Mode sirkular
Mode sirkular adalah penerapan konsep ekonomi sirkular dalam industri mode yang berfokus pada pengurangan limbah, pelestarian lingkungan, serta pembentukan sistem produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Berbeda dengan model linier tradisional “ambil-buat-buang”, pendekatan ini menitikberatkan pada perpanjangan siklus hidup produk tekstil melalui penggunaan kembali, perbaikan, daur ulang, dan peningkatan kualitas. Lahirnya istilah mode sirkular berkaitan erat dengan perubahan yang dipicu oleh Revolusi Industri.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sebelum industrialisasi, pakaian dipandang sebagai barang berharga dengan nilai guna tinggi. Proses pembuatannya dilakukan secara manual menggunakan bahan alami seperti wol, linen, dan kapas yang dipintal serta ditenun dengan keterampilan tangan. Pakaian dibuat agar tahan lama, diwariskan antargenerasi, diperbaiki bila rusak, dan diubah fungsinya sesuai kebutuhan.[2]
Saat Revolusi Industri terjadi pada abad ke-18, ketersediaan bahan baku murah dalam jumlah besar serta kemajuan teknologi mendorong pertumbuhan pesat industri tekstil. Kondisi ini membuat produsen mengadopsi model ekonomi linier, yang mengandalkan pemakaian sumber daya mentah secara masif, konsumsi energi tinggi, serta perolehan keuntungan besar dengan modal dan tenaga kerja relatif rendah. Akibatnya, pakaian bergeser dari barang bernilai tinggi menjadi produk sekali pakai.[3]
Perubahan semakin jelas pada akhir 1990-an, ketika perusahaan mode global seperti Inditex (Zara) dari Spanyol, H&M dari Swedia, dan Uniqlo dari Jepang menekankan pada pembaruan gaya yang cepat. Mode dan tren lebih dipentingkan daripada kualitas material.[4] Seperti dicatat Jan de Vries, penurunan mutu bahan sejalan dengan meningkatnya dominasi bentuk dan gaya. Orientasi terhadap gaya ini menyebabkan praktik daur ulang, penggunaan kembali, serta pengelolaan limbah diabaikan, diperkuat oleh kebijakan pemerintah yang kurang menekankan pentingnya pengelolaan limbah maupun regulasi daur ulang.[3][2]
Di Amerika Serikat setiap orang rata-rata menghasilkan limbah tekstil sekitar 35 kg per tahun, sedangkan di Indonesia tercatat 2,3 juta ton limbah tekstil atau sekitar 12 persen dari total limbah rumah tangga. Menurut data SIPSN KLHK tahun 2021, limbah rumah tangga sendiri menyumbang 42,12 persen dari keseluruhan komposisi sampah. Dari jumlah limbah tekstil tersebut, hanya sebagian kecil yang berhasil didaur ulang.[5] Limbah pakaian yang berakhir di tempat pembuangan sampah, atau dibakar di tempat terbuka, menimbulkan risiko lingkungan yang serius.[6]
Memasuki akhir abad ke-20 hingga abad ke-21, kesadaran terhadap krisis lingkungan melahirkan kritik terhadap praktik fesyen cepat. Peneliti, aktivis lingkungan, dan pelaku industri mulai mendorong gagasan ekonomi sirkular. Mode sirkular kemudian menjadi pendekatan baru yang menekankan penggunaan bahan ramah lingkungan, pengurangan limbah, perpanjangan umur produk, serta penerapan sistem daur ulang dan regenerasi dalam industri tekstil.[7][8]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ↑ Marco, Pasquale De (2025-04-16). Fashionography: Understanding Fashion (dalam bahasa Inggris). Pasquale De Marco.
- 1 2 Fennetaux, Ariane; Garcin, Emmanuelle (2024). "Combined Perspectives on Textile Durability in 18th and 19th-Century Europe". Artefact (20): 135–166.
- 1 2 Muthu, Subramanian Senthilkannan (2018-11-05). Circular Economy in Textiles and Apparel: Processing, Manufacturing, and Design (dalam bahasa Inggris). Woodhead Publishing. ISBN 978-0-08-102653-3.
- ↑ Pouillard, Veronique; Dubé-Senécal, Vincent (2023-10-24). The Routledge History of Fashion and Dress, 1800 to the Present (dalam bahasa Inggris). Taylor & Francis. ISBN 978-1-000-96348-9.
- ↑ "Mengenal fesyen sirkular, siklus yang mengubah dinamika dunia mode". Antara News. 2022-02-23. Diakses tanggal 2025-09-25.
- ↑ Seidu, Raphael Kanyire dkk (2024). "A review of circular fashion and bio-based materials in the fashion industry". Circular Economy and Sustainability.
- ↑ Das, Anik Kumar dkk (2025). "Circular economy: A sustainable model for waste reduction and wealth creation in the textile supply chain". SPE Polymers.
- ↑ Aggarwal, Vijita Singh; Nagpal, Liza (2023). "Reviving Sustainability: The Evolution and Importance of Circular Fashion in Modern Times" (PDF). INCFAT’23.