Musang Berjanggut (film 1959)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Musang Berjanggut
SutradaraP. Ramlee
SinematograferHitam-putih
DistributorMalay Film Productions Ltd
Tanggal rilis
  • 1 Agustus 1959 (1959-08-01)
NegaraMalaysia
BahasaBahasa Melayu

Film Musang Berjanggut merupakan sebuah flem Melayu yang ditayangkan di Malaysia pada tanggal 1 Agustus 1959. Film ini ditayangkan dalam bentuk film hitam putih. Pengarah film Musang Berjanggut adalah P. Ramlee, dikeluarkan oleh Shaw Brothers Limited, dan dibuat oleh Malay Film Productions.

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Film bermula saat Sultan Ahmad Shah Bana (Ahmad Nesfu) memerintah negeri Pura Chendana. Baginda dibantu oleh Datok Bendahara (Udo Omar), Datok Bentara Mangku Bumi (Malik Sutan Muda), Datok Pujangga, dan Datok Nikah Kahwin (Mustarjo). Karena tidak memiliki ahli waris, Baginda bertitah kepada rakyatnya bahwa ia akan mengambil seorang anak angkat. Banyak orangtua datang ke istana dan akhirnya Tun Nila Utama dipilih sebagai anak angkat.

Selama usia remajanya, Tun Nila Utama mempersiapkan diri untuk menjadi pengganti sultan. Setelah sekian lama, akhirnya Tun Nila Utama pulang ke istana. Kepulangannya disambut meriah, baginda Sultan menitahkannya untuk membangun rumah tangga. Tun Nila Utama enggan karena menganggap semua perempuan yang ada di negerinya hanyalah semata-mata betina. Saat baginda Sultan menanyakan artinya, Tun Nila Utama menjawab, "Perempuan menjaga kehormatam, tetapi betina menjualnya." Baginda murka mendengar pernyataan Tun Nila Utama sehingga ia memberi waktu satu tahun untuk Tun Nila Utama pergi ke luar mencari isteri. Jika gagal, Tun Nila Utama akan dihukum pancung. Tun Nila sendiri berkata bahwa ia tidak akan mencukur semua rambut di kepalanya sebelum ia bertemu wanita yang ia idam-idamkan.

Tun Nila Utama keluar dari negeri Pura Chendana dengan berbekal azam dan satu kantung campuran berbagai bahan makanan, yaitu beras, garam, cabai, bawang putih, dan bumbu-bumbu. Ia bersumpah, barang siapa yang mau memasak bahan yang ada di dalam kantung itu, perempuan itulah yang akan dinikahinya. Setiap menumpang menginap di rumah orang, jika ada anggota keluarga wanita yang belum menikah, Tun Nila akan memintanya untuk memasak bahan-bahan dalam kantung yang ia bawa. Semua wanita muda itu, setelah melihat isi kantung, segera mengembalikan kantung tersebut karena menganggap permintaan Tun Nila tidak masuk akal, bahkan menuduhnya orang gila. Lama kemudian, kumis dan janggut Tun Nila tumbuh lebat karena tidak dicukur.

Suatu hari, Tun Nila Utama bertemu dengan Puspawangi di tepi pantai. Gadis yang ramah tersebut memanggilanya "Tok Janggut" ("Pria tua berjanggut"). Puspawangi membawa Tun Nila Utama ke rumahnya dan orang tua Puspawangi menyambut baik tamu putrinya tersebut. Saat hendak memasak, Tun Nila menyodorkan kantung yang ia bawa kepada Puspawangi. Begitu melihat isi kantung, Puspawangi dan ibunya berpikir apa maksud dari Tun Nila, apakah ia keliru memberikan kantung atau ada muslihat yang ia sembunyikan. Ibunya hampir mengembalikan kantung Tun Nila, tetapi Puspawangi mencegahnya sambil berkata bahwa Tun Nila bukan orang gila melainkan cerdas. Ia menuangkan isi kantung ke sebuah tampah besar kemudian memilah-milah bahan-bahan di dalamnya, kemudian mulai memasak.

Setelah makan disediakan, ayah Puspawangi terkejut karena makanan yang disediakan tidak seperti biasanya. Ia bertanya darimana Puspawangi memperoleh bumbu-bumbu untuk masakan tersebut. Puspawangi menjawab bahwa bahan-bahan yang ia gunakan berasal dari kantung yang diberikan oleh Tun Nila. Tun Nila terkesan dan malam itun ia mencukur janggut dan kumisnya. Keesokan paginya, ia melamar Puspawangi yang pada gilirannya terkejut karena ternyata Tun Nila adalah pria muda yang tampan. Tun Nila menceritakan perjalanan yang ia lakukan kepada ayah Puspawangi dan hasratnya untuk memperistri putrinya tersebut dan disetujui.

Setelah menikah, Tun Nila kembali ke istana Pura Chendana bersama dengan isterinya. Namun, Megat Alang Sengketa yang juga mencintai Puspawangi menghalangi perjalanan keduanya kemudian bersilat melawan Tun Nila. Megat Alang Sengketa akhirnya tewas dan Tun Nila Utama meneruskan perjalanan ke Pura Chendana.

Kepulangannya disambut meriah oleh keluarga dan seluruh negeri Pura Chendana. Keesokkannya Tun Nila Utama mengadap baginda Sultan. Karena kecantikan Puspawangi, baginda Sultan bersama empat orang menterinya menginginkan Puspawangi sebagai istri mereka sendiri. Baginda berpura-pura sakit kemudian meminta nasihat para menterinya. Mereka berkata bahwa dalam mimpi, hanya musang berjanggut yang mampu menyebuhkan penyakit sang raja dan bahwa binatang itu takut kepada wanita. Tun Nila akhirnya berangkat sendiri, sementara Puspawangi tinggal di rumahnya. Namun, Puspawangi mencurigai sesuatu dan meminta suaminya untuk bersembunyi di dalam kampung. Begitu Tun Nila Utama keluar rumah, utusan baginda tiba untuk meminta Puspawangi menghadap. Baginda berkata bahwa ia ingin menjadi pendamping Puspawangi, Puspawangi menyetujuinya. Dalam perjalanan pulang, satu persatu menteri baginda juga membuat janji bertemu, semuanya disetujui Puspawangi.

Malamnya, satu demi satu para menteri datang. Setiap satu orang datang, Puspawangi berpura-pura jatuh cinta orang tersebut, memaksa mereka untuk membujktikan cinta mereka dengan cara melakukan hal yang memalukan. Saat ada yang datang lagi, Puspawangi menyuruh yang sebelumnya untuk bersembunyi di dalam rumah. Akhirnya raja tiba, tiba-tiba sesosok hantu muncul di jendela. Baginda dan keempat menterinya ketakutan dan melarikan diri dari dalam rumah, kecuali Datok Nikah Kahwin yang berjanggut karena ia terperangkap di dalam peti. Ternyata hantu tersebut adalah Tun Nila yang menyamar, ia memuji kesetiaan dan kepandaian Puspawangi.

Keesekoan harinya Tun Nila membawa peti berisi Datok Nikah Kahwin ke istana untuk dipersembahkan kepada baginda, dengan mengatakan bahwa ia telah berhasil menangkap musang berjanggut. Sultan membuka peti tersebut dan bersama tiga menterinya yang lain ia terkejut melihat isinya adalah Datok Nikah Kahwin berada. Masing-masing salng menyalahkan, tetapi akhirnya terdiam setelah masing menyedari kejadian malam sebelumnya. Baginda Sultan kemudian memberikan tahtanya kepada Tun Nila Utama, termasuk semua menterinya untuk menebus kesalahan mereka.

Filmografi[sunting | sunting sumber]

Aktor[sunting | sunting sumber]

Daftar pemain film Musang Berjanggut:[1]

  • Tan Sri Dr P. Ramlee sebagai Tun Nila Utama, atau Raja Muda Pura Cendana
  • Datin Saadiah sebagai Puspawangi
  • Ahmad Nisfu sebagai Raja Alam Syahbana
  • Udo Omar sebagai Datuk Bendahara
  • Malek Sutan Muda sebagai Datuk Bentara Mangku Bumi
  • Nyong Ismail sebagai Datuk Pujangga
  • Mustarjo sebagai Datuk Nikah Kahwin
  • Shariff Dol sebagai Megat Alang
  • Habsah Buang
  • Kemat Hassan
  • Raden Sudiro
  • Momo
  • A. Rahim
  • M. Rafee

Kru film[sunting | sunting sumber]

  • Tan Sri Dr P. Ramlee sebagai Director
  • Tan Sri Dr P. Ramlee sebagai Screenplay
  • Mustafa Yassin sebagai Art Director
  • S. Sudarmaji sebagai Assistant Director
  • Normadiah sebagai koreografer
  • Tan Sri Dr P. Ramlee sebagai komposer

Lagu[sunting | sunting sumber]

  • Pura Chendana
  • Wahai Nenek/Cucu-Cucu
  • Mari Kita Ke Ladang

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Cinema Malaysia. Unduh= 7 Februari 2014. Musang Berjanggut Diarsipkan 2014-02-21 di Wayback Machine..

Lihat pula[sunting | sunting sumber]