Meme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 4 Mei 2013 12.34 oleh DennyRG (bicara | kontrib) (←Suntingan 180.248.137.246 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh EmausBot)

Meme (biasa dibaca mim) adalah neologi yang dikenal sebagai karakter dari budaya, yang termasuk di dalamnya yaitu gagasan, perasaan, ataupun perilaku (tindakan). Berikut merupakan contoh meme: gagasan, ide, teori, penerapan, kebiasaan, lagu, tarian dan suasana hati. Meme dapat bereplikasi dengan sendirinya (dalam bentuk peniruan) dan membentuk suatu budaya, cara seperti ini mirip dengan penyebaran virus (tetapi dalam hal ini terjadi di ranah budaya). Sebagai unit terkecil dari evolusi budaya, dalam beberapa sudut pandang meme serupa dengen gen. Richard Dawkins, dalam bukunya The Selfish Gene,[1] menceritakan apa dan bagaimana dia menggunakan istilah meme untuk menceritakan bagaimana prinsip darwinian untuk menjelaskan penyebaran ide ataupun fenomena budaya. Dawkins juga memberi contoh meme yaitu nada, kaitan dari susunan kata, kepercayaan, gaya berpakaian dan perkembangan teknologi.

Teori meme menjelaskan bahwa meme berkembang dengan cara seleksi alam (mirip dengan prinsip evolusi biologi yang dijelaskan oleh penganut Darwinian) melalui proses variasi, mutasi, kompetisi, dan warisan budaya yang mana memengaruhi kesuksesan reproduksi di setiap individu. Maka dengan demikian meme, menyebar berupa ide dan bila tidak berhasil diakan mati, sedangkan yang lain akan bertahan, menyebar, dan (untuk tujuan yang lebih baik bahkan lebih buruk) akan bermutasi. "Ilmuwan memetika mempunyai pendapat bahwa meme yang mempunyai ketahanan terbaik akan menyebar dengan efektif dan memengaruhi si objek (suatu individu)".[2]

Asal-usul dan konsep

Kata meme pertama kali dikenalkan oleh Dawkins melalui bukunya The Selfish Gene pada tahun 1976. Istilah meme berasal dari bahasa Yunani "mimeme" (sesuatu yang menyerupai/menirukan), dan terdengar serupa dengan gen (gene). Dawkins memakai istilah ini untuk mendefinisikan lahirnya budaya dengan anggapan terjadinya merupakan bentukan dari banyak replikator. Hipotesisnya adalah manusia seharusnya melihat kelahiran budaya berasal dari banyaknya bentukan replikator, yang umumnya mereplikasi melalui hubungan dengan manusian, yang telah berevolusi sebagai peniru (walaupun tidak sempurna) (copy) informasi maupun prilaku yang efisien. Meme tidak selalu terkopi secara sempurna, bahkan dapat hilang, tercampur atau bahkan berubah dikarenakan pengaruh dari ide lainnya, sehingga menjadikan suatu meme yang baru. Meme tersebut (meme yang baru) dapat menjadi lebih baik (atau buruk) sebagai replikator dibandingkan dengan meme sebelumnya, hal inilah yang menjadi kerangka hipotesis dari evolusi budaya, analogi tersebut membimbing kita menuju evolusi biologi yang berbasiskan gen.

Etimologi

Sejarah dari unit evolusi sosial, dan istilah serupa (bahasa yunani mneme, berarti "memory") pertama diungkapkan pada tahun 1904 oleh ilmuwan evolusi biologi Jerman yang bernama Richard Semon berjudul Die Mnemischen Empfindungen in ihren Beziehungen zu den Originalempfindungen. Menurut OED (Oxford English Dictionary), kata mneme muncul di Inggris pada tahun 1921 yang terdapat pada terjemahan buku Semon, The Mneme.

Menurut Dawkins, orang yang menemukan kata "meme" tanpa mengetahui mneme, meme merepresetasikan jarak terpendek dari mimeme (berdasarkan bahasa Yunani yaitu mimos, "mimic"). Dawkins mengatakan bahwa dia menginginkan "sebuah kata yang terdiri dari satu suku kata karena terdengar seperti kata gene (gen)"

Analogi genetik Dawkins

Richard Dawkins memperkenankan istilah tersebut setelah menulis bahwa evolusi tidak bergantung pada fakta-fakta yang berbasiskan kimia genetik, tetapi terjadi pada keberadaan replikasi diri setiap unit dari perubahan - pada contoh kasus evolusi biologi, hal ini terjadi pada gen. Menurut Dawkins, meme hanya terjadi pada unit replikasi diri tersebut, dan yang paling penting bahwa, setiap unit tersebut sangat berguna untuk menjelaskan perilaku manusia dan evolusi budaya.

Pada saat perayaan ke-30 penerbitan The Selfish Gene, Dawkins mendeskripsikan postulat meme: yang mengatakan bahwa gagasan tidak banyak memengaruhi terhadap terciptanya nilai dari kompleksitas budaya, tetapi lebih jauh lagi mekanisme dari selfish-genetic akan tetap bekerja tanpa mempunyai replikator.

Contoh-contoh meme

  • Indera manusia, menyebar dari generasi ke generasi.
  • Pekerjaan yang populer, seperti musik, kesusastraan, dan video; lebih sering tertularkan hanya pada suatu massa tertentu.
  • Teknologi dan artifak teknologi: mobil, tulisan, dan lain-lain. Teknologi mendemonstrasikan mutasi sebaik perpindahan, di mana memerlukan proses memetika (atau genetika). sebagai contoh dari "meme teknologi" mengembangakan bangunan tahan api (kebakaran). Beberapa peneliti kadang-kadang mendefinisikan teknologi sebagai "temes". Contoh seperti ini terlihat jelas pada Hukum Moore.
  • Tradisi, termasuk agama, gaya berpakaian, syair, cerita, musik, tarian, dan kebiasaan anak-anak.
  • Teori, termasuk ilmu pendidikan, fiksi ilmiah dan konspirasi.
  • kedokteran dan aturan keselamatan: "tidak boleh berenang setelah makan"
  • konsep yang populer: kebebasan, hukum, aturan kemilikan, ego, dan sifat mementingkan orang lain.

Penularan meme

Pada jangka waktu tertentu informasi ditularkan secara vertikal (dari generasi ke generasi) melalui replikasi dari gen. Selain itu meme juga dapat ditularkan secara horizontal (dalam lingkup generasi tersebut). Maka dari itu meme dapat menjelaskan kebohongan dalam periode yang lama seperti penemuan kembali Copernicus yang berasal dari sudut pandang heliosentrik pertama yaitu Aristarchus.

Meme yang ditularkan menyebabkan pembentikan kebiasaan seseorang. Sebagai contoh kebiasaan berpakaian yang ditularkan seorang artis. Kebiasaan ini pada akhirnya memengaruhi banyak orang pada kehidupan biasa.

Bidang yang menelusuri bagaimana meme menyebar sehingga membentuk budaya disebut memetracker. Saat ini banyak situs web yang mengizinkan untuk menelusuri bagaimana penyebaran informasi seperti Friendster dan Amazon.com. Blogdex Cameron Marlowe yang pertama kali melakukan riset terhadap hal ini.

Meme sebagai satuan diskrit

Dari apa yang telak dikatakan para ilmuan memetik bahwa meme adalah satuan diskrit, maka dapat dikatakan bahwa suatu gagasan bagaimana pun dapat terhitung sebagaimana ide yang menyatakan kalau atom tidak dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi. Dengan meme sebagai satuan terkecil maka tercipta ruang yang menarik "bagaimana suatu gagasan tertular dari seseorang ke yang lainnya?", tanpa memperhatikan isi dari suatu gagasan tersebut, atau gagasan yang membentuk meme yang lebih besar. Meme dapat terkandung dari sebuah kata ataupun meme dapat terkandung sepancang pembicaraan dari pertama kata yang diucapkan sampai akhir. Bentuk dari analogi gagasan gen sebagai sesuatu yang mereplikasi diri diproses sebagai kode. Pada tahun 1981 ilmuwan biologi Charles J. Lumsden dan Edward Osborne Wilson mempublikasikan karyanya yaitu teori gen/budaya sebagi proses evolusi bersama dalam buku berjudul "Genes, Mind, and Culture: The Coevolutionary Process".

Mereka berpendapat bahwa pokok dari unit biologi dalam budaya berhubungan dengan neural network yang mana berfungsi sebagai titik dari sematik memori. Selanjutnya Wilson mengadopsi istilah meme sebagai nama untuk unit pokok dari warisan budaya dan mempunyai peran untuk menyatukan alam dan ilmu sosial dalam buku Consilience: The Unity of Knowledge.

Konsep yang mirip sebelum Dawkins

Plato memakai istilah "eidos" untuk mendeskripsikan sesuatu yang kekal. Menurut Plato, akal manusia mempunyai sifat yang mirip dengan eidos dan hal tersebutlah yang menjadi alasan sesuatu fenomena di seputar dunia. Aristoteles menolak gagasan tersebut dan menyatakan bahwa penggolongan dan pemisahan ada karena ada sesuatu yang mengatur hal tersebut.

Deskipsi dari meme mirip dengan konsep yang diajarkan oleh para sufi.

Gabriel Tarde (1843-1904), seorang sosiolog berkebangsaan Perancis, mengembangkan ide tentang transfomasi budaya yang berlatar belakang peniruan dan pembaharuan dengan sampel interaksi psikologis yang terbatas. Penelitiannya tentang sosiologi mempunyai tujuan untuk menggolongkan fenomena sosial berdasarkan generasi, propaganda ide, praktik dan kebiasaan. Hasil penelitian tersebut yang kemudian dikembangkan menjadi memetik.

Bertrand Russell berulangkali menggunakan kata "kepercayaan adalah kesalahan" dalam tulisannya tentang kesalahan manusia.

John Laurent dalam The Journal of Memetics menyebut bahwa istilah "meme" kemungkinan berasal dari karya Richard Semon. Pada tahun 1904 Semon mempublikasikan Die Mneme, yang beberapa tahun kemudian dialih bahasakan ke bahasa Inggris pada tahun 1924 dengan judul The Mneme. Buku tersebut membicarakan tentang transmisi budaya di mana mempunyai kemiripan dengan pendapat Dawkins. Laurent juga menemukan istilah mneme pada The Soul of the White Ant (1927) oleh Maurice Maeterlinck (yang menurut dugaan orang menjiplak dari Eugène N. Marais) dan juga mempunyai kemiripan dengan konsep Dawkins.

Everett Rogers, yang mempelopori teori penyebaran (Diffusion of innovations) pada tahun 1962, menjelaskan bagaimana dan mengapa seseorang memakai suatu ide. Rogers memikirkan beberapa pengaruh dari ide Gabriel Tarde (1843–1904), yang menemukan hukum imitasi pada bukunya tahun 1890 yang menjelaskan bagaimana seseorang menentukan layak tidaknya suatu budaya ditiru.

Memepleks

Kebanyakan penelitian tentang meme menaruh perhatian pada kumpulan meme yang disebut memepleks (disebut juga meme kompleks atau memekompleks) seperti kepercayaan, budaya, atau doktrin politik dan sistem. Memepleks yang menyandung meme yang saling mendukung akan menjadi lebih sukses dalam hal evolusinya. Memepleks ini juga memainkan peranan penting terhadap keberterimaan dari meme yang baru (bila meme yang baru cocok dengan memepleks maka dapat bergabung. Contohnya memepleks dari suatu kepercayaan membuat keseragaman cara beribadah.

Memetika

Memetika pertama kali dikemukakan ketika Richard Dawkins mereduksi proses dari evolusi gen biologi menjadi satuan pokok yaitu replikator (gen). Dalam penelitiannya untuk mencari kemiripan dan hal lainnya, Dawkins melakukan pengelompokan replikator seperti informasi dan ide. Budaya sebagai contohnya dapat berfungsi sebagai replikator dengan baik.

Memetika menawarkan cara penjelasan terbaik untuk melihat kebenaran nilai yang dikandung dari suatu meme. Memetika juga dapat dengan baik menjelaskan penyebaran suatu nilai seperti pendapat (bersih itu penting), pilihan (daging babi itu menjijikan), dan tahayul (kucing hitam membawa keberuntungan buruk).

Metodologi memetika

Memetika pada umumnya mengadopsi konsep dari teori evolusi (khususnya populasi genetik) dan mengaplikasikanya pada kebudayaan manusia. Memetika juga menggunakan model matematika untuk menjelaskan topik yang sangat kontroversial seperti religi dan sistem politik. Para kritikus memetika mengklaim bahwa metodologi ini mengacuhkan perkembangan berbagai disiplin (seperti sosiologi, psikologi kesadaran, psikologi sosial dan lain sebagainya).

Catatan kaki

  1. ^ Dawkins, Richard (1989). "11. Memes:the new replicators". The Selfish Gene (edisi ke-edisi kedua). Oxford: Oxford University Press. hlm. 352. ISBN 0192177737.  Dawkins menerangkan bahwa dalam edisi kedua ia membicarakan meme khusus untuk memberikan contoh nyata replikasi non-biologis dan prinsip-prinsip evolusi.
  2. ^ Kelly, Kevin (1994). Out of control: the new biology of machines, social systems and the economic world. Boston: Addison-Wesley. hlm. 360. ISBN 0-201-48340-8.