Penyakit arteri perifer

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Peripheral artery disease
Sebuah ulkus insufisiensi arteri pada seseorang dengan penyakit arteri perifer berat[1]
Informasi umum
Nama lainPeripheral vascular disease (PVD), peripheral artery occlusive disease, peripheral obliterative arteriopathy
SpesialisasiRadiologi intervensi, operasi pembuluh darah
PenyebabAterosklerosis, kejang arteri
Faktor risikoPerokok, diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dalam darah.
Aspek klinis
Gejala dan tandaNyeri kaki saat berjalan yang sembuh dengan istirahat, ulkus kulit, kulit kebiruan, kulit dingin
KomplikasiInfeksi, amputasi
DiagnosisAnkle-brachial index < 0.90, duplex ultrasonografi, angiografi
PerawatanBerhenti merokok, terapi latihan dengan pengawasan, operasi
PengobatanStatin, inhibitor ACE, cilostazol
Distribusi dan frekuensi
Prevalensi155 juta (2015)
Kematian52,500 (2015)

Penyakit arteri perifer (bahasa Inggris: peripheral artery disease) adalah penyakit penumpukan pada arteri yang membawa darah ke kepala, organ, dan anggota tubuh lain. Plak terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium, jaringan fibrosa, dan zat lain dalam darah.[2] Penyakit arteri perifer biasanya menyerang arteri pada kaki, baik pada satu kaki maupun kedua kaki secara bersamaan. Meski demikian biasanya rasa nyeri terasa lebih buruk pada satu kaki.[3] Selain itu kondisi ini juga dapat memengaruhi arteri yang membawa darah dari jantung ke kepala, lengan, ginjal, dan perut. Penyakit arteri perifer sering memengaruhi arteri kaki, namun juga bisa berdampak pada arteri yang mengalirkan darah dari jantung menuju kepala, lengan, ginjal, dan perut.[4]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Penyakit ini disebabkan karena:

Arterosklerosis[sunting | sunting sumber]

Arterosklerosis yakni penyumbatan pembuluh darah yang terjadi pada daerah tubuh tertentu. Penyempitan ini disebabkan oleh timbunan lemak pada dinding arteri yang berasal dari kolesterol atau zat buangan lain (artheroma). Akibatnya kaki terasa sakit, terutama saat berjalan (klaudikasio).[5] Biasanya penyumbatan ini bisa bertahap dari sumbatan ringan sampai hampir dari seluruh lubang pembuluh darah tersumbat. Arterosklerosis yang terjadi di pembuluh darah jantung biasanya akan menyebabkan penyakit jantung koroner atau serangan jantung, namun jika terjadi pada daerah perifer seperti kaki atau tungkai bawah dinamakan penyakit arteri perifer.[6] Dari waktu ke waktu, plak ini akan menggumpal dan mempersempit arteri. Hal ini dapat membatasi aliran oksigen dalam darah menuju organ tubuh dan bagian anggota tubuh lainnya.

Inflamasi pembuluh darah[sunting | sunting sumber]

Inflamasi pembuluh darah seperti trauma fisik pada daerah tungkai, anomali anatomis dari ligamen dan otot serta paparan radiasi yang berlebihan semasa hidup penderita.[7]

Faktor risiko[sunting | sunting sumber]

Beberapa faktor risiko penyakit arteri perifer, antara lain:

  • Perokok aktif
  • Diabetes
  • Memiliki tekanan darah tinggi[8]
  • Obesitas (IMT diatas 30)
  • Usia diatas 50 tahun
  • Memiliki kadar kolesterol tinggi
  • Pasien dengan infeksi HIV[9]
  • Riwayat penyakit jantung dan stroke serta riwayat penyakit arteri perifer pada keluarga
  • Tingginya kadar homosistein dalam darah (homosistein adalah protein yang membantu membuat dan mempertahankan jaringan dalam tubuh).

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Terdapat beberapa cara untuk mendiagnosis penyakit ini diantaranya:

  • Ankle - brachial index: tes paling umum untuk penyakit ini adalah membandingkan tekanan darah di pergelangan kaki dengan tekanan darah di lengan.
  • Pemindaian ultrasond, angiografi, dan tes darah: tes ini juga dapat memeriksa kadar kolesterol, homocysteine dan protein C-reaktif.
  • Pencitraaan Doppler dan ultrasound (Dupleks): metode non invasif yang memvisualisasikan arteri dengan gelombang suara dan mengukur aliran darah di arteri untuk menunjukkan adanya penyumbatan.
  • Computed tomographic angiography (CT): tes non-invasf lain yang menggambarkan arteri perut, panggul, dan kaki pasien. tes ini berguna pada pasien dengan alat pacu jantung atau stent.
  • Magnetik Resonansi angiografi (MRA) : memberikan informasi serupa dengan yang dihasilkan oleh CT scan, tetapi tanpa perlu sinar-X.
  • Angiografi : biasanya dicadangkan untuk digunakan bersama dengan prosedur perawatan vaskular. Selama angiogram, agen kontras disuntikkan ke dalam arteri dan sinar-X diambil untuk menunjukkan adanya penyumbatan yang mungkin ada.[10]

Gejala[sunting | sunting sumber]

Penyakit arteri perifer pada kaki

Gejala atau tanda penyakit arteri perifer yakni:

  • Kram menyakitkan pada salah satu atau kedua pinggul, paha, atau otot betis setelah melakukan aktivitas tertentu, seperti berjalan atau menaiki tangga (klaudikasio)
  • Mati rasa pada kaki
  • Rasa dingin di tungkai bawah atau kaki, terutama jika dibandingkan dengan sisi lain
  • Sering kesemutan[11]
  • Luka pada jari kaki, telapak kaki atau bagian kaki yang tidak kunjung sembuh
  • Perubahan warna kaki
  • Rambut rontok atau pertumbuhan rambut lebih lambat di bagian kaki
  • Pertumbuhan kuku kaki lebih lambat
  • Kulit mengkilap pada kaki
  • Disfungsi ereksi pada pria.
  • Tidak ada denyut nadi atau nadi lemah di kaki atau kaki.[12]

Pengobatan[sunting | sunting sumber]

Penderita dengan gejala yang ringan umumnya tidak memerlukan pengobatan karena dapat diperbaiki dengan mengganti dengan gaya hidup sehat. Pemberian obat-obatan tertentu bisa diberikan untuk meredakan gejala dan mencegah penyakit ini semakin parah. Tujuan pemberian obat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah,[13] mencegah terbentuknya gumpalan darah, serta memperlebar pembuluh darah serta mengurangi komplikasi serius seperti stroke & serangan jantung.

Penderita penyakit arteri perifer dengan gejala berat, bisa diobati dengan angioplasti, yakni sebuah prosedur yang menggunakan kateter untuk menghilangkan plak yang menumpuk dan memperlebar pembuluh darah. Kateter tersebut dimasukkan ke nadi, kemudian diarahkan ke pembuluh darah yang tersumbat. Balon yang ada di ujung kateter akan dikembangkempiskan untuk mendorong plak dari pembuluh darah. Cara ini akan memungkinkan darah mengalir dengan lebih baik. Dokter juga bisa memasangkan stent (cincin atau ring) untuk mencegah pecahnya pembuluh darah. Selain angioplasti, pilihan lainnya untuk mengobati penyakit arteri perifer adalah operasi bypass, di mana pembuluh darah dari bagian tubuh lain dicangkok dan digunakan untuk mengalihkan rute aliran darah.[14]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Cara mencegah penyakit arteri perifer yakni dengan menjaga gaya hidup sehat, diantaranya:

  • Tidak merokok.
  • Menjaga kadar gula darah, lemak darah, dan tekanan darah supaya tetap stabil.
  • Berolahraga secara teratur yakni 30-45 menit per hari, 3-5 hari dalam seminggu.
  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol.
  • Mengonsumsi makanan yang bergizi dan rendah lemak.
  • Menjaga berat badan tetap ideal.[15]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Moore, Jonathan (1 September 2008). "Creating the Ideal Microcosm for Rapid Incorporation of Bioengineered Alternative Tissues Using An Advanced Hydrogel Impregnated Gauze Dressing: A Case Series". The Foot & Ankle Journal. doi:10.3827/faoj.2008.0109.0002alt=Dapat diakses gratis. 
  2. ^ "Peripheral Artery Disease | National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI)". www.nhlbi.nih.gov. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  3. ^ "Penyakit Penyakit Arteri Perifer - Gejala, Penyebab, Pengobatan - Klikdokter.com". www.klikdokter.com. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  4. ^ "Penyakit peripheral arterial : Gejala, Penyebab, dan Pengobatan". Hello Sehat. 2016-11-11. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  5. ^ Sindonews.com, Agregasi (2017-05-11). "Aliran Darah Tersumbat, Kenali Gejala Penyakit Arteri Perifer". Okezone.com. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  6. ^ "Peripheral arterial disease (PAD)". nhs.uk (dalam bahasa Inggris). 2017-10-23. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  7. ^ "Penyakit Arteri Perifer - Gejala, Cara Menangani, dan Obat". HonestDocs. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  8. ^ "Penyakit Arteri Perifer (PAP)". Halodoc. 2019-11-22. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  9. ^ general_alomedika (2018-05-28). "Peningkatan Risiko Penyakit Arteri Perifer pada Infeksi HIV". Alomedika. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  10. ^ "Peripheral artery disease: Symptoms, treatments, and causes". www.medicalnewstoday.com (dalam bahasa Inggris). 2018-01-22. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  11. ^ Anna, Lusia Kus (ed.). "Kaki Sering Kesemutan Bisa Jadi Tanda Penyakit Arteri Perifer". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  12. ^ "Peripheral artery disease (PAD) - Symptoms and causes". Mayo Clinic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-29. 
  13. ^ CDC (2019-12-09). "Peripheral Arterial Disease (PAD) | cdc.gov". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-29. 
  14. ^ "Penyakit Arteri Perifer". SehatQ. Diakses tanggal 2020-06-29. 
  15. ^ "Penyakit Arteri Perifer". Alodokter. 2017-02-07. Diakses tanggal 2020-06-29.