Alkoholisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Masalah minum-minum)
Alkoholisme
"Raja Alkohol dan Perdana Menterinya" c. 1820
Informasi umum
Nama lainSindrom ketergantungan alkohol
SpesialisasiPsikiatri, medical toxicology, psikologi, vocational rehabilitation, Narkologi Sunting ini di Wikidata
William Hogarth: Gin Lane

Alkoholisme dalam pengertian luas adalah meminum segala bentuk alkohol yang mengakibatkan suatu masalah (definisi dari Organisasi Kesehatan Dunia).[1] Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, alkoholisme diartikan sebagai gaya hidup membudayakan alkohol dan hal kecanduan alkohol.[2] Alkoholisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu penyalahgunaan alkohol dan ketergantungan alkohol.[3][4]

Dalam konteks medis, alkoholisme terindikasi saat terpenuhi dua atau lebih kondisi berikut ini: seseorang meminum sejumlah besar dalam rentang waktu yang lama, kesulitan untuk membatasi, memperoleh dan meminum alkohol butuh banyak waktu, sangat menginginkan alkohol, meminum/menggunakan alkohol mengakibatkan tidak terpenuhi tanggung jawab, meminum/menggunakan alkohol mengakibatkan masalah sosial, meminum/menggunakan alkohol mengakibatkan masalah kesehatan, meminum/menggunakan alkohol mengakibatkan situasi yang berbahaya, terjadi sindrom penghentian alkohol, dan terjadi toleransi alkohol (respon tubuh terhadap alkohol lebih tinggi daripada normal).[4] Situasi berbahaya meliputi mengendarai kendaraan bermotor di bawah pengaruh alkohol dan hubungan seksual yang tidak aman.[4] Alkohol dapat berefek pada seluruh bagian tubuh, khususnya otak, jantung, hati, pankreas, dan sistem kekebalan. Alkoholisme dapat mengakibatkan antara lain gangguan mental, Sindrom Wernicke–Korsakoff, detak jantung tidak teratur, gagal hati, dan peningkatan risiko kanker.[5][6] Minum minuman beralkohol selama kehamilan dapat menyebabkan gangguan pada bayi menghasilkan gangguan spektrum alkohol janin.[7] Umumnya perempuan lebih rentan terhadap efek alkohol, baik fisik maupun mental, daripada laki-laki.[8]

Alkoholisme terkait dengan faktor lingkungan dan genetik dengan risiko masing-masing setengahnya. Seseorang yang memiliki salah seorang dari orang tuanya atau saudara kandungnya menderita alkoholisme memiliki kemungkinan tiga atau empat kali menjadi alkoholik.[5] Faktor lingkungan meliputi pengaruh sosial, budaya, dan perilaku.[9] Tingkat stres yang tinggi, sering cemas, dan kemudahan memperoleh alkohol yang murah juga meningkatkan risiko alkoholisme.[5][10] Secara medis alkoholisme dianggap sebagai gangguan fisik dan mental.[11][12] Baik kuesioner maupun tes dara tertentu dapat digunakan untuk mendeteksi orang yang mungkin mengalami alkoholisme. Informasi yang diperoleh kemudian dikumpulkan untuk menentukan diagnosisnya.[5]

Hampir 8% orang dewasa di Amerika Serikat memiliki masalah dalam penggunaan alkohol. Pria 4 kali lebih sering menjadi alkoholik (pecandu alkohol) dibandingkan wanita.

Paparan kronis terhadap etanol, senyawa organik yang terdapat di dalam alkohol, akan merusak mitokondria hepatosit dengan meningkatkan reaksi oksidasi terhadap DNA yang terdapat di dalam mitokondria, yang kemudian berpengaruh pada respirasi seluler pada rantai pernapasan beserta respirasomnya.[13] Disamping itu, etanol juga menginduksi pembentukan ROS dan stres oksidatif.[14]

Tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Efek alkohol pada tubuh

Tanda awal[sunting | sunting sumber]

Risiko ketergantungan alkohol dimulai dari tingkat minum minuman beralkohol yang ringan dan meningkat langsung sesuai dengan banyaknya alkohol yang dikonsumsi dan pola minum. Risiko lebih khusus pada remaja.

Penggunaan jangka panjang[sunting | sunting sumber]

Beberapa kemungkinan efek jangka panjang alkohol pada seseorang yang mungkin berkembang. Selain itu, pada wanita hamil, alkohol dapat mengakibatkan sindrom alkohol fetus.

Alkoholisme ditandai dengan peningkatan toleransi tubuh terhadap alkohol dan ketergantungan fisik pada alkohol, mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengendalikan konsumsi. Tanda-tanda ini berperan mengurangi kemampuan seorang alkoholik untuk berhenti minum.[15] Alkoholisme berefek buruk pada kesehatan mental, menyebabkan gangguan psikiatris dan meningkatkan risiko bunuh diri. depresi adalah gejala umum.[16][17]

Fisik[sunting | sunting sumber]

Efek jangka pendek[sunting | sunting sumber]

Meminum sejumlah minuman beralkohol yang mengakibatkan konsentrasi alkohol dalam darah (Inggris: blood alcohol content, disingkat BAC) sekitar 0,03%-0,12% umumnya mengakibatkan suasana hati yang baik dan mungkin euforia, meningkatkan percaya diri dan sosiabilitas, menurunkan kecemasan, rona merah muncul di wajah dan menimbulkan gangguan penilaian dan koordinasi otot halus. BAC 0,09% hingga 0,25% menyebabkan letargi, sedasi, masalah keseimbangan, dan pandangan mengabur. BAC 0,18% hingga 0,30% mengakibatkan kebingungan, gangguan bicara (seperti, bicara tidak jelas), terkejut sendiri, pusing, dan muntah. BAC 0,25% hingga 0,40% menyebabkan pingsan, tidak sadarkan diri, amnesia anterograd, muntah (kematian dapat terjadi muntah masuk ke pernapasan (aspirasi pulmonari) saat tidak sadar, dan depresi pernapasan (berpotensi kematian). BAC 0,35% hingga 0,80% mengakibatkan koma (hilang kesadaran), depresi pernapasan yang mengancam hidup, dan kemungkinan keracunan alkohol fatal. Karena minum minuman beralkohol saat mengendarai kendaraan bermotor, mengendalikan pesawat terbang, dan mengoperasikan mesin berat meningkatkan risiko kecelakaan, banyak negara memberlakukan hukuman untuk hal-hal tersebut.

Riset[sunting | sunting sumber]

Topiramat, suatu turunan alami gula monosakarida D-fruktosa, diketahui efektif membantu alkoholik berhenti atau mengurangi minum minuman beralkohol. Bukti menunjukkan bahwa topiramat melawan rangsangan reseptor glutamat, menghambat pelepasan dopamin, and meningkatkan fungsi asam gama-aminobutirat (GABA) yang menghambat. Sebuah ulasan tahun 2008 mengenai efektivitas topiramat menyimpulkan bahwa hasil pengujian yang dipublikasikan cukup menjanjikan, tapi hingga 2008, data masih belum cukup untuk mendukung penggunaan topiramat dalam mengatasi ketergantungan alkohol.[18] Sebuah ulasan tahun 2010 menyebutkan bahwa topiramat lebih unggul daripada pilihan-pilihan farmakoterapeutik alkohol yang ada. Topiramat efektif mengurangi keinginan akan alkohol, mendorong penghentian alkohol, serta memperbaiki tingkat kualitas hidup.[19]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Jill Littrell (2014). Understanding and Treating Alcoholism Volume I: An Empirically Based Clinician's Handbook for the Treatment of Alcoholism:volume Ii: Biological, Psychological, and Social Aspects of Alcohol Consumption and Abuse (dalam bahasa bahasa Inggris). Hoboken: Taylor and Francis. hlm. 55. ISBN 9781317783145. The World Health Organization defines alcoholism as any drinking which results in problems 
  2. ^ "Arti kata alkoholisme". KBBI Online. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud. Diakses tanggal 20-04-2016. 
  3. ^ Hasin, Deborah (Desember 2013). "Classification of Alcohol Use Disorders" (dalam bahasa bahasa Inggris). National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA). Diakses tanggal 20-04-2016. 
  4. ^ a b c "Alcohol Use Disorder: A Comparison Between DSM–IV and DSM–5". NIH Publication (dalam bahasa bahasa Inggris). National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA) (13-7999). Juli 2015. Diakses tanggal 20-04-2016. 
  5. ^ a b c d Association, American Psychiatric (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders : DSM-5 (dalam bahasa bahasa Inggris) (edisi ke-5). Washington, D.C.: American Psychiatric Association. hlm. 490–497. ISBN 9780890425541. 
  6. ^ "Alcohol's Effects on the Body" (dalam bahasa bahasa Inggris). National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA). Diakses tanggal 09-05-2015. 
  7. ^ "Fetal Alcohol Exposure" (dalam bahasa bahasa Inggris). National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA). Diakses tanggal 09-05-2015. 
  8. ^ Global status report on alcohol and health 2014 (PDF) (dalam bahasa bahasa Inggris). World Health Organization. 2014. hlm. s8,51. ISBN 9789240692763. 
  9. ^ Agarwal-Kozlowski K, Agarwal DP (April 2000). "Genetic predisposition for alcoholism". Ther Umsch (dalam bahasa bahasa Jerman dan Inggris). 57 (4): 179–84. doi:10.1024/0040-5930.57.4.179. PMID 10804873. 
  10. ^ Moonat, S; Pandey, SC (2012). "Stress, epigenetics, and alcoholism". Alcohol research : current reviews. 34 (4): 495–505. PMID 23584115. 
  11. ^ Mersy, DJ (01-04-2003). "Recognition of alcohol and substance abuse". American family physician (dalam bahasa bahasa Inggris). 67 (7): 1529–32. PMID 12722853. 
  12. ^ "HEALTH AND ETHICS POLICIES OF THE AMA HOUSE OF DELEGATES" (PDF). June 2008. hlm. 33. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-03-20. Diakses tanggal 10 May 2015. H-30.997 Dual Disease Classification of Alcoholism: The AMA reaffirms its policy endorsing the dual classification of alcoholism under both the psychiatric and medical sections of the International Classification of Diseases. (Res. 22, I-79; Reaffirmed: CLRPD Rep. B, I-89; Reaffirmed: CLRPD Rep. B, I-90; Reaffirmed by CSA Rep. 14, A-97; Reaffirmed: CSAPH Rep. 3, A-07) 
  13. ^ (Inggris) "Ethanol feeding enhances age-related deterioration of the rat hepatic mitochondrion". Thomas Jefferson University; Alan Cahill, Stuart Hershman, Adrian Davies, and Peter Sykora. Diakses tanggal 2010-11-20. 
  14. ^ (Inggris) "Alcohol and mitochondria: a dysfunctional relationship". Alcohol Research Center, Department of Pathology, Anatomy and Cell Biology, Thomas Jefferson University; Hoek JB, Cahill A, Pastorino JG. Diakses tanggal 2010-11-20. 
  15. ^ Hoffman PL, Tabakoff B (Juli 1996). "Alcohol dependence: a commentary on mechanisms". Alcohol Alcohol. 31 (4): 333–340. doi:10.1093/oxfordjournals.alcalc.a008159. PMID 8879279. 
  16. ^ Dunn N, Cook CC (Maret 1999). "Psychiatric aspects of alcohol misuse". Hospital medicine. London, Inggris. 60 (3): 169–172. doi:10.12968/hosp.1999.60.3.1060. ISSN 1462-3935. PMID 10476237. 
  17. ^ Wilson, Richard; Kolander, Cheryl A. (2003). Drug abuse prevention: a school and community partnership. Sudbury, Mass.: Jones and Bartlett. hlm. 40–45. ISBN 978-0-7637-1461-1. 
  18. ^ Olmsted CL, Kockler DR (Oktober 2008). "Topiramate for alcohol dependence". Ann Pharmacother. 42 (10): 1475–1480. doi:10.1345/aph.1L157. ISSN 1060-0280. PMID 18698008. 
  19. ^ Kenna GA, Lomastro TL, Schiesl A, Leggio L, Swift RM (Mei 2009). "Review of topiramate: an antiepileptic for the treatment of alcohol dependence". Curr Drug Abuse Rev. 2 (2): 135–142. doi:10.2174/1874473710902020135. PMID 19630744. 

Bibiliografi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]