Orang Lezgin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lezgin
Лезгияр
Suleiman Kerimov
Nazim Huseynov
Jumlah populasi
c. 882.000
Daerah dengan populasi signifikan
 Rusia 473.722[1]
 Azerbaijan193.300 (2016)[2]
Bahasa
Lezgin
Agama
Islam Sunni, minoritas Islam Syiah[3][4][5]
Kelompok etnik terkait
Suku bangsa Kaukasus Timur Laut lainnya

Lezgin (bahasa Lezgia: Lezgiâr, IPA: lezgijar), atau secara historis dikenal sebagai Albania Kaukasia, adalah kelompok etnis Kaukasus Timur Laut yang sebagian besar menghuni Dagestan selatan di Rusia dan timur laut Azerbaijan. Suku Lezgin sebagian besar memeluk Islam dan berbicara bahasa Lezgin.

Tanah Lezgin kerap menjadi incaran banyak penjajah sejak zaman dahulu kala. Wilayah yang terisolasi berkontribusi pada keunikan budaya Lezgin dan ikut membantu pembentukan identitas nasionalnya. Karena selalu diserbu penjajah, orang Lezgin mengembangkan tradisi lokal yang disebut Lezgiwal. Masyarakat Lezgin egaliter secara tradisional dan terorganisir dalam banyak klan otonom yang disebut syhil.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Menurut tradisi lokal, istilah Lezgin berasal dari kata Lek yang berarti "elang". Elang sendiri merupakan hewan nasional suku Lezgin.[6]

Namun demikian, sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa istilah Lezgin diturunkan dari suku kuno Legi dan Lakzi yang hidup pada abad pertengahan awal.

Sejarawan Yunani kuno, termasuk Herodotus, Strabo, dan Plinius Tua menyebut penduduk Albania Kaukasus sebagai Legoi (bahasa Yunani Kuno: Λῆχαι, Lē̂chai).[7]

Sejarawan Arab dari abad ke-9 dan ke-10 menyebutkan sebuah kerajaan yang disebut 'Lakz di Dagestan modern.[8] Al Masoudi menyebut penduduk daerah ini sebagai Lakzam (Lezgin),[9] yang melindungi kawasan Shirvan dari serbuan penyerang dari utara.[10] Suku Lezgin mungkin terbentuk sebagai hasil penggabungan suku Akhty, Alty dan Dokus Para, serta beberapa klan Rutul.

Sebelum Revolusi Rusia, "Lezgin" merupakan istilah untuk menyebut semua kelompok etnis yang mendiami Dagestan.[11] Pada abad ke-19, istilah ini digunakan secara lebih luas untuk menyebut semua suku bangsa yang menuturkan bahasa Kaukasia Timur Laut non-Nakho, seperti Avar, Lak, dan suku lainnya.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Peta Lezgistan

Pada abad ke-4 SM, suku-suku berbahasa Lezgik bersatu membentuk konfederasi 26 suku, yang dibentuk di Albania Kaukasia, yang kemudian bergabung dalam Kekaisaran Akhaemeniyah dari Persia pada tahun 513 SM.[12][13] Di bawah pengaruh kekuasaan Persia, Albania Kaukasia terbagi menjadi beberapa wilayah — Lakzi, Shirvan, dll.

Suku-suku berbahasa Lezgik ikut serta dalam pertempuran Gaugamela di bawah bendera Persia melawan invasi Aleksander Agung.[12]

Di masa Kekaisaran Partia, pengaruh politik dan kebudayaan Iran meningkat di seluruh wilayah Albania Kaukasia, termasuk tempat tinggal suku-suku berbahasa Lezgik.[14] Kawasan itu diperintah oleh Dinasti Arsak[14] yang cenderung berkiblat ke Hellenisme. Kebudayaan Yunani dari Arsak kemudian diikuti dengan kebudayaan "Iranianisme", dan secara perlahan, bahasa Partia menjadi bahasa kaum terpelajar di wilayah itu.[14] Bangsa Alan berusaha menyerang tanah Lezgin pada 134 dan 136, tetapi Vologases membujuk mereka untuk mundur, mungkin dengan membayar mereka.

Pada tahun 252–253, kekuasaan atas suku Lezgik beralih dari Partia ke Sassania. Albania Kaukasia menjadi negara vassal,[15] dan tetap mempertahankan sistem monarkinya; raja Albania tidak memiliki kekuasaan nyata dan sebagian besar otoritas sipil, agama, dan militer berada di tangan marzban (gubernur militer) wilayah tersebut.[16]

Kekaisaran Romawi memperoleh kendali atas beberapa wilayah Lezgin paling selatan selama beberapa tahun sekitar tahun 300 M, tetapi kemudian Sassani mendapatkan kembali kendali dan terus mendominasi daerah itu selama berabad-abad hingga serangan Arab.

Wilayah Kekhanan Derbent yang merupakan milik Persia banyak dihuni orang-orang Lezgin sampai pendudukan dan pembubarannya oleh Rusia sebagai akibat dari Perang Rusia-Persia pada abad ke-19.

Meskipun suku Lezgin pertama kali mengenal Islam pada awal abad ke-8, mereka tetap menjadi animis sampai abad ke-15, ketika pengaruh Muslim menjadi lebih kuat, dengan kedatangan pedagang Persia datang dari selatan, dan Gerombolan Emas semakin menekan dari utara. Pada awal abad ke-16, Safawi Persia menegaskan kendali mereka atas sebagian besar Dagestan selama berabad-abad dan seterusnya. Sebagai akibat dari Perang Utsmaniyah-Safawiyah (1578–1590), Utsmaniyah berhasil merebut kendali atas wilayah tersebut untuk waktu singkat, hingga wilayah tersebut kembali direbut oleh Safawi di bawah Raja Abbas I (memerintah 1588–1629).

Salah satu tokoh Lezgin terkemuka dari masa Safawi adalah Fath-Ali Khan Daghestani, yang menjabat sebagai Wazir Agung Safawi dari tahun 1716 hingga 1720, pada masa pemerintahan Shah Sultan Husain (1694-1722). Pada awal abad ke-18, Kekaisaran Safawiyah mulain melemah. Pada tahun 1721, suku Lezgin menjarah dan menjarah kota Shamakhi, ibu kota provinsi Shirvan. Kekhanan Lak Kazi Kumukh menguasai sebagian wilayah Lezgin untuk sementara waktu pada abad ke-18 setelah disintegrasi Kekaisaran Safawiyah.

Pada paruh pertama abad ke-18, Persia mampu memulihkan wewenangnya di seluruh Kaukasus di bawah Nader Shah. Setelah kematian Nader, Persia mulai membagi wilayahnya menjadi beberapa kekhanan yang lebih kecil. Beberapa wilayah Lezgin menjadi bagian dari Kekhanan Kuba di Azerbaijan modern, sementara yang lainnya berada di bawah yurisdiksi Kekhanan Derbent dan Kekhanan Kura. Beberapa klan Lezgin juga tinggal di Federasi Rutul.[17]

Pada tahun 1813, sebagai hasil dari Traktat Gulistan, Rusia menguasai Dagestan dan sebagian besar Azerbaijan modern.[18] Traktat Turkmenchay 1828 mengkonsolidasikan kontrol Rusia tanpa batas atas Dagestan dan daerah yang menjadi tempat tinggal Lezgin dan menyingkirkan Iran.[19][18] Pemerintah Rusia kemudian membentuk Kekhanan Kiurin, yang kemudian menjadi distrik Kiurin. Namun, banyak orang Lezgin di Dagestan berpartisipasi dalam Perang Kaukasus yang dimulai kira-kira pada waktu yang sama dengan Perang Rusia-Persia abad ke-19, dan berperang melawan Rusia bersama tokoh Avar Imam Syamil, yang selama 25 tahun (1834 – 1859) menentang kekuasaan Rusia. Baru setelah kemenangannya pada tahun 1859, Rusia mengkonsolidasikan kekuasaan mereka atas Dagestan dan suku Lezgin.

Pada tahun 1930, Sheikh Mohammed Effendi Shtulskim mengadakan pemberontakan melawan pemerintahan Soviet, yang ditindas setelah beberapa bulan. Pada abad ke-20, upaya dilakukan untuk menciptakan republik Lezgistan (mandiri atau sebagai daerah otonom).

Sejumlah suku Lezgin dideportasi ke Asia Tengah pada 1940-an oleh rezim Stalin, karena mereka dituduh bekerja sama dengan Jerman.

Budaya[sunting | sunting sumber]

Lezgin di tahun 1860-an

Budaya Lezgin merupakan perpaduan unik antara adat istiadat lokal dengan ajaran Islam, seperti pada orang Kaukasus Timur Laut lainnya. Suku Lezgin merayakan Ramadhan dan Idulfitri, tapi juga merayakan Yaran Suvar, yang merupakan festival pra-Islam.[20] Mereka sangat menghormati elang, yang menjadi simbolisasi kebebasan. Mereka juga mengenal banyak pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan (Hadj-Dawud, Abrek Kiri Buba, Muhammad Shtulwi dan lain-lain). Suku Lezgin tidak suka dipaksa, dan struktur sosial tradisional mereka didasarkan pada kesetaraan dan penghormatan terhadap nilai-nilai individu. Masyarakat Lezgin terstruktur dalam bentuk djamaat (bahasa Lezgia: жамаат - kumpulan klan) dan sekitar 200-300 syhil (bahasa Lezgia: сихил - klan atau bani). Syhil dibagi lagi menjadi miresar (keluarga patronimik).[21]

Lezgiwal[sunting | sunting sumber]

Lezgiwal (bahasa Lezgia: Лезгивал) merupakan hukum tak tertulis suku Lezghin. Lezgival tidak ditulis, tapi menjadi aturan tata krama masyarakat Lezghin yang mencakup semua bidang kehidupan setiap anggota masyarakat, mulai dari masa kanak-kanak.[22] Lezgival berisi cara berperilaku yang diturunkan dari generasi ke generasi oleh orang tua dan masyarakat. Hukum lisan ini mengajarkan sopan santun dan etika, kedermawanan, dan keinginan untuk menjaga kehormatan wanita.

Agama[sunting | sunting sumber]

Shaykh Muhammad dan para muridnya.

Suku Lezgin seperti mayoritas masyarakat Kaukasia Timur Laut lainnya adalah Muslim Sunni, sebagian besar menganut Mazhab Syafi'i, tetapi beberapa klan di desa Miskindja memeluk Syiah Jaʽfariyah.[23] Mazhab Syafi'i memiliki sejarah panjang di kalangan Lezgin dan karenanya tetap menjadi yang paling banyak dipraktikkan. Beberapa juga menganut tradisi mistik Sufi muridisme, di mana sekitar setengah suku Lezgin merupakan anggota tarekat. Muridisme Lezghin didirikan oleh Syaikh Muhammad sebagai sarana perjuangan melawan Rusia, di mana muridnya yang paling terkenal adalah Imam Syamil.

Bahasa dan Sastra[sunting | sunting sumber]

Bahasa Lezgia termasuk dalam cabang Lezgik dari rumpun bahasa Kaukasus Timur Laut (bersama Aghul, Rutul, Tsakhur, Tabasaran, Budukh, Khinalug, Jek, Khaput, Kryts, dan Udi).

Bahasa Lezgia memiliki tiga dialek yang berhubungan erat (saling dimengerti): Kurin (juga disebut sebagai Gunei atau Kurakh), Akhti, dan Kuba. Dialek Kurin adalah yang paling luas dari ketiganya dan digunakan di sebagian besar kawasan Lezgin di Daghestan, termasuk kota Kurakh, yang secara historis merupakan pusat budaya, politik, dan ekonomi suku Lezgin di Daghestan dan menjadi ibu kota Kekhanan Kurin. Dialek Akhti dituturkan di tenggara Daghestan. Dialek Kuba, yang banyak dipengaruhi bahasa Azeri diucapkan oleh orang Lezgin di utara Azerbaijan (dinamai kota Kuba, pusat kebudayaan dan ekonomi wilayah tersebut).

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Национальный состав населения Российской Федерации согласно переписи аселения 2010 года". gks.ru. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-23. Diakses tanggal 2021-08-21. 
  2. ^ Cornell, Svante (2016). Small Nations and Great Powers: A Study of Ethnopolitical Conflict in the Caucasus. Routledge. hlm. 259. ISBN 978-1135796693. Whereas officially the number of Lezgins registered as such in Azerbaijan is around 380,000, the Lezgins claim (...) 
  3. ^ Koter, Marek; Heffner, Krystian; Sobczyński, Marek (2003). The Role of Ethnic Minorities in Border Regions: Forms of their composition, problems of development and political rights. ISBN 9788371261749. Although the Lezgin are Sunni Muslims, there is a strong Shiite minority. 
  4. ^ Friedrich, Paul (1994). Encyclopedia of World Cultures: Russia and Eurasia, China. G.K. Hall. hlm. 243. ISBN 978-0816118106. Given the strong Azerbaijani influence on them, however, there is a sizable Shiite minority among the Lezgins 
  5. ^ Cole, Jeffrey E. (2016). Ethnic Groups of Europe: An Encyclopedia: An Encyclopedia. ABC-CLIO. hlm. 237. ISBN 978-1598843033. The Lezgins are Muslims; the great majority are Sunni of the Shafi'i rite, with small numbers of Lezgins living near or inside Azerbaijan being Shiite. 
  6. ^ Гаджиев, Владилен Гадисович (1979). Сочинение И. Гербера "Описание стран и народов между Астраханью и рекою Курой находящихся" как исторический источник по истории народов Кавказа (dalam bahasa Rusia). Наука. 
  7. ^  Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Lesghians". Encyclopædia Britannica. 16 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 489. 
  8. ^ Haspelmath, Martin (1993). A grammar of Lezgin. Walter de Gruyter. hlm. 17. ISBN 3-11-013735-6. 
  9. ^ Yakut, IV, 364. According to al-Masoudi (Murudzh, II, 5)
  10. ^ VFMinorsky. History of Shirvan. M. 1963
  11. ^ Olson, James Stuart; Pappas, Nicholas Charles (1994). An Ethnohistorical dictionary of the Russian and Soviet empires. Greenwood Publishing Group. hlm. 438. ISBN 0-313-27497-5. 
  12. ^ a b Chaumont, M. L. Albania Diarsipkan 2007-03-10 di Wayback Machine..Encyclopaedia Iranica.
  13. ^ Bruno Jacobs, "ACHAEMENID RULE IN Caucasus" in Encyclopædia Iranica. January 9, 2006.
  14. ^ a b c Toumanoff, Cyril. The Arsacids. Encyclopædia Iranica.
  15. ^ Yarshater, p. 141.
  16. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Chaumont2
  17. ^ Friedrich, Paul; Levinson, David; Diamond, Norma (1991). Encyclopedia of World Cultures: Russia and Eurasia, China (dalam bahasa Inggris). 6. G.K. Hall. hlm. (241–243,318)/527. ISBN 0816118108. 
  18. ^ a b Dowling, Timothy C. (2 Desember 2014). Russia at War: From the Mongol Conquest to Afghanistan, Chechnya, and Beyond ... ISBN 9781598849486. 
  19. ^ Aksan, Virginia. (2014). Ottoman Wars, 1700–1870: An Empire Besieged page 463. Routledge. ISBN 978-1317884033
  20. ^ "Покачёвские лезгины отметили "Яран сувар"". Лезги Газет (dalam bahasa Rusia). 2019-03-23. Diakses tanggal 2021-06-15. 
  21. ^ Халилрин Шамил (2020-04-20). "Лезгивал". АЛАМ (dalam bahasa Rusia). Diakses tanggal 2021-06-13. 
  22. ^ Халилрин Шамил (2020-04-20). народа как свод этических правил лезгин.gival/ "Лезгивал" Periksa nilai |url= (bantuan). АЛАМ (dalam bahasa Rusia). 
  23. ^ Hahn, Gordon M. (2007). Russia's Islamic Threat. Yale University Press. hlm. 100, 217. ISBN 978-0300120776. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Minahan, J. (2002) Encyclopaedia of stateless nations: L-R, Greenwood Publishing Group. ISBN 9780313321115.
  • Yarshater, E. (1983) The Cambridge history of Iran, Volume One, Cambridge University Press: Cambridge. ISBN 0-521-20092-X.