Lonjoboko, Parangloe, Gowa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lonjoboko
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenGowa
KecamatanParangloe
Kode Kemendagri73.06.05.2006
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-

Lonjoboko adalah desa di kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia.

Wilayah administratif[sunting | sunting sumber]

Desa Lonjoboko terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa.[1] Luas Desa Lonjoboko adalah 62,6 km2. Desa Lonjoboko terbagi menjadi beberapa dusun yaitu Dusun Bontoloe, Dusun Galesong, Dusun Tombongi dan Dusun Lantaboko. Letak desa ini berada di Jalan Poros Sungguminasa-Malino.[2]

Dusun Lantaboko[sunting | sunting sumber]

Di Desa Lonjoboko, Dusun Lantaboko merupakan dusun yang terluas dibandingkan dusun lainnya. Luas wilayahnya adalah 32,08 km2.[2]

Kondisi geografis[sunting | sunting sumber]

Desa Lonjoboko termasuk bagian dari wilayah Daerah Aliran Sungai Jeneberang. Daratan di desa ini adalah perbukitan dengan ketinggian 100-600 mdpl. Karena dilintasi oleh Sungai Je’neberang, beberapa jenis batuan tambang tersedia secara melimpah di Desa Lonjoboko. Jenis batuan ini antara lain pasir, batu kali, tanah, batu gunung dan sirtu. Desa Lonjoboko memiliki kawasan pertambangan bebatuan terluas di Kecamatan Parangloe.[3]

Demografi[sunting | sunting sumber]

Jumlah penduduk[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2017, Badan Pusat Statistik di Kecamatan Parangloe melaporkan bahwa penduduk di Desa Lonjoboko sebanyak 2.886 orang.[4]

Pekerjaan penduduk[sunting | sunting sumber]

Penduduk Desa Lonjoboko khususnya di Dusun Lantaboko kebanyakan bekerja sebagai pembuat gula aren. Mereka membuat gula aren di dalam kawasan hutan. Penduduk di Dusun Lantaboko juga mengambil hasil hutan berupa kayu dan bukan kayu serta membuka lahan di hutan untuk bercocok tanam.[2] Pemerintah Desa Lonjoboko juga mendirikan sebuah badan usaha milik desa pada tanggal 21 Desember 2015. Badan usaha ini diberi nama Julukana Labbiri. Salah satu unit usahanya adalah peternakan ayam petelur.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Amir, H., dkk. (2021). "Penerapan3M dalam Mencegah Penularan Covid-19di Desa Lonjoboko Kabupaten Gowa". Idea Pengabdian Masyarakat. 1 (1): 1. 
  2. ^ a b c Yusran dan Abdullah, N. "Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Kawasan Hutan di Desa Borisallo Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan" (PDF). Jurnal Hutan dan Masyarakat. 2 (1): 128. 
  3. ^ Aswan, Najamuddin, dan Bahri (2020). "Usaha Tambang Pasir Batu di Desa Lonjoboko Kabupaten Gowa, 2006-2018". Attoriolog: Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah. 18 (1): 103. 
  4. ^ Alam, S. R. N., Nyompa, S., dan Leo, M. N. Z. (2020). "Studi Tingkat Pengetahuan Kebencanaan Terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa Tahun 2019". Jurnal Environmental Science. 2 (2): 163. 
  5. ^ Yulianto, H., Qamaria, N., dan Usman, C. A. H. (2018). "Dampak Sosial-Ekonomi Badan Usaha Milik Desa: Studi Kasus BUMDesa Julukana Labbiri". EQUITY. 13 (2): 117. ISSN 0216-9533.