Tuhan atas hari Sabat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kristus dan para Rasul-Nya, kaca patri Tiffany, tahun 1890.

Tuhan atas hari Sabat adalah istilah yang diterapkan Yesus yang muncul dalam ketiga Injil Sinoptik, Matius 12:1–8, Markus 2:23–28 dan Lukas 6:1–5. Bagian-bagian ini masing-masing berhubungan perjumpaan antara Yesus, para Rasul dan orang-orang Farisi, yang pertama dari empat "hari Sabat kontroversi".[1]

Catatan Alkitab[sunting | sunting sumber]

Injil Matius: Matius 12:1-8

Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. 12:2 Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." 12:3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, 12:4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? 12:5 Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, tetapi tidak bersalah? 12:6 Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. 12:7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. 12:8 Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."[2]

Injil Markus: Markus 2:23-28

2:23 Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. 2:24 Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" 2:25 Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, 2:26 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu--yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam--dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" 2:27 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 2:28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."[3]

Injil Lukas: Lukas 6:1-5

Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. 6:2 2 Tetapi beberapa orang Farisi berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat? " 6:3 Lalu Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, 6:4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?" 6:5 Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."[4]

Komentari[sunting | sunting sumber]

Beberapa versi dari Injil Lukas memberikan tanggal tertentu untuk kejadian itu - hari Sabat kedua setelah yang pertama (kemungkinan berarti hari Sabat dihitung dari Hari Raya Pertama Persembahan Buah-buahan (Shavuot) sesuai dengan Imamat 23).[5]

Injil Matius (satu-satunya) memberikan contoh tambahan untuk membenarkan bekerja pada hari Sabat sebagai "contoh kedua, jika yang pertama tidak meyakinkan Anda":[6]

"[Menurut] kitab Taurat, pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, tetapi tidak bersalah"[7]

Teolog Lutheran Johann Albrecht Bengel menyarankan bahwa dialog ini bisa terjadi pada waktu peraturan tentang korban untuk Bait Allah dalam Kitab Imamat sedang dibacakan sebagai bacaan tahunan dalam ibadah hari Sabat;[8] Namun, Pulpit Commentary mempertanyakan hal ini karena ada "ketidakpastian ganda: pertama, apa memang benar waktunya pada tahun itu; dan kedua, apa menjadi jadwal pembacaan Taurat mingguan zaman sekarang merupakan kebiasaan yang sama pada tahun itu?"[6]

Matius membuat dua pernyataan mengenai pandangan Yesus dari peran-Nya: Dia adalah Tuhan [bahkan] atas Sabat dan juga Dia adalah 'seseorang yang melebihi Bait Allah'.[9] Ada interpretasi yang berbeda dari pernyataan mengenai Anak Manusia dalam Matius 12:1–8 bahwa "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat". Dapat berarti bahwa Yesus yang mengaku sebagai Tuhan atau bahwa rasul-rasul-Nya yang berhak untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan pada hari Sabat.[10]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Early narrative Christology by Christopher Kavin Rowe 1979 ISBN 0-8028-2249-5 page 105
  2. ^ Matius 12:1–8
  3. ^ Markus 2:23–28
  4. ^ Lukas 6:1–5
  5. ^ Lukas 6:1
  6. ^ a b Pulpit Commentary on Matthew 12, accessed 8 January 2017
  7. ^ Matius 12:5
  8. ^ Bengel's Gnomon on the New Testament on Matthew 12, accessed 8 January 2017
  9. ^ Matius 12:6
  10. ^ The Gospel of Matthew by William Barclay 2001 ISBN 0-664-22492-X page 30

Lihat pula[sunting | sunting sumber]