Orang Bawean di Malaysia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komunitas orang Bawean di Singapura pada tahun 1910.

Suku Bawean adalah salah satu suku bangsa yang ada di Malaysia. Di Malaysia dan Singapura orang Bawean lebih dikenal dengan sebutan orang Boyan atau orang Phabean.[1] Kata Boyan sebenarnya bermakna sopir atau tukang kebun, karena pada saat awal migrasi orang Bawean di Malaysia dan Singapura banyak yang bekerja sebagai sopir atau tukang kebun. Suku Bawean adalah suku bangsa yang berasal dari Pulau Bawean di Jawa Timur, Indonesia. Minimnya dokumentasi dan catatan sejarah mengakibatkan waktu pasti kapan tibanya orang Bawean tiba di Melaka.[2] Terdapat berbagai teori mengenai datangnya orang Bawean di Semenanjung Melayu. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terdapat orang Bawean bernama Tok Ayar tiba di Melaka tahun 1819.[3] Sensus Penduduk di Singapura tahun 1849 mencatat adanya populasi keturunan Bawean di Singapura. Namun, kemungkinan besar orang Bawean tiba lebih awal lagi karena sensus penduduk di Singapura sebelum tahun 1849 mengklasifikasikan orang Bawean sebagai suku Bugis, Jawa, dan suku lainnya. Selain di Melaka, orang Bawean juga tersebar hingga ke Lembah Klang, seperti di kawasan Ampang, Gombak, Balakong dan juga Shah Alam. Sensus penduduk di Malaysia tidak mengkategorikan orang Bawaean atau Boyan sebagai suku bangsa tersendiri melainkan diklasifikasikan sebagai suku Melayu.[4] Kehadiran orang Bawean di Malaysia telah menjadi bagian sejarah dan sebuah kontribusi bagi perkembangan Negara Malaysia.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Orang Bawean terlebih dahulu tiba di Singapura setelah tahun 1828. Orang Bawean yang tiba di Singapura akan menetap sementara di dalam pondok Bawean. Kawasan pondok ini dibina di tengah-tengah kota yang kondisinya memang sangat berbeda dengan di Pulau Bawean. Pondok sangat penting bagi orang Bawean yang merantau. Mereka harus menemui orang lama yang berada di tempat tujuannya. Di Malaysia, orang Bawean lebih dikenali sebagai orang Boyan. Orang Bawean bermigrasi ke Semenanjung Melayu pada waktu itu secara bebas tanpa ada halangan dan perjanjian dengan pihak tertentu.[5] Sebelum tahun 1940, orang Bawean datang ke Semenanjung Malaya menaiki kapal barang dan pengangkut penumpang dari Singapura dan Pulau Bawean. Setelah Perang Dunia Kedua, orang Bawean di Singapura telah berpindah ke tempat-tempat lain terutama di wilayah Semenanjung Malaya.[3]

Integrasi sebagai Melayu[sunting | sunting sumber]

Suku Bawean di Malaysia tidak dikategorikan sebagai suku bangsa tersendiri. Namun, sensus penduduk di Malaysia umumnya mengkategorikan orang Bawean sebagai orang Melayu. Mereka memiliki hak dan kewajiban sebagaimana orang Melayu lain sesuai konstitusi dan undang-undang yang berlaku di Malaysia.

Orang yang diakui sebagai Melayu menurut Perlembagan Persekutuan (Konstitusi Negara Malaysia) perkara 160 klausa 2 adalah sebagai berikut:

“Orang Melayu” ertinya seseorang yang menganuti agama Islam, lazim bercakap bahasa Melayu, menurut adat Melayu dan—

(a) yang lahir sebelum Hari Merdeka di Persekutuan atau Singapura atau yang lahir sebelum Hari Merdeka dan ibu atau bapanya telah lahir di Persekutuan atau di Singapura, atau yang pada Hari Merdeka berdomisil di Persekutuan atau di Singapura; atau

(b) ialah zuriat seseorang yang sedemikian; [4]

Hal ini menyebabkan semua ras dan suku tanpa terkecuali jika memenuhi syarat diatas akan diklasifikasikan sebagai Melayu dan mendapatkan hak keistimewaan dan kewajiban sebagai orang Melayu di Malaysia menurut hukum Malaysia.

Hak dan keistimewaan Melayu[sunting | sunting sumber]

Hak istimewa orang Melayu adalah hak yang telah disepakati oleh para pemimpin Malaysia terdahulu yang mereka berikan kepada orang Melayu sebagai kompensasi kesediaan rakyat Melayu di tanah Melayu untuk menerima etnis Tionghoa dan etnis India untuk berbagi kehidupan di tanah Melayu secara bersama-sama. Hak-hak keistimewaan ini termaktub dalam perkara 153 Perlembagaan Persekutuan Tanah Melayu 1948. Orang Bawean yang diklasifikasikan sebagai Melayu di Malaysia sebenarnya diuntungkan karena konstitusi Malaysia memberikan hak-hak keistimewaan bagi orang-orang Melayu di negara tersebut. Berikut isi kandungan hak-hak keistimewaan orang Melayu menurut Perlembagaan Persekutuan Malaysia:

Jabatan dalam kerajaan[sunting | sunting sumber]

Beberapa jabatan penting didalam pemerintahan Malaysia harus dipegang oleh orang Melayu. Salah satu jabatan tertinggi yang hanya dapat diduduki oleh orang Melayu adalah Yang di-Pertuan Agong Malaysia. Yang di-Pertuan Agong adalah gelar resmi bagi kepala negara di Negara Malaysia dan memiliki masa jabatan selama lima tahun.[4]

Peruntukan Beasiswa[sunting | sunting sumber]

Kuota pemberian beasiswa atau bantuan pendidikan lainnya harus mengutamakan orang Melayu terlebih dahulu daripada orang bukan Melayu.[4]

Bantuan Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Setiap peraturan dibuat untuk memudahkan orang-orang Melayu dalam mendapatkan izin atau sertifikasi untuk menjalankan usaha, bisnis ataupun kegiatan ekonomi lainnya.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Koentjaraningrat. (1972). Bawean islanders. In F. M. LeBar (Ed.), Ethnic Groups of Insular Southeast Asia, Volume 1: Indonesia, Andaman Islands, and Madagascar (p. 59). New Haven: Human Relations Area Files Press.
  2. ^ Zulkha, Sulusy Audia. Identias Budaya Suku Bawean.Universitas Negeri Malang. 2013
  3. ^ a b Sarifin, Muhammad Ridhwan dan Mohamdad Fauzi Sukimi. Serupa tapi berbeza: Kajian kes komuniti Bawean Kampung Sungai Tiram, Johor Malaysia. Universiti Kebangsaan Malaysia. Selangor. 2016
  4. ^ a b c d e Undang-Undang Malaysia. Perlembagaan Persekutuan.
  5. ^ http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_1069_2007-06-20.html. Diakses tanggal 30-10-2017.