Padang gurun Paran

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Padang gurun Paran (Ibrani: מִדְבַּר פָּארָן, Midbar Pa'ran; Inggris: Desert of Paran atau Wilderness of Paran; kadang-kadang juga dieja Pharan atau Faran) adalah lokasi yang disebutkan dalam Alkitab Ibrani. Merupakan salah satu tempat di mana orang-orang Israel menghabiskan sebagian waktu mereka ketika mengembara selama 40 tahun setelah keluar dari Mesir, dan juga tempat kediaman Ismael dan keluarganya, serta salah satu tempat Daud bersembuyi.

Dalam tradisi Arab sering disamakan dengan daerah Hijaz.

Catatan Alkitab[sunting | sunting sumber]

Abraham menyuruh Hagar dan Ismail pergi ke padang gurun, ilustrasi oleh Gustave Doré

Padang gurun atau padang pasir Paran dikatakan sebagai tempat di mana budak perempuan dari Mesir, Hagar, melarikan diri dari nyonyanya, Sarai, istri Abram (yang pernah memberi izin kepada Hagar untuk melahirkan baginya seorang putra Ismael dari Abram) yang mengusirnya dari tempat tinggal Abram di Bersyeba (Kejadian 16:1). Hagar "berangkat, dan tersesat di padang gurun Bersyeba" (Kejadian 21):

Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum. Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir.(Kejadian 21:19–21)

Paran kemudian disebutkan dalam Kitab Bilangan sebagai tempat di mana orang-orang Israel menetap untuk sementara waktu ketika dalam perjalanan keluar dari Mesir:

Lalu berangkatlah orang Israel dari padang gurun Sinai menurut aturan keberangkatan mereka, kemudian diamlah awan itu di padang gurun Paran. (Bilangan 10:12)[1]

Paran kemudian disebut dalam baris pembukaan Kitab Ulangan:

Inilah perkataan-perkataan yang diucapkan Musa kepada seluruh orang Israel di seberang sungai Yordan, di padang gurun, di Araba-Yordan, di tentangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab. (Ulangan 1:1)

Berkatalah ia: "TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala." (Ulangan 33:2)

Raja Daud menghabiskan beberapa waktu di padang gurun Paran setelah Samuel meninggal (1 Samuel 25:1). 1 Raja–raja 11:17–18 menyatakan bahwa ketika Hadad, orang Edom itu melarikan diri dari Edom ke Mesir, ia melewati Midian dan Paran dalam perjalanan ke Mesir.

Tidak dapat dipastikan di mana lokasi gurun Paran ini. Sering dikaitkan dengan Gunung Sinai di Mesir, dan ada beberapa bukti bahwa itu mungkin awalnya merujuk ke bagian selatan Semenanjung Sinai.[2]

Salah satu nabi-nabi kecil, Habakuk, merujuk bahwa "Allah datang dari Teman, yang Kudus dari Gunung Paran" dalam Habakuk 3:3.[3]

Baik Eusebius (dalam Onomasticon, kamus Alkitab) dan Jerome melaporkan bahwa Paran adalah sebuah kota di gurun Paran, di padang gurun Arab (di luar Saudi Nabataea), sebelah tenggara Eilat Pharan. Onomasticon, di bawah Pharan, menyatakan: "(Sekarang) sebuah kota di luar Arabia berdampingan dengan padang gurun Saracen [yang mengembara di padang pasir] melalui mana anak-anak Israel pergi memindahkan (perkemahan) dari Sinai. Terletak strategis (kami katakan) di luar Arabia di selatan, tiga hari perjalanan ke timur dari Aila (di padang pasir Pharan) di mana kitab Suci menegaskan sebagai tempat kediaman Ismael, dari mana diturunkan orang-orang Ismael. Dikatakan (kita baca) juga bahwa (raja) Chodollagomor memotong-motong mereka di 'Pharan yang di padang pasir'."[4]

Eusebius menyebutkan Chodollagomor di sini mengacu kepada mungkin sebelumnya menyebutkan Paran dalam Kejadian 14:6, yang menyatakan bahwa ia dan raja-raja lain yang bersekutu dengan dia berkampanye di wilayah Sodom dan Gomora, mereka memukul "Hori di gunung Seir, sampai ke El-paran, yang di dekat padang gurun". (KJV)

Sebeos, Uskup dan sejarawan Armenia, menggambarkan penaklukan Arab pada waktu itu, menulis bahwa orang-orang Arab "berkumpul dan keluar dari Paran".[5][6]

Pada tahun 1989, Profesor Haseeb Shehada, dalam terjemahan Taurat Samaria yang dibuatnya, menyarankan identifikasi padang gurun Paran dengan padang gurun Arabia Barat, yang saat ini dikenal sebagai Hijaz.[7]

Tradisi Arab[sunting | sunting sumber]

Ahli geografi Arab Al-Muqaddasi menyebutkan dalam kitabnya bahwa Laut Merah bercabang menjadi dua "di ujung al-Hijaz di sebuah tempat bernama Faran".[8]

Asosiasi Paran dalam Kejadian 21:21 dengan Ismael dan orang Ismael ini ditegaskan oleh ahli geografi Muslim Yaqut al-Hamawi yang menulis "Faran, suatu kata Ibrani yang di-arab-kan, salah satu dari nama-nama Mekkah yang disebutkan dalbam Alkitab."[9] tradisi Islam dan Arab berpegang bahwa padang gurun Paran, secara garis besar, adalah Hijaz, setengah bagian utara dari Tihamah, yang membentang di sepanjang sisi timur dari Laut Merah mulai dari Yordan dan Sinai,[10] dan bahwa situs tertentu di mana Ismael menetap adalah Mekkah, dekat pegunungan Paran.[11][12][13][14]

"Padang gurun Paran" juga diartikan sebagai Hijaz dalam terjemahan bahasa Arab kuno Pentateukh Samaria.[15] Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1851, ditemukan memuat catatan kaki yang membuat interpretasi ini. Nama 'Paran' atau 'Faran' telah sering digunakan untuk merujuk secara khusus ke padang gurun dan pegunungan yang terletak dekat Mekkah.[16] Al-Hamdani dalam bukunya Geography of the Arabic Peninsula ("Geografi Semenanjung Arab") mengatakan bahwa pegunungan Paran di sekitar Mekkah dinamai menurut Paran putra Amalek.[17] Sam'ni dalam karyanya Book of Surnames ("Buku Nama-nama Keluarga") juga mengatakan bahwa nama Farani adalah berasal dari pegunungan Faran dekat Mekkah di Hijaz [18]

Menurut Wahb bin Munabbih, ada Tal Faran ("Bukit Faran") di pinggiran Mekkah, yang disebutkan dalam bukunya Kitab al-Tijan, kompilasi cerita rakyat Arab Pra-Islam. Ibnu Munabbih lebih lanjut menyarankan identifikasi untuk Tal Faran sebagai 'gundukan dua pelarian' (mound of the Two runaways), tempat di mana suku Jurhum menemukan Hagar dan Ismael dan mengira mereka adalah dua orang pelarian.[19]

Haggai Mazuz, seorang sarjana Islam yang berhubungan dengan Universitas Bar Ilan, menegaskan bahwa polemikus Muslim (seperti orang yang pindah dari agama Yahudi Samawʾal al-Maghribī, 1125-1175 M) mengapropriasi Ul. 33:2 mempunyai anteseden dalam tradisi Yahudi itu sendiri, seperti beberapa Midrasim dan Targumim, sebelum munculnya Islam itu sendiri, yang menimbulkan hubungan antara Paran dan orang Arab-Ismael, yang mungkin telah memicu interpretasi apologetika Islam pada awalnya. Misalnya, komentator Sifrei Debarīm, halakhik midras mengenai Kitab Ulangan, bertarikh abad ke-3 sampai abad ke-5 M, menyatakan:

hubungan antara Paran dan Arab (tepatnya bahasa arab), yang juga disebut orang Ismael menurut Ismael (di antara nama-nama lain), adalah sangat awal, meskipun agak samar-samar.[20]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Lihat pula Bilangan 12:16
  2. ^ Brisco, T.V. (1982). Geoffrey W. Bromiley, ed. International Standard Bible Encyclopedia: E-J (edisi ke-Revised). Wm. B. Eerdmans Publishing. hlm. 241. ISBN 978-0-8028-3782-0. 
  3. ^ Habakuk 3:3 versi bahasa Ibrani dan Inggris
  4. ^ Eusebius. "entry for Pharan No 917". Onomasticon. 
  5. ^ Sebeos (1999). "30". The Armenian History of Sebeosi. liverpool: liverpool university press. hlm. 95–97. OCLC 44228890. 
  6. ^ Marx, edited by Angelika Neuwirth, Nicolai Sinai, Michael (2010). The Qur'an in context historical and literary investigations into the Qur'anic milieu (PDF). Leiden: Brill. hlm. 142. ISBN 9789047430322. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 2000. 
  7. ^ Professor. Haseeb Shehada (1989) . Translation of the Samaritan Torah, p.90 .Israel Academy of Sciences and Humanities
  8. ^ Al-Muqaddasi, Muhammad (1994). The Best Divisions for Knowledge of the Regions. United Kingdom: Garnet Pub. hlm. 11. ISBN 1873938144. 
  9. ^ Reuven Firestone (1990). Title Journeys in holy lands: the evolution of the Abraham-Ishmael legends in Islamic exegesis. SUNY Press. hlm. 65, 205. ISBN 0585076294. 
  10. ^ "Hejaz map". 
  11. ^ "Volume 4, Book 55, Number 584". story of Hagar and Ismael in Mecca. Diakses tanggal 11 May 2013. 
  12. ^ "Quran Commentary of ibn Kathir mention of Abraham and Ishmael as a boy in the "land of Faran"" (PDF). 
  13. ^ The miracle of the well that happened to Hagar and Ishmael in Mecca is further identified in a hadith of Ibn Ezra with the well Zimum (Zimzum), "where the Arabs hold an annual festival", mentioned as the well of Hagar in Genesis 16:14: "She called the well Be'er Lachai Roi; it is between Kadesh and Bered". Dr Michael Sanders website
  14. ^ Marx (1924). Halper's 'Post-Biblical Hebrew literature. Philadelphia. hlm. 53. OCLC 172997009. 
  15. ^ Khan, Sayyid (1870). Essays on the life of Muhammad. London: Trubner. hlm. 75. OCLC 438478. 
  16. ^ Sir Sayyid Aḥmad Khān (1870). A series of essays on the life of Mohammad: and subjects subsidiary thereto. London: Trübner & co. hlm. 74–76. 
  17. ^ Hamdani, al-Hasan. Geography of the Arabian Peninsula. hlm. 285. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-24. Diakses tanggal 2018-10-14. 
  18. ^ al-Sam`ni, Abd Al-Karim (1912) [1140 CE]. Kitab al-Ansab: The book of surnames. London. OCLC 459336183. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 2000. 
  19. ^ Al-Munabbih, Wahb bin (2009). Book of crowns on the kings of Himyar = Kitab al-Tigan. Piscataway: Gorgias Press. ISBN 1593335156. 
  20. ^ Haggai Mazuz, "Tracing possible Jewish influence on a common Islamic commentary on Deuteronomy 33:2" in Journal of Jewish Studies, Autumn 2016, vol. 67, no. 2, p. 294

Pranala luar[sunting | sunting sumber]