Muhammad dan Alkitab

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Para teolog Muslim meyakini bahwa terdapat Penyebutan mengenai Muhammad yang tersirat di dalam beberapa bagian Alkitab. Beberapa ayat Al-Qur'an dan beberapa Hadis menyatakan bahwa nama "Muhammad" pernah ditulis didalam Alkitab, tetapi kemudian disembunyikan oleh para ahli kitab.[butuh klarifikasi]

Di sisi lain, para sarjana non Muslim umumnya menafsirkan ayat-ayat ini sebagai mengacu pada komunitas Israel atau tindakan soteriologis pribadi Yahweh terhadap orang Israel atau anggota komunitas yang setia, seperti dalam kasus Yesaya 42. Injil Barnabas, yang merupakan teks palsu hasil fabrikasi zaman modern awal, menyebutkan secara eksplisit nama "Muhammad". Beberapa teolog Muslim juga mengklaim paracletus (bahasa Yunani: penolong) yang disebut oleh Yesus pada Injil Yohanes sebagai Muhammad.

Interpretasi Islam[sunting | sunting sumber]

Menurut Al-Quran[sunting | sunting sumber]

Beberapa ayat Al-Qur'an seperti Asy-Saff (61:6) sering dikutip untuk membenarkan bahwa Yesus menubuatkan dan membawa kabar baik tentang kedatangan seorang nabi yang akan datang setelahnya. Sejarawan dan hagiografer Muslim (seperti Ibn Ishaq) menyatakan bahwa penduduk Madinah menerima Islam karena kesadaran mereka akan nubuatan ini dan karena mereka melihat Muhammad memenuhinya.[1] Walaupun begitu, kebenaran tersebut disembunyikan oleh sebagian kalangan Ahli Kitab karena rasa dengki karena ternyata nabi terakhir ini bukan dari Bani Israil.



Ulangan 18:18[sunting | sunting sumber]

Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.

— [Ulangan 18:18]

Al-Samawal al-Maghribi, seorang matematikawan Yahudi yang memeluk Islam, menunjuknya dalam bukunya Confutation of the Jews sebagai ramalan yang digenapi oleh Muhammad.[2] Samawal berpendapat dalam bukunya bahwa jika anak-anak Esau yang digambarkan dalam Ulangan 2:4-6 dan Bilangan 20:14 sebagai saudara dari bani Israel, maka anak-anak Ismael juga dapat digambarkan dengan cara yang serupa.[3]

Perintahkanlah kepada bangsa itu, demikian: Sebentar lagi kamu akan berjalan melalui daerah saudara-saudaramu, bani Esau, yang diam di Seir; mereka akan takut kepadamu. Tetapi hati-hatilah sekali;

— [Ulangan 2:4-6]

Dan juga ayat ini:

Kemudian Musa mengirim utusan dari Kadesh kepada raja Edom dengan pesan: "Beginilah perkataan saudaramu Israel: Engkau tahu segala kesusahan yang telah menimpa kami,

— [Bilangan 20:14]

Ulangan 33:2[sunting | sunting sumber]

Berkatalah ia: "TUHAN datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.

— [Ulangan 33:2]

Al-Samawal al-Maghribi menyebut ayat ini juga dalam bukunya sebagai nubuatan Muhammad. Dia mengatakan bahwa Gunung Sinai mengacu pada Musa, Gunung Seir "Gunung Esau" mengacu pada Yesus, dan Gunung Paran "Gunung Ismael" mengacu pada Muhammad.[4] Sejak itu, banyak cendekiawan Muslim melihat Ulangan 33 sebagai berisi prediksi atau nubuat tentang kenabian Muhammad.[5]

Ulangan 33:2 adalah bagian dari puisi yang dikenal sebagai Berkat Musa yang mencakup Ulangan 33:1-29. Para ahli menganggap bahwa puisi itu berfungsi sebagai deklarasi Yahwistik untuk berkat masa depan Israel sebagai satu kesatuan sosial yang akan mendapat manfaat dan kemakmuran melalui kebaikan YHWH. Puisi tersebut menceritakan pergerakan YHWH dari selatan dari Gunung Sinai, gunung di mana Dia tinggal, ke pintu masuk-Nya di tempat kejadian sebagai "kekuatan penyerang yang tangguh."[6]

Interpretasi Kristen[sunting | sunting sumber]

Penulis Kristen Abad Pertengahan mengklaim bahwa Muhammad dinubuatkan dalam Alkitab, sebagai Antikristus yang akan datang, nabi palsu, atau Mesias palsu. Menurut sejarawan Albert Hourani, interaksi awal antara orang Kristen dan Muslim dicirikan oleh permusuhan di pihak Bizantium karena mereka menafsirkan Muhammad dalam konteks alkitabiyah sebagai Antikristus.[7] Eksponen paling awal yang diketahui dari pandangan ini adalah Yohanes dari Damaskus pada abad ke-7 atau ke-8. Di era Reformasi, John Calvin (Abad ke-16) berpendapat bahwa "Nama Antikristus tidak menunjuk satu individu, tetapi satu kerajaan yang meluas ke beberapa generasi", dengan mengatakan bahwa baik Muhammad maupun paus Katolik adalah "antikristus".[8][9]

Daniel 7[sunting | sunting sumber]

Nubuat "Empat kerajaan Daniel" dalam Bab 7 Kitab Daniel telah ditafsirkan oleh orang Kristen sebagai prediksi Muhammad. Biarawan Eulogius dari Córdoba (abad ke-9) berpendapat bahwa Muhammad adalah Binatang Keempat dalam nubuatan.[10] Biksu abad pertengahan lainnya, Alvarus, berpendapat bahwa Muhammad adalah "raja kesebelas" yang muncul dari Binatang Keempat. Menurut sejarawan John Tolan,

Dalam deskripsi Daniel tentang hal ini, Alvarus melihat karir Antikristus Muhammad dan murid-muridnya. Raja kesebelas ini yang muncul setelah yang lain, "berbeda dari yang pertama," yang menaklukkan tiga raja, bukankah Muhammad, yang mengalahkan Yunani, Romawi, dan Goth? "Dan dia akan mengucapkan kata-kata besar melawan Yang Mahatinggi": bukankah dia menyangkal keilahian Kristus, dengan demikian, menurut Santo Yohanes, menunjukkan dirinya sebagai Antikristus? Dia "akan melemahkan orang-orang kudus dari Yang Mahatinggi": bukankah ini prediksi penganiayaan yang dilakukan oleh umat Islam, khususnya kemartiran Córdoba? Dia akan "berpikir untuk mengubah waktu dan hukum": apakah dia tidak memperkenalkan kalender Muslim dan Alquran?"[11]

Matius 24[sunting | sunting sumber]

sekitar 50 orang Kristen dibunuh di Córdoba yang dikuasai Muslim, Andalusia, setelah seorang pendeta Kristen bernama Perfectus mengatakan bahwa Muhammad adalah salah satu dari "Kristus palsu" yang dinubuatkan dalam Matius 24:16-42. Eulogius dari Córdoba membenarkan pandangan Perfectus dan para Martir Córdoba lainnya, dengan mengatakan bahwa mereka menyaksikan "melawan malaikat Setan dan pelopor Antikristus, ... Muhammad, bidat."[9]

Wahyu 9[sunting | sunting sumber]

Menurut Martin Luther (abad ke-16), Muhammad adalah "Celaka Kedua" dalam Kitab Wahyu 9:13-21.[12][13]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ibn Ishaq, Translated by A. Guillaume (2002-10). Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah - The Life of Muhammad Translated by A. Guillaume. 
  2. ^ "al-Maghribi, Al-Samawal; Confutation of the Jews (in Arabic). Syria: Dar Al Qalam, 1989, 75". 
  3. ^ "al-Maghribi, Al-Samawal; Confutation of the Jews (in Arabic). Syria: Dar Al Qalam, 1989, 77". 
  4. ^ "al-Maghribi, Al-Samawal; Confutation of the Jews (in Arabic). Syria: Dar Al Qalam, 1989, 67". 
  5. ^ "Muhammad Ali and Zahid Aziz, English Translation of the Holy Quran: With Explanatory Notes, Revised 2010 edition, 211". 
  6. ^ "Brueggemann, Walter. Deuteronomy. Abingdon Press, 2001, 284-286". 
  7. ^ Esposito, John L., The Oxford History of Islam: Oxford University Press, 1999, p.322.
  8. ^ Hourani, Albert (1967). "Islam and the philosophers of history". Middle Eastern Studies. 3 (3): 206. doi:10.1080/00263206708700074. 
  9. ^ a b McGinn, Bernard, Antichrist: Two Thousand Years of the Human Fascination with Evil, Columbia University Press. 2000, p.86; 212.
  10. ^ Quinn, Frederick, The Sum of All Heresies: The Image of Islam in Western Thought, Oxford University Press, 2008, p.30
  11. ^ John Tolan, Saracens: Islam in the Medieval European Imagination, Columbia University Press. New York: 2002, p.81.
  12. ^ Melloni, Alberto (2017). Martin Luther: A Christian between Reforms and Modernity (1517-2017) (dalam bahasa Inggris). Walter de Gruyter GmbH & Co KG. hlm. 659. ISBN 9783110499025. Diakses tanggal 14 August 2019. 
  13. ^ Luther, Martin; Wengert, Timothy J. (2007). Luther's Spirituality (dalam bahasa Inggris). Paulist Press. hlm. 52. ISBN 9780809139491. Diakses tanggal 14 August 2019.