pertempuran ini sebagian besar diapatkan melalui sumber-sumber Islam, seperti al-Waqidi

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Setelah penaklukan Muslim atas kota Bosra di Yordania sekarang, mata-mata dari komandan mereka, Shurahbil bin Hassana, datang dari Ajnadain dengan informasi bahwa pasukan Byzantium akan berkumpul di sana. Pada saat itu Yazid berada di sebelah selatan Sungai Yarmuk; Amr bin Al Aas masih di Lembah Araba, dan beberapa korps pasukan Abu Ubaidah dan Shurahbil tersebar di daerah Hauran. Khalid ibn al-Walid, komandan pasukan Muslim, menulis kepada semua komandan untuk berkumpul dan memusatkan kekuatan di Ajnadain. Tindakan ini tepat adanya. Pasukan Romawi, saat itu, masih merasa mereka hanya berhadapan dengan bandit-bandit lokal Arab, sehingga mereka hanya mengorganisir pasukan lokal untuk menghadapinya. Bagi tentara Muslim Arab, ini dianggap ancaman dari Kaisar Heraklius, harus diatasi jika mereka ingin melanjutkan penguasan wilayah lebih lanjut ke Suriah. Pada minggu ketiga bulan Juli 634, tentara Muslim berbaris dari Bosra. Kaum muslimin butuh waktu seminggu untuk mengumpulkan tentara mereka di Ajnadain sementara untuk pasukan Romawi, membutuhkan waktu dua bulan. Tentara Arab terdiri dari sampai dengan 20.000 orang, sementara tentara Romawi sampai 100.000 orang.

Pertempuran[sunting | sunting sumber]

Sebelum memulai pertempuran, kedua pasukan itu berbaris, dengan membelakangi kemah mereka. Kaum Muslim, dan mungkin juga pasukan Romawi, dibagi menjadi tiga divisi dengan sayap kiri dan sayap kanan. Mu'adh bin Jabal memipin pasukan Muslim di lini tengah; Sa'id Ibnu 'Amir sayap kiri; dan Abdu'l-Rahman bin Abu Bakar, putra khalifah Abu Bakar, sayap kanan. Shurahbil memimpin kekuatan penting di sayap kiri, tetapi nama orang yang memimpin kekuatan di sayap kanan tidak diketahui. Di belakang lini tengah, yang membentengi kemah pasukan Muslim, terdapat pasukan cadangan yang dipimpin oleh Yazid. Pemanah Muslim hari itu juga diperintahkan untuk menembak secara serentak tidak menembak secara sendiri-sendiri. Khalid, Amr, para jago-jago Muslim dan para pemimpin senior lain berada di tengah. Para Muslimah, juga diarahkan untuk mempertahankan kamp jika diperlukan. Sebelum awal pertempuran, Khalid dilaporkan mendatangi berbagai unit pasukannya, berbicara kepada komandan dan pasukannya, katanya:

"Ketahuilah, wahai Muslim, bahwa kalian belum pernah melihat seorang tentara Romawi seperti yang kalian lihat sekarang. Jika Allah mengalahkan mereka dengan tangan kalian, mereka tidak pernah akan lagi berdiri terhadap Anda. Jadi taguhlah dalam pertempuran dan pertahankan iman kalian. Jangan membelakangi musuh, atau nerakalah yang akan menjadi tempat kalian [pada Hari Kiamat]. Waspadalah dan kukuh dalam barisan kalian, dan jangan mulai menyerang sebelum aku memberikan perintah."

Hari 1[sunting | sunting sumber]

Sebelum pertempuran dimulai, komandan kedua pasukan berusaha meningkatkan semangat para pasukan, sementara itu pengintaian terus berlangsung pada kedua sisi. Menurut legenda, seorang uskup mencoba untuk meminta pasukan Muslim mundur dari pertempuran. Khalid membalas dengan memberikan tiga pilihan; Masuk Islam, bayar jizyah (pajak), atau pedang. Legenda lain bercerita tentang Dharar Ibn al Azwar, seorang pemungut cukai bekas tapi yang sekarang seorang prajurit terkenal, memata-matai posisi tentara Romawi dan membunuh orang-orang yang berusaha mengejar dia. Dharar segera memainkan peran penting dalam pertempuran.

Pasukan Romawi gelombang pertama, pasukan pemanah dan katapel, menembaki tentara Muslim, mencoba untuk memecah dan menurunkan semangat lawan. Tapi pasukan Muslim berdiri teguh dan tidak membalas tembakan seperti yang diperintahkan. pada fase pertama ini, beberapa orang di pihak Muslim tewas, sementara banyak yang terluka. Khalid sekarang memutuskan untuk membiarkan jago-jagonya masuk ke pertempuran untuk berduel melawan jago-jago dari sisi Romawi. Dalam duel ini pasukan Islam mendapatkan keuntungan, dan itu berguna untuk membunuh sebanyak mungkin perwira Romawi dan akan melemahkan tentara Romawi. Dharar Ibn al Azwar maju sebagai yang pertama. Dharar dikenal sebagai "pejuang setengah telanjang" karena ia sering bertengkar tanpa baju dan baju besi, tetapi kali ini ia maju ke depan dalam baju besi lengkap dan perisai yang dilapisi kulit gajah, yang diambil dari prajurit Romawi yang tewas, untuk melindungi dirinya dari panah lawan. Dia kemudian menantang beberapa jago-jago Romawi.

Sebagai beberapa jago-jago pedang dari Romawi maju untuk menjawab tantangan Dharar, ia kemudian membuka bajunya dan tentara Romawi langsung mengenalnya sekaligus sebagai "pejuang setengah telanjang". Dalam beberapa sumber-sumber muslim ia diceritakan mengalahkan beberapa jago-jago Romawi yang menjawab tantangannya, termasuk gubernur Tiberias dan Amman. Diceritakan kemudian bahwa 10 perwira datang dan bergerak ke arah Dharar. Khalid bin Walid mengirim 10 anak buahnya, dan berlari masuk ke perkelahian, mencegat dan membunuh orang-orang dari tentara Romawi. Kemudian, lebih banyak jago-jago maju dari kedua belah pihak, secara individu maupun dalam kelompok. Secara bertahap, duel meningkat dalam jumlah dan terus selama beberapa jam, di mana pemanah dan para pasukan katapel-katapel Romawi tidak aktif. Saat duel ini masih sedang berlangsung, Khalid memerintahkan serangan besar. Pertarungan berlangsung sengit, dan terus demikian sampai matahari terbenam. Tidak ada pemenang yang jelas setelah pertumpahan darah selama berjam-jam, dan kedua pasukan berada di tempat yang sama, siap untuk melanjutkan pertarungan.

Hari 2[sunting | sunting sumber]

Theodorus berencana untuk membunuh Khalid. Namun, nasib tidak berpihak padanya. Ia menantang Khalid untuk berduel tanpa pedang, ia menerjang Khalid dan menahannya dan pada saat yang sama meminta kepada 10 Tentara Romawi untuk datang membantunya. 10 orang muncul dan berlari ke arahnya. Khalid berpikir bahwa Dharar akhirnya bertemu tandingannya yang tepat. Kelompok tersebut semakin dekat, namun, Theodorus melihat bahwa pemimpin ini "pasukan Romawi" telanjang setengah badan, ialah Dharar yang mengenakan pakaian dan baju besi dari Roma, kemudian melepas pakaian dan kembali setengah telanjang. Theodorus tampaknya dibunuh tampaknya oleh "Dharar yang menakutkan".

Dengan Tentara Romawi kehilangan komandan mereka, kebingungan berlangsung setelah penyergapan yang gagal. Pasukan Muslim melihat kesempatan untuk menyerang. Mereka segera melakukannya dan menyerang dengan brutal dan tanpa ampun. Namun tentara Romawi yang sekarang di posisi yang kurang menguntungkan, belum mundur. Khalid sekarang menggunakan cadangan pasukan terakhir di bawah Yazid untuk turun ke medan pertempuran, setelah terjadi keputusasaan dalam mengakhiri pertumpahan darah ini. Pertahanan Tentara Romawi akhirnya runtuh.

Pertempuran menelan korban besar di kedua belah pihak, dengan lebih banyaknya veteran Muslim yang tewas dalam pertempuran ini daripada dalam pertempuran lain di penaklukan Suriah. Bahkan sampai dengan hari ini, orang dapat menemukan banyak batu nisan yang berasal dari saat itu. Banyak tentara Romawi berhasil kabur, dalam tiga arah: beberapa lari menuju Gaza, yang lain menuju Jaffa, dan kelompok terakhit - jumlah yang terbesar ­- menuju Yerusalem. Khalid segera meluncurkan beberapa resimen kavaleri untuk mengejar mereka sekaligus pada ketiga rute, dan di tangan kavaleri ini korban tentara Romawi bahkan lebih banyak daripada dua hari pertempuran di dataran Ajnadain.

Akhir Pertempuran[sunting | sunting sumber]

Setelah pertempuran Ajnadain, tentara Rasyidin menaklukkan seluruh Palestina dan sebagian besar daerah Suriah, termasuk Damaskus (setelah dua pengepungan yang berlangsung dalam waktu terpisah). Kaisar Heraklius kemudian menyadari bahwa serangan Arab lebih dari sekadar penyerangan semata, tetapi lebih merupakan serangan untuk memperluas wilayah. Heraklius, yang berada di Emesa pada saat itu, melarikan diri ke Antiokhia setelah mendengar berita tentang hasil pertempuran itu.

Pada musim semi tahun 636, Romawi mengirimkan pasukan kekaisaran melawan Arab, dan tidak lagi mengandalkan kekuatan lokal untuk menangani masalah ini. Menyadari harga yang besar atas kemenangan di Ajnadain melawan kekuatan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tentara yang kini berbaris melawan dia, Khalid menarik semua pasukan Muslim di selatan. Dikejar oleh Tentara Romawi, Khalid berhenti di Sungai Yarmouk dan akhirnya bertempur.

Dalam Pertempuran Yarmuk, Khalid Ibn al-Walid sekali lagi melawan Romawi, kali ini di bawah pimpinan Theodore Sacellarius dan Baänes. Kemenangan ini lebih mengarah pada penaklukan Muslim atas Palestina dan Suriah, yang kemudian segera menjadi pusat peradaban Islam.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Irfan Shahid (1996). Review of Walter E. Kaegi (1992), Byzantium and the Early Islamic Conquests. Journal of the American Oriental Society 116 (4), p. 784.
  2. ^ D. Nicolle, Yarmuk 636 AD - The Muslim Conquest of Syria, p. 43: gives 9,000-10,000
  3. ^ Edward Gibbon put them at around 80,000.
  4. ^ Muslim sources such as Al-Waqidi placed the army's strength at around 90,000 - 100,000.
  5. ^ D. Nicolle, Yarmuk 636 AD - The Muslim Conquest of Syria, p. 43: gives 15,000-18,000
  6. ^ David Morray "Ajnadain, battle of" The Oxford Companion to Military History. Ed. Richard Holmes. Oxford University Press, 2001. Oxford Reference Online. Oxford University Press: gives 20,000.
  7. ^ a b c Al-Waqidi, Book 1, page 42.
  8. ^ a b c Lieutenant-General Agha Ibrahim Akram (1970). The Sword of Allah: Khalid bin al-Waleed, His Life and Campaigns, page 467. Nat. Publishing House. Rawalpindi. ISBN 978-0-7101-0104-4.
  9. ^ Gibb 1986, hlm. 208.