Nyai Ageng Usami

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Nyai Ageng Usami adalah tokoh yang dipercaya oleh masyarakat Gresik sebagai istri ke tiga dari Sunan Giri yang merupakan. Nyai Ageng Usami atau yang biasa dikenal sebagai 'Mbah Usami.’ Tidak banyak sumber yang menjelaskan atau menceritakan sosok Nyai Ageng Usami ini.

Dalam catatan sejarah bahwa Raden Paku (Sunan Giri) hanya memiliki dua istri, yaitu Dewi Muthosiah binti Raden Rahmat Sunan Ampel dan Dewi Wardah binti Sunan Bungkul. Tetapi ternyata terdapat satu lagi istri Raden Paku (Sunan Giri) yang jarang disebut, yaitu Nyai Dewi Usami binti Nyai Fatimah binti Sri Kertawijaya/BrawijayaV.[1]

Cerita Rakyat[sunting | sunting sumber]

Silsilah[sunting | sunting sumber]

Menurut tokoh masyarakat Kawisanyar (Zainul Faliqin), Nyai Ageng Usami adalah putri dari Siti Fatimah dari Kerajaan Blambangan atau yang sekarang menjadi Banyuwangi. Makam Ibu Nyai Ageng Usami sendiri yaitu Siti Fatimah terletak tidak jauh dari lokasi makam Nyai Ageng Usami, berada dekat kawasan kantor POLSEK Kebomas Gresik. Siti Fatimah ini berbeda dengan Siti Fatimah Binti Maimun. Siti Fatimah atau Nyai Fatimah memiliki dua anak perempuan, yaitu Nyai Utami dan Nyai Usami atau Nyai Ageng Usami. Siti Fatimah atau Nyai Fatimah ini merupakan salah satu putri dari Sri Kertawijaya atau Brawijaya V. Nyai Ageng Usami sendiri dinikahi oleh Raden Paku (Sunan Giri), sedangkan Nyai Utami dinikahkan dengan Syekh Hujjah. Syekh Hujjah tidak hanya menjadi teman Raden Paku (Sunan Giri), tetapi juga sebagai kakak ipar.[1][2][3]

Diceritakan bahwa dari pernikahan Nyai Ageng Usami dengan Sunan Giri lahir seorang anak yang diberi nama Joko Tingkir dan generasi sesudahnya.[4] Kemudian tidak ada catatan pasti tentang kehidupan lebih jauh Nyai Ageng Pinatih. Masyarakat sekitar setiap tahunnya selalu menyelenggarakan acara haul Beliau.

Peran Nyai Ageng Usami[sunting | sunting sumber]

Nyai Ageng Usami adalah salah satu tokoh wanita yang dipercaya masyarakat Gresik akan tetapi tidak tercatat dalam sejarah, Nyai Ageng Usami sebenarnya memiliki peran yang cukup besar dalam kehidupan Sunan Giri. Nyai Ageng Usami membantu kebutuhan pasukan Giri saat Keraton Giri mendapatkan serangan dari Kerajaan Majapahit.[4]

Wafat[sunting | sunting sumber]

Nyai Ageng Usami wafat pada tahun 1487, makam Beliau baru ditemukan pada tanggal 10 Juli 1969.[5]

Makam Nyai Ageng Usami berlokasi di Jl. Sunan Giri No. 79a, Kawisanyar, Kebomas Gresik.

Nyai Ageng Usami tidak dimakamkan satu kompleks dengan pemakaman Sunan Giri seperti kedua istri Beliau (Dewi Murtosiyah dan Wardah) serta anggota keluarga lainnya, melainkan makam Beliau terletak di tepi jalan Kawisanyar (Desa Jeblok) yang dimana sebenarnya tidak jauh dari kompleks pemakaman keluarga Giri.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Ghozali, Muhammad Lutfi (April 2020). Markub Menyulam Silam. 
  2. ^ "Makam Syaikh Kujo Mbah Koja Ipar Sunan". Juni 2020. 
  3. ^ Azizah, Nur. "Pernikahan Sunan Giri: Implikasinya Pada Islamisai Gresik Abad XV-XVI M" (PDF). 
  4. ^ a b c news (28 Mei 2018). "Nyai Ageng Usami, Sosok yang Berjasa Membantu Pasukan Giri Kedaton". 
  5. ^ news (20 Mei 2018). "Larut Dalam Kisah Sejarah Masjid Gumeno Gresik".