Lutung emas gee

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lutung emas gee[1]
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Infraordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
T. geei
Subspesies
  • Trachypithecus geei geei Khajuria, 1956
  • Trachypithecus geei bhutanensis Wangchuk, 2003
Persebaran geografis lutung emas

Lutung emas gee atau langur emas gee atau lutung emas (Trachypithecus geei), adalah spesies monyet dunia lama yang ditemukan di Negara Bagian Assam di India dan di perbukitan Bhutan. Binatang yang dianggap suci oleh penduduk Himalaya ini pertama kali menarik perhatian dunia barat setelah diperkenalkan oleh naturalis Edward Pritchard Gee pada 1950-an. Lutung jantan dewasa memiliki bulu berwarna krem hingga keemasan dengan bagian samping tubuh yang tampak lebih gelap sedangkan betina dan remaja memiliki warna yang lebih cerah. Binatang ini memiliki wajah hitam dan ekor yang panjangnya hingga 50 cm (19,69 in). Lutung emas hidup di pepohonan yang tinggi dan memakan tumbuhan seperti buah-buahan, daun, biji, dan bunga. Satwa ini hidup dalam kelompok yang beranggotakan delapan ekor, di mana jumlah lutung betina mendominasi. Lutung emas adalah salah satu primata yang paling terancam punah di India dan Bhutan.

Penemuan dan etimologi[sunting | sunting sumber]

Catatan paling awal tentang lutung emas adalah dalam makalah tahun 1838 oleh Robert Boileau Pemberton yang menceritakan keberadaan hewan ini di dekat Tongso di Bhutan Tengah.[3][4] Namun, karena karya Pemberton hilang dan tidak ditemukan hingga tahun 1970-an, keberadaan lutung emas terungkap oleh orang yang berbeda. Pada tahun 1907, Edward Oswald Shebbeare—yang sedang berjalan-jalan bersama sekelompok pemburu dan penjaga hutan—melaporkan melihat "lutung berwarna krem" di sekitar Jamduar, Assam.[5] Namun, tidak ada foto spesimen hidup atau mati yang disisipkan sebagai bukti. Referensi pertama tentang lutung emas di media cetak, sebagai binatang dengan status taksonomi tak dikenal, adalah dalam publikasi tahun 1919 yang menyatakan: "Pithecus sp? – Lutung berwarna kuning pucat yang bisa ditemukan di distrik Goalpara (Assam). Jerdon melaporkan penampakan seekor di kawasan Terai, di distrik yang berdekatan di sebelah (barat), yang menurut Blanford adalah hewan P. entellus."[6][7]

Pada bulan Februari 1947, dalam buku pengunjung Wilayah Peristirahatan Hutan di Raimona, beberapa mil di selatan Jamduar, CG Baron melaporkan melihat beberapa lutung yang "seluruh tubuh dan ekornya memiliki satu warna – emas keperakan cerah, mirip rambut pirang." Setahun kemudian, di Jamduar, HE Tyndale, seorang penanam teh, melaporkan penampakan "lutung krem Sankosh."[7] Namun, upaya yang serius untuk mencari lutung emas baru dilakukan beberapa tahun kemudian oleh Gee yang melakukan perjalanan ke Jamduar pada November 1953. Timnya berhasil mengamati tiga kelompok lutung emas, semuanya di tepi timur Sungai Sankosh. Kelompok pertama diamati di perbatasan di sisi Bhutan; kelompok kedua, suatu kawanan besar yang terdiri dari 30 sampai 40 individu, ditemukan satu mil di utara Jamduar di India; dan kelompok ketiga empat sampai lima mil (6,44 km sampai 8,05 km) di selatan. Rekaman berwarna yang mengabadikan kelompok kedua dibuat oleh Gee.[7]

Pada bulan Agustus 1954, Gee melaporkan temuannya kepada seorang ahli di Zoological Society of London, yang menduga kalau lutung emas adalah spesies baru. Pada Januari 1955, Gee juga melaporkan hasilnya ke Zoological Survey of India (ZSI) dan setelah menayangkan rekamannya tentang lutung emas, Gee menyarankan agar Jamduar disertakan dalam survei ZSI yang akan diadakan di sekitar kawasan itu.[8] Usulan tersebut didukung oleh Dr. Sunder Lal Hora, selaku Direktur ZSI, dan pada tahun itu enam spesimen lutung emas dikumpulkan oleh pihak pensurvei.[7] Tahun berikutnya, Dr. H. Khajuria, seorang ahli taksonomi yang mempelajari satwa tersebut, mendeskripsikan spesies baru yang ia namakan Presbystis geei untuk menghormati Gee.[9]

Taksonomi[sunting | sunting sumber]

Lutung emas memiliki dua subspesies:[1]

  • Trachypithecus geei geei Khajuria, 1956
  • Trachypithecus geei bhutanensis Wangchuk, 2003[10]

Ruang hidup kedua subspesies dipisahkan oleh patahan geologi yang disebut "Main Frontal Thrust". T.g. bhutanensis hidup di utara Bhutan dan T. g. geei ditemukan di selatan Bhutan dan di Assam di utara India.[11]

Deskripsi Fisik[sunting | sunting sumber]

Wajah lutung dari dekat

Kulit lutung emas dewasa berwarna krem hingga emas, dengan bagian samping tubuh dan dadanya berwarna lebih gelap sementara kulit individu remaja dan betina lebih terang, dari putih keperakan hingga cerah.[12] Kulitnya berubah warna secara musiman, dari putih atau krem di musim panas menjadi emas gelap atau cokelat di musim dingin. Mereka memiliki kumis panjang yang melindungi mata dari guyuran air di musim penghujan.[13] Lutung emas juga memiliki wajah hitam dan fitur rambut yang melingkar di kepalanya.[9]

Lutung emas menunjukkan dimorfisme seksual. Tubuh jantan lebih besar dan lebih kuat daripada betina. Jantan dewasa memiliki berat rata-rata 108 kilogram (238 pon) dan berat betina dewasa 95 kilogram (209 pon).[14] Panjang tubuhnya berkisar antara 50–75 sentimeter (20–30 in),[15] sedangkan ekornya sepanjang 70–100 sentimeter (28–39 in).[16][15]

Distribusi[sunting | sunting sumber]

Lutung emas ditemukan di daerah seluas sekitar 30.000 kilometer persegi (12.000 sq mi), dibatasi di selatan oleh Sungai Brahmaputra, di timur oleh Sungai Manas, di barat oleh Sungai Sankosh, dan di utara oleh Pegunungan Hitam di Bhutan.[17] Pada tahun 1988, dua kawanan lutung emas dilepas ke alam liar di Sepahijala, di Negara Bagian Tripura di timur laut India, suatu tempat yang berada di luar habitat alami mereka.[18] Salah satu kelompok yang dilepasliarkan ke Sepahijala berhasil bertahan dan menyesuaikan diri di alam liar yang baru.[19]

Perilaku dan ekologi[sunting | sunting sumber]

Lutung emas menghabiskan sebagian besar hidupnya di pohon-pohon tinggi di mana ekornya yang panjang berfungsi sebagai penyeimbang ketika melompat dari cabang ke cabang. Selama musim hujan, mereka memperoleh air dari embun dan daun yang basah oleh hujan. Mereka adalah herbivora, makanannya ialah buah-buahan matang dan mentah, dedaunan, biji-bijian, dan bunga. Umumnya mereka hidup dalam kawanan beranggota 8, dengan perbandingan beberapa betina untuk setiap jantan dewasa. Kelompok lutung emas yang terkecil beranggota empat ekor, sedangkan yang terbesar terdiri dari 22 ekor, memberikan nilai rata-rata 8,2 individu per kelompok. Perbandingan jenis kelamin dewasa adalah 2,3 betina untuk setiap jantan, meskipun kebanyakan kelompok hanya memiliki satu jantan dewasa.[20]

Konservasi[sunting | sunting sumber]

Kini, lutung emas gee terancam punah dengan tren populasi yang menurun; total populasi orang dewasa diperkirakan hanya 6000-6500.[21] Satwa ini adalah salah satu spesies primata yang paling terancam punah di India dan Bhutan.[22] Di India, 93% populasi ditemukan di hutan lindung (Chirang, Manas dan Ripu) dan bagian barat Taman Nasional Manas, dan sisanya terdapat di beberapa kawasan kecil yang terisolasi.[23] Populasi lutung emas telah menurun lebih dari 30% dalam 30 tahun terakhir, dan diperkirakan akan terus menurun dalam waktu dekat. Lutung emas dilindungi oleh hukum. Spesies ini terdaftar dalam Apendiks I CITES,[24] dan dalam Jadwal I Undang-undang Perlindungan Satwa Liar India 1972,[25] dan Jadwal I Undang-undang Konservasi Hutan dan Alam Bhutan 1995.[26]

Di India[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 5 Juni 2019, pemerintah distrik Bongaigaon di Assam meluncurkan proyek di bawah MGNREGA untuk menanam jambu, mangga, beri hitam, dan buah-buahan lainnya untuk memastikan agar lutung emas di hutan lindung Kakoijana tidak harus mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencari makanan. Beberapa lutung emas mati karena tersengat listrik dan kecelakaan di jalan saat mencari makan di luar hutan lindung.[27] Pada tahun 1988, dua kelompok lutung emas di penangkaran dilepas ke dua kawasan lindung di barat Tripura, India. Pada tahun 2000, salah satu dari kelompok ini, yang terdiri dari enam (dan mungkin delapan) individu di Suaka Margasatwa Sepahijala berhasil bertahan.[18] Kematian yang dialami bayi dan remaja menunjukkan penurunan populasi karena ruang hidup yang semakin menurun akibat kegiatan manusia. Populasi yang hidup di perkebunan karet di Nayakgaon, Kokrajhar, distrik Assam bertambah dari 38 ekor pada tahun 1997 menjadi 52 pada tahun 2002. Populasi tersebut juga telah beradaptasi dengan memakan biji karet kering.[28]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Groves, C.P. (2005). Wilson, D.E.; Reeder, D.M., ed. Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference (edisi ke-3). Baltimore: Johns Hopkins University Press. hlm. 176. ISBN 0-801-88221-4. OCLC 62265494. 
  2. ^ Das, J.; Medhi, R.; Molur, S. (2008). "Trachypithecus geei". 2008: e.T22037A9348940. doi:10.2305/IUCN.UK.2008.RLTS.T22037A9348940.en. 
  3. ^ Pemberton 1838.
  4. ^ Khajuria 1978.
  5. ^ Gee 1961.
  6. ^ Inglis et al. 1919.
  7. ^ a b c d Gee 1961, hlm. 1-4.
  8. ^ Gee 1955.
  9. ^ a b Khajuria 1956.
  10. ^ Wangchuk, Inouye & Hare 2003.
  11. ^ "A New Subspecies of Golden Langur (Trachypithecus geei) from Bhutan". Maret 2003. Diakses tanggal 1 November 2021. 
  12. ^ Prater 1971, hlm. 42.
  13. ^ Khajuria 1977.
  14. ^ Fleagle 1999.
  15. ^ a b Gurung & Singh 1996.
  16. ^ Wangchuk 2003.
  17. ^ Srivastava et al. 2001, hlm. 15.
  18. ^ a b Gupta & Chivers 2000.
  19. ^ Gupta & Mukherjee 1994.
  20. ^ Srivastava et al. 2001, hlm. 18.
  21. ^ "Gee's golden langur". 
  22. ^ Srivastava et al. 2001, hlm. 15–23.
  23. ^ Ram et al. 2016.
  24. ^ "CITES Appendices I, II and III". Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Januari 2021. Diakses tanggal 1 November 2021. 
  25. ^ Government of India (Ministry of Law). "Wildlife (Protection) Act (1972)" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 8 Maret 2018. Diakses tanggal 1 November 2021. 
  26. ^ Government of Bhutan (1995). "Forest and Nature Conservation Act of Bhutan 1995". www.asianlii.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 September 2015. Diakses tanggal 1 November 2021. 
  27. ^ Karmakar, Rahul (9 Juni 2019). "Golden langur to get fruits of MGNREGA". The Hindu. Diakses tanggal 2 November 2021. 
  28. ^ Medhi et al. 2004.

Literatur[sunting | sunting sumber]