Paroki Santo Josef Freinademetz, Telok

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Paroki Santo Josef Freinademetz, Telok
1°27′12″S 113°06′34″E / 1.453333°S 113.109444°E / -1.453333; 113.109444
(1°27'12.0"S 113°06'34.0"E)[1]
LokasiDesa Telok Katingan Tengah, Katingan, Kalimantan Tengah
Sejarah
Didirikan17 April 1987[2]
DedikasiSanto Josef Freinademetz
Administrasi
KeuskupanKeuskupan Palangka Raya
Imam yang bertugasPastor Dominikus Kefi, SVD

Paroki Santo Josef Freinademetz Telok merupakan suatu paroki dari Gereja Katolik Roma di Keuskupan Palangka Raya. Pusat Paroki Telok-Katingan terletak di Desa Telok, sekitar 145 km dari Palangka Raya, di Kecamatan Katingan Tengah, Kabupaten Katingan - Kalimantan Tengah; lokasinya persis di tepi Sungai Katingan, tempat pertemuan kedua anak sungainya, yang mana di seberangnya adalah Desa Tumbang Samba. Paroki Telok merupakan pemekaran dari Paroki Santa Perawan Maria, Katedral Palangka Raya sejak tahun 1987, dikhususkan untuk melayani umat Katolik di bagian hulu Sungai Katingan. Kemudian pada 1 April 2006 Paroki Telok memekarkan Paroki Maria Bunda Karmel, Kasongan.[3]

Wilayah Paroki Telok sangat luas, Sungai Katingan merupakan jalur utama untuk mengunjungi stasi-stasi di sepanjang sungai; waktu tempuh untuk mengunjungi stasi antara 6 jam sampai satu setengah hari. Hasil dari kolekte umat tidak cukup untuk membiayai perjalanan pastoral sehingga paroki ini belum dapat mandiri dan masih mengandalkan subsidi dari tarekat Serikat Sabda Allah (SVD) dan dari keuskupan.[3] Para suster SSpS juga hadir di paroki ini turut membantu karya pastoral gembala dari SVD.

Karya Pastoral[sunting | sunting sumber]

Salah satu program utama yang dilaksanakan paroki ini adalah kegiatan ekonomi berbasis budidaya tanama pangan, berupa pendidikan dan pelatihan meningkatkan kemampuan menghasilkan bahan pangan bagi keluarga. Tujuannya supaya masyarakat menjadi 'petani sejati', jangan sampai terdesak untuk menjual tanah atau hutan kepada pihak luar; selain itu untuk meringankan beban lingkungan yang semakin rusak karena banyak hutan yang dirusak dan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit atau pertambangan.

Referensi[sunting | sunting sumber]