Pasemon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Pasemon adalah istilah umum di kalangan masyarakat Jawa yang merujuk kepada teknik gaya berbahasa yang mirip dengan Alusio, yaitu memperbandingkan satu objek dengan objek lainnya dengan cara semu, halus, dan tidak langsung. Pada masa lalu, pasemon disampaikan dengan memasukkan nasihat-nasihat atau petuah yang berguna. Karena pasemon menggunakan unsur simbol, maka yang membaca atau mendengarkan diharapkan dapat memahami makna dari simbol-simbol yang disampaikan itu. Selain nasihat, pasemon tak jarang digunakan untuk menyampaikan sindiran dari seseorang untuk orang lain atau banyak orang karena dianggap telah melewati batas etika.[1][2]

Ketika prahara dalam tubuh Partai Demokrat yang memunculkan konflik antara mantan ketuanya, Anas Urbaningrum dengan Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Majelis Tinggi, Anas kerap menyampaikan pasemon melalui akun jejaring sosial Twitter miliknya menggunakan simbol-simbol seperti tokoh pewayangan yang merepresentasikan keadaan yang sedang terjadi saat itu.

Contoh pasemon[sunting | sunting sumber]

  • Sudah dua hari ia tidak terlihat "batang hidungnya" (batang hidung mewakili pribadi seseorang)
  • Sengkuni datang menabuh genderang perang (tokoh Sengkuni dikenal sebagai pemecah belah yang akan menciptakan perseteruan dua pihak)

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Pengertian.info: Pasemon, diakses 14 Juni 2017
  2. ^ Baltyra: Pasemon, komunikasi gaya Jawa Diarsipkan 2017-11-07 di Wayback Machine., diakses 14 Juni 2017