Minhajul Abidin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Minhajul Abidin (secara harfiah berarti Pedoman Dasar bagi para Ahli Ibadah) adalah kitab tasawuf karangan Imam Al-Ghazali. Kitab ini ditulis menjelang wafatnya Imam Al-Ghazali. Dengan kata lain, ditulis setelah Kitab Ihya Ulumuddin.

Dalam kitab ini Imam Al-Ghazali menggunakan istilah 'aqobah yang artinya jalan mendaki yang sukar ditempuh.[1] Menurut Imam Al-Ghazali ada tujuh 'aqobah yang dapat menghambat kualitas ibadah serta faktor-faktor yang menghambat komunikasi personal seorang hamba dengan Tuhan. Dalam teks indonesia 'abobah diterjemahkan sebagai tanjakan. Namun, ada juga yang menafsirkan kata 'aqobah dalam kitab ini sebagai metode atau juga rintangan. Tujuh tanjakan tersebut harus ditempuh oleh setiap hamba untuk meningkatkan kualitas ibadahnya kepada Allah.

Dengan demikian, tema pokok dalam kitab Minhajul Abidin ini lebih fokus dan lebih bersifat praktis jika dibandingkan dengan kitab Ihya Ulumuddin.[1]


Tanjakan Pertama[sunting | sunting sumber]

Ilmu dan Ma'rifat [2]

"ilmu itu ibarat permata dan lebih utama dari ibadah. Namun, kita tidak boleh meninggalkan ibadah dengan disertai ilmu. Misalnya sebuah pohon, ilmu ibarat pohonnya dan ibadah buahnya. Maka, jika kita beribadah tanpa dibekali ilmu, ilmu tersebut akan lenyap bagaikan debu ditiup angin" (Halaman 18.)

"Ilmu makrifat adalah, orang yang harus mengenal 4(empat) perkara: 1. Mengenal dirinya. 2. Mengenal Tuhannya. 3. Mengenal dunia. 4. Mengenal akhirat. (halaman 37-38)

Tanjakan Kedua[sunting | sunting sumber]

Taubat [2]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Ketiga[sunting | sunting sumber]

Godaan [2]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Keempat[sunting | sunting sumber]

Rintangan [2]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Kelima[sunting | sunting sumber]

Pendorong [3]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Keenam[sunting | sunting sumber]

Cacat-cacat (Celaan) [2]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Ketujuh[sunting | sunting sumber]

Puji dan Syukur kepada Allah SWT [2]

Penjelasan segera menyusul

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Penerbit Hikmah (2005). 7 Metode Menjernihkan Nurani. Cetakan I. ISBN 979-3674-45-8
  2. ^ a b c d e f Wasiat Imam Ghazali, Minhajul Abidin. Mutiara ilmu, Surabaya (Cetakan pertama, 2013)
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :amersukri