Pembicaraan:Gedung Merdeka

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gedung Merdeka merupakan salah satu gedung bersejarah yang terletak di pusat kota Bandung tepatnya di Jalan Asia Afrika No.65 Bandung. Gedung Merdeka pernah digunakan sebagai tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika pada tanggal 18-24 April 1955. Selain itu juga pernah digunakan sebagai tempat sidang-sidang sekaligus Sekretariat Konstituante pada tahun 1956 sampai dengan tahun 1959. Kantor Badan Perancang Nasional, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Tahun 1960-1965, Konferensi Islam Asia-Afrika pada Tahun 1965, dan pertemuan-pertemuan lain yang bersifat nasional maupun internasional.

Pada mulanya gedung ini merupakan bangunan sederhana yang didirikan pada tahun 1895 dan berfungsi sebagai warung kopi. Seiring dengan makin banyaknya orang Eropa terutama orang Belanda yang bermukim di kota Bandung, ditambah dengan semakin meningkatnya kegiatan mereka dalam bidang ekonomi seperti di bidang perkebunan, industri dan pemerintahan, maka diperlukan tempat untuk rekreasi yang sesuai dengan budayanya. Kebutuhan rekreasi itu antara lain terpenuhi dengan adanya gedung tersebut yang sering diperbaharui dan semakin lama makin diperluas sesuai dengan keperluan.

Pembaharuan secara besar-besaran dilakukan pada tahun 1920 dan 1928, hasilnya adalah Gedung Merdeka sekarang yang megah bergaya Romawi dan sejumlah bahan bangunannya (marmer, lampu hias kristal) didatangkan dari Eropa. Arsitek pembangunan Gedung Merdeka ini adalah Van Gallen last dan C.P. Wolff Shoemaker, guru besar arsitektur di Technische Hogeschool (THS) yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Gedung yang luasnya 7500 m2 ini dikelola oleh organisasi Sociteit Concordia yang anggota-anggotanya terdiri kalangan elit Eropa yang bermukim di kota Bandung dan sekitarnya, terutama pengusaha perkebunan dan perwira-perwira militer. Di gedung ini terdapat ruang besar (ruang utama) tempat pertunjukan kesenian atau pertemuan, rumah makan, rumah bola (tempat bermain bilyard) dan lain-lain. Kadang-kadang ruang utamanya disewakan bagi pertemuan umum dan pertunjukan kesenian.

Persatuan Sandiwara Braga sering menyewa ruang utama ini. Pada masa pendudukan militer Jepang (1942-1945) digunakan sebagai Pusat Kebudayaan dengan sebutan Dai Toa Kaikan. Namun pada kenyataannya hanya dipakai untuk kesenian, pertemuan dan kegiatan rekreasi lainnya. Pada masa revolusi (1946-1950) pernah dijadikan markas oleh para pejuang Republik Indonesia, tempat kegiatan pemerintahan Kota Bandung setelah Kota Bandung di bagi dua: bagian Utara dibawah kekuasaan Tentara Sekutu dan bagian Selatan dibawah kekuasaan RI dengan batas jalan kereta api (Desember 1945 - Maret 1946) selain itu juga berfungsi sebagai gedung tempat rekreasi yang dikelola oleh Sociteit Concordia pada masa pendudukan tentara Belanda dan pemerintah Haminte Bandung.

Menjelang Konferensi Asia Afrika, gedung ini diambil oleh pemerintah dan dipersiapkan untuk dijadikan tempat konferensi (1954). Presiden Soekarno mengganti nama ini dari Sociteit Concordia menjadi Gedung Merdeka, takala meninjau kesiapan gedung ini sebagai tempat konferensi (17 April 1955). Sejak 24 April 1980 Gedung Merdeka ini juga dijadikan Museum Konferensi Asia Afrika sebagai acara puncak peringatan ke-25 tahun Konferensi Asia Afrika. Saat ini dipakai pula sebagai Sekretariat Pusat Penelitian serta Pengkajian Masalah Asia Afrika dan Negara-negara berkembang yang berada dibawah Departemen Luar Negeri RI. Kegiatannya antara lain mengadakan ceramah, diskusi serta perpustakaan. Pemeliharaan fisik gedung sendiri dilaksanakan oleh Pengelola Gedung Merdeka yang berada dibawah Pemerintahan Daerah Propinsi Jawa Barat.