Nepenthes tobaica

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Nepenthes tobaica
Kantong dari Nepenthes tobaica
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
N. tobaica

Danser (1928)[2]

Nepenthes tobaica adalah salah satu spesies kantong semar endemik di Pulau Sumatra. Spesies ini banyak ditemui di sekitar Danau Toba.[1]

Morfologi tumbuhan[sunting | sunting sumber]

Observasi Ginting dan Lubis (2017) serta Ginting (2018) menyatakan bahwa N. tobaica adalah tumbuhan memanjat yang memiliki tinggi sekitar 4–7 m. Batangnya memiliki permukaan yang licin. Penampang batangnya yang bulat memiliki diameter 0,3-0,5 cm, dan jarak per ruas batangnya 15–20 cm. Daunnya memiliki panjang 7–10 cm, lebar 1,5–2 cm, dan berbentuk memanjang (lanset). Selain itu, daunnya memiliki ujung dan dasar yang runcing, serta tepi yang rata dan ibu tulang daun yang jelas. Daunnya juga memiliki vena yang membujur. Sulur tumbuhan ini memiliki panjang sekitar 10–15 cm.[3][4]

Kantong bawahnya yang berbentuk seperti kendi memiliki tinggi 5–10 cm dan lebar 1-1,5 cm. Panjang filamen kantongnya 0,2-0,3 cm, serta memiliki lebar sayap 0,2-0,3 cm. Kantong bawahnya memiliki mulut yang berbentuk seperti bulat telur. Sementara itu, tutup kantongnya yang berbentuk seperti bulat telur terbalik memiliki lebar 1-1,5 cm dan panjang 1,5–2 cm. Lebar peristomnya 0,1-0,2 cm; lebar peristom ini tergolong tipis. Tajinya tunggal; panjang taji kantongnya 0,3-0,5 cm. Gigi kantongnya tidak jelas.[5][6]

Kantong atasnya yang juga berbentuk seperti kendi memiliki tinggi 8–12 cm dan lebar 1,5-1,8 cm. Mulut kantongnya juga berbentuk bulat telur. Tutup kantongnya memiliki lebar 1-1,5 cm dan panjang 1,5-2,2 cm, serta berbentuk bulat telur terbalik pula. Selain itu, kantong atasnya memiliki bibir kantong dengan panjang 0,1-0,2 cm. Giginya tidak jelas; tajinya tunggal dan memiliki panjang 0,1-0,2 cm.[6] Rongga dalam kantong N. tobaica secara umum memiliki kelenjar yang tidak menyeluruh.[7]

Bunga jantannya memiliki panjang 15–20 cm, serta tangkai dengan panjang 10–20 cm. Anak tangkai bunganya hanya satu dan tidak memiliki brakteola (daun pelindung). Satu tangkai bunga jantan mewadahi dua bunga jantan.[7] Bunga betinanya memiliki panjang 15–18 cm dan tangkai dengan panjang 12–15 cm. Serupa dengan bunga jantan, bunga betunannya memiliki satu anak tangkai bunga dan tidak memiliki brakteola.[6]

Habitat[sunting | sunting sumber]

N. tobaica dapat hidup mulai dari ketinggian 450 mdpl hingga 1.600 mdpl. Spesies ini adalah spesies endemik di Pulau Sumatra; habitatnya luas, tetapi terpisah-pisah sepanjang Sumatra. Pengecualiannya adalah daerah sekitar Danau Toba, tempat tumbuhan ini banyak ditemukan secara bergerombol. Di luar daerah sekitar Danau Toba, spesies ini jarang ditemui. Tumbuhan ini dapat hidup di daerah berbatu (seperti tebing), daerah bersemak, serta habitat artifisial.[1] Di Tapanuli Selatan, N. tobaica hanya dapat ditemui di Kecamatan Sipirok.[8]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Clarke 2018.
  2. ^ BSA.
  3. ^ Ginting 2018, hlm. 28.
  4. ^ Ginting & Lubis 2017, hlm. 186.
  5. ^ Ginting 2018, hlm. 25.
  6. ^ a b c Ginting 2018, hlm. 29.
  7. ^ a b Adam & Hamid 2007, hlm. 73.
  8. ^ Ginting & Lubis 2017, hlm. 185.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

Adam, Jumaat H; Hamid, Hafiza A (2007). "Pitcher Plants (Nepenthes) Recorded From Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Selangor, Malaysia". International Journal of Botany. Science Alert. 3 (1): 71–77. doi:10.3923/ijb.2007.71.77. ISSN 1811-9700. 

[BSA] Botanical Society of America. "Nepenthes - the Monkey Cups". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-09. Diakses tanggal 2019-11-09. 

Clarke, C.M (2018), Nepenthes tobaica, IUCN, doi:10.2305/IUCN.UK.2018-1.RLTS.T39705A143965440.en 

Ginting, Nurmaini (2018). "Keanekaragaman Nepenthes di Kecamatan Sipirok". BioLink (Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan). Universitas Medan Area. 5 (1): 22-30. doi:10.31289/biolink.v5i1.1691. ISSN 2356-4806. 

Ginting, Nurmaini; Lubis, Jalilah Azizah (2017). "Inventarisasi Nepenthes di Tapanuli Selatan". BioLink (Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan). Universitas Medan Area. 3 (2): 183-193.