Nu'aim bin Abdullah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Nu'aim bin Abdullah bin Asid al-'Adawiy (Bahasa Arab : نعيم بن عبد الله بن أسيد العدوي), beliau termasuk salah satu Sahabat Nabi yang berasal dari Bani 'Adi seperti Umar bin Khattab, beliau mendapat julukan "An-Nahham" karena Nabi pernah bersabda : "Aku masuk sebuah taman, kemudian aku mendengar nahmah (sebuah suara semacam batuk atau erangan) . Beliau juga berjasa dalam mengantarkan keislaman dari Umar bin Khattab nantinya. Ada riwayat yang mengatakan bahwa nama beliau diganti oleh Nabi menjadi Shalih.

Masuk Islam[sunting | sunting sumber]

Beliau termasuk golongan yang masuk islam permulaan (assabiqunal awwalun) karena tercatat masuk islam sebelum peristiwa hijrah ke negeri Habasyah bahkan dikatakan sebagai orang yang masuk islam ke-11, beliau menyembunyikan keislamannya selama fase awal persebaran islam di kota Makkah, beliau terlambat untuk berhijrah karena masih memiliki tanggungan sebagai orang yang mengasuh para janda dan anak yatim dari Bani 'Adi, kemudian hijrah ke kota Madinah pada tahun ke-6 Hijriyyah, sesampainya di sana, beliau disambut dengan hangat oleh Nabi beserta seluruh keluarganya yang berjumlah sekitar 40 orang.

Kisahnya dengan Nabi Muhammad[sunting | sunting sumber]

Sewaktu Nu'aim datang ke Madinah beliau disambut dengan hangat oleh Nabi Muhammad dan beliau berkata : "Kaummu sungguh berlaku lebih baik kepadamu daripada kaumku padaku wahai Nu'aim", Nu'aim menjawab : Tidak, kaum engkau lebih baik wahai Rasulullah, Nabi Muhammad berkata : "Kaumku mengusirku, namun kaummu mengakuimu", lalu Nu'aim menjawab : "Kaummu mengusirmu untuk berhijrah wahai Rasulullah, sedangkan kaumku menahanku darinya". Di kesempatan lainnya Rasulullah pernah memberikan isyarat kepada Nu'aim untuk menikahi Zainab binti Qusamah yang baru saja diceraikan oleh Usamah bin Zaid, dan Nu'aim pun menyanggupinya, dari pernikahan tersebut keduanya dikaruniai seorang anak bernama Ibrahim bin Nu'aim.

Kisahnya dengan Umar[sunting | sunting sumber]

Ketika Umar bin Al-Khattab berniat pergi untuk membunuh Nabi ketika dia masih seorang musyrik (politeis), di tengah perjalanan menuju ke rumah Arqam (dekat bukit shafa) yang saat itu menjadi pusat kegiatan dakwah islam yang masih tertutup ia bertemu Nu'aim bin Abdullah yang kemudian mengatakan kepadanya bahwa saudara perempuannya yaitu Fatimah binti Al-Khattab bersama suaminya Sa'id bin Zaid telah masuk Islam, keduanya menyembunyikan keislaman mereka dari Umar, dan Nu'aim saat itu sebenarnya telah memeluk Islam, namun juga menyembunyikan keislamannya, sedangkan sahabat Nabi Khabbab bin al-Arat pulang-pergi ke rumah Fatimah untuk mengajarinya al-Qur'an, dan kisah keislaman Umar ini tidak terlepas dari peran Nu'aim yang menjadikan umar mendengar bacaan Al-Qu'ran di rumah adik kandung perempuannya tersebut.

Wafatnya Nu'aim[sunting | sunting sumber]

Ada perbedaan pendapat dalam menentukan tempat dan waktu wafatnya Nu'aim bin Abdullah al-Naham, sehingga Ibnu Hajar mengatakan bahwa Nu'aim telah syahid dalam suksesi Umar bin Al-Khattab pada Pertempuran Ajnadain (sekitaran tahun 15 H), dan beberapa ulama ahli nasab mengatakan bahwa dia adalah terbunuh dalam Pertempuran Mu'tah di masa hidup Nabi sebagaimana pendapat yang diutarakan oleh al-Kalbiy. Ibnu Sa'ad menyatakan bahwa Nu'aim sudah berhijrah sebelum peristiwa perjanjian Hudaibiyyah, sehingga beliau ikut dalam berbagai macam pertempuran setelahnya dan terbunuh dalam Perang Yarmouk pada bulan Rajab tahun ke-15 Hijriyah.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "قصة الإسلام : نعيم النحام". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-31. Diakses tanggal 2021-01-29.