Pembebasan Prancis
![]() | Artikel ini perlu dikembangkan dari artikel terkait di Wikipedia bahasa Inggris. (April 2025)
klik [tampil] untuk melihat petunjuk sebelum menerjemahkan.
|
| ||||||||||||||||||||||
Pembebasan Perancis adalah upaya diplomasi, politik, dan militer gabungan dari pasukan Sekutu, pasukan Prancis Merdeka, dan Perlawanan Prancis selama masa Perang Dunia II untuk membebaskan Prancis dari invasi Jerman Nazi. Prancis merupakan salah satu negara terpenting yang diduduki Jerman selama empat tahun (1940-1944) dengan kontribusi pada perekonomian perang Jerman, tenaga kerja paksa, sumber daya alam, dan deportasi penduduk Yahudi.[1]
Pada Mei 1940, Jerman Nazi menginvasi Prancis melalui Ardennes dan menguasai bagian barat dan utara hingga mengakibatkan jatuhnya Prancis. Republik Prancis Ketiga bubar, dan kekuasaan jatuh ke tangan Marsekal Philippe Pétain, pahlawan Perang Dunia I yang saat itu menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Prancis. Prancis menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Jerman dan Italia. Kemudian Pétain membentuk pemerintahan otoritarian di Vichy, di bagian selatan zona bebas. Prancis Vichy menjadi kolaborator Nazi yang secara aktif mendeportasi penduduk Yahudi dan membantu pasukan Jerman dalam pertempuran di wilayah Prancis yang diduduki dan Afrika.[2]
Sementara itu, pada 18 Juni 1940, Jenderal Charles de Gaulle berpidato melalui Radio BBC di London dan mengajak warga Prancis untuk melawan Jerman. Inggris mengakui dan mendanai Pasukan Kemerdekaan Prancis yang dipimpin de Gaulle di pengasingan di London. Upaya pembebasan Prancis dimulai pada musim gugur tahun 1940 di wilayah jajahan Prancis di Afrika, yang masih dikuasai rezim Vichy. Pada akhir 1940 dan 1941 muncul gerakan-gerakan akar rumput independen di Prancis yang menentang pendudukan Jerman dan Nazisme.[3] Jenderal de Gaulle membujuk Chad Prancis untuk mendukung Prancis Merdeka, dan pada tahun 1943 sebagian besar koloni Prancis lainnya di Afrika Khatulistiwa dan Afrika Utara mengikutinya. De Gaulle mengumumkan pembentukan Dewan Pertahanan Kekaisaran di Brazzaville, yang menjadi ibu kota Prancis Merdeka.
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Pertempuran Prancis
[sunting | sunting sumber]
Prancis mendeklarasikan perang terhadap Jerman sesaat setelah Jerman menginvasi Polandia pada 1 September 1939. Meski demikian, pasukan Prancis menunggu selama 8 bulan untuk mempersiapkan serangan ke Jerman. Pada 10 Mei 1940, Jerman menginvasi Negara Rendah dengan membombardir Belgia dan Belanda dari udara dan serangan dari darat. Pasukan gabungan Britania Raya dan Prancis merespons dengan upaya mempertahankan Belgia dan Belanda. Hal ini sudah diantisipasi Hitler sebelumnya. Sementara prajurit Britania Raya dan Prancis sudah memasuki belgia, pasukan Jerman dengan cepat bergerak memecah pasukan Prancis dari sekutu Britania Raya dengan menginvasi Ardennes yang memiliki pertahanan lemah. Pasukan Sekutu terbagi dalam dua front di Prancis dan Belgia. Sementara pasukan Jerman relatif mudah membelah pertahanan pasukan Sekutu di Prancis. [2]
Pasukan Britania Raya-Prancis semakin terdesak karena serangan pasukan Panzer Jerman yang merangsek hingga ke Selat Inggris dan mengepung tentara Sekutu. Komandan Pasukan Ekspedisi Britania memutuskan untuk menyelamatkan pasukan melalui Operasi Dinamo di Dunkirk; hal yang dianggap pengkhianatan oleh pihak Prancis. Ditinggalkan sebagian pasukan Sekutu, Prancis dalam kondisi compang-camping untuk mempertahankan wilayahnya. Jerman menyerang Paris pada 9 Juni dan pada 13 Juni kota itu ditinggalkan pemerintahnya yang mengungsi ke Bordeaux.
Sementara sebagian wilayah Prancis diduduki Jerman, pemerintah Prancis memperdebatkan apakah mereka sebaiknya memutuskan untuk gencatan senjata dengan Jerman, menyerang dari Afrika Utara, atau menyerah. Perdana Menteri Paul Reynaud berargumen mereka tetap harus melawan, tetapi sebagian besar pejabat pemerintah memilih sebaliknya. Paul Reynaud mengundurkan diri dan Presiden Albert Lebrun mengangkat Marsekal Philippe Pétain sebagai penggantinya pada 16 Juni 1940.[4]
Prancis mengirim Jenderal Charles Huntziger sebagai delegasi untuk perundingan gencatan senjata dengan Jerman. Pada 22 Juni 1940 pemerintah Prancis akhirnya menandatangani gencatan senjata dengan Jerman dan Italia, meskipun sebagian syaratnya merugikan Prancis. Salah satu syaratnya adalah Prancis harus membayar biaya pendudukan sebesar 18 juta RM per hari. Pada 9 Juli 1940, parlemen Prancis memutuskan untuk membubarkan Republik Prancis Ketiga dan memberi mandat dan kekuasaan luar biasa pada Philippe Pétain. Pétain merespon dengan membentuk rezim otoritarian Prancis Vichy.[4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Boldorf, Marcel; Scherner, Jonas (2012). "France's Occupation Costs and the War in the East: The Contribution to the German War Economy, 1940—4". Journal of Contemporary History. 47 (2): 291–316. ISSN 0022-0094.
- ^ a b Sheffield, Gary (2011-03-30). "The Fall of France". BBC History (dalam bahasa Inggris (Britania)). Diakses tanggal 2025-03-28.
- ^ Evans, Martin (2018-08-08). "'The French Resistance' by Olivier Wieviorka review". History Today (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-03-28.
- ^ a b Boissoneault, Lorraine (2017-11-07). "Was Vichy France a Puppet Government or a Willing Nazi Collaborator?". Smithsonian Magazine (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-03-29.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Jackson, Julian (2004). The fall of France: The Nazi invasion of 1940. Oxford University Press. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)