Lebong Selatan, Lebong

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lebong Selatan
Negara Indonesia
ProvinsiBengkulu
KabupatenLebong
Pemerintahan
 • CamatFendi, SE[1]
Populasi
 • Total15,066 jiwa jiwa
Kode Kemendagri17.07.04
Kode BPS1707020
Desa/kelurahan10

Lebong Selatan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lebong, Bengkulu, Indonesia. Kecamatan ini merupakan satu dari lima kecamatan terawal yang dimiliki Lebong saat dimekarkan dari Rejang Lebong sebagai kabupaten tersendiri.[2] Secara administratif, Kecamatan ini terdiri dari empat kelurahan dan enam desa.[3][4] Ibu kota kecamatan berada di Kelurahan Tes. Danau Tes yang merupakan danau terluas di Provinsi Bengkulu terletak di Kecamatan Lebong Selatan, sekaligus merupakan ikon pariwisata kecamatan.[5][6]

Kondisi wilayah[sunting | sunting sumber]

Geografi[sunting | sunting sumber]

Kecamatan ini memiliki luas 211,69 km² atau sekitar 12,71% luas keseluruhan Kabupaten Lebong.[7] Lebong Selatan secara umum terletak pada ketinggian 600 m.dpl dan berada luak yang dialiri oleh sungai Ketahun. Wilayahnya umumnya berupa hamparan, yang dikelilingi oleh Bukit Barisan yang terdiri dari hutan lindung dan hutan produktif di kedua sisinya. Bukit Barisan yang berada di sebelah barat lembah Ketahun terdiri dari beberapa bukit, seperti Bukit Berinti, Belerang, Gedang, dan Hululais, yang merupakan bagian dari zona pertampalan segmen Musi dan segmen Ketaun dari sistem sesar atau patahan Sumatra.[8][9]

Daerah pertampalan ini memiliki potensi panas bumi yang besar selaku daerah dengan aktivitas vulkanisme. Bersama dengan Bukit Daun serta Tambang Sawah, daerah ini mampu memproduksi listrik hingga 1.000 megawatt. Namun, eksplorasi panas bumi seperti yang tengah dilakukan di Hulu Lais diperkirakan dapat memicu gempa karena pengeboran dilakukan tepat di atas patahan. Ulin Arta Siagian, Direktur Yayasan Genesis Bengkulu menyatakan bahwa pengeboran di daerah patahan dapat menyebabkan menurunnya daya ikat batuan, yang nantinya akan menimbulkan retakan, yang berujung pada terjadinya gempa.[10]

Tes, Manai Blau, Mubai, Taba Anyar, Tik Jeniak, Taba Anyar adalah wilayah kecamatan yang berada di hamparan dengan topografi yang relatif datar.[11] Ada pun Kutai Donok, Suka Sari, dan Turan Tiging berada pada kawasan lereng, sedangkan Mangkurajo berada pada kawasan gunung atau puncakan.[11] Mangkurajo juga merupakan desa yang paling tinggi di kecamatan Lebong Selatan, dengan ketinggian rata-rata 940 m.dpl.[7]

Batas-batas[sunting | sunting sumber]

Kecamatan ini memiliki batas-batas administratif sebagai berikut.[7]

Bagian timur kecamatan ini pula termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat yang pengelolaannya berada di luar kewenangan pihak pemerintah kecamatan.

Administrasi[sunting | sunting sumber]

Kegiatan administrasi kecamatan dilakukan dari kantor camat yang berada di Kelurahan Tes, sekitar 33 km dari pusat pemerintahan kabupaten di Tubei. Fendi, SE adalah camat Lebong Selatan saat ini, yang dilantik oleh Bupati Lebong, Kopli Ansori, pada Selasa, 22 Juni 2021.[1] Sebelumnya Fendi menjabat sebagai sekretaris kecamatan sekaligus pelaksana tugas (PLT) Lebong Selatan. Kantor camat Lebong Selatan mempekerjakan 16 tenaga ASN dan empat tenaga honorer, berubah dari tahun 2019 yang mempekerjakan 15 tenaga ASN dan 11 tenaga honorer.[12] Kecamatan ini terdiri dari 10 desa/kelurahan, yang lebih jauh dibagi menjadi 18 dusun, 34 RT, dan 12 RW.[4] Berikut adalah pembagian dusun, RT, dan RW di Lebong Selatan menurut desa/kelurahan.

No. Nama Status[13] Dusun RT RW
1 Kutai Donok Desa 3 0 0
2 Manai Blau Desa 3 0 0
3 Mangkurajo Desa 3 0 0
4 Mubai Kelurahan 0 3 8
5 Suka Sari Desa 3 0 0
6 Taba Anyar Kelurahan 0 3 7
7 Tes Kelurahan 0 3 12
8 Tik Jeniak Desa 3 0 0
9 Turan Lalang Kelurahan 0 3 7
10 Turan Tiging Desa 3 0 0

Demografi[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2020 tercatat bahwa Lebong Selatan memiliki populasi sebesar 15.066 jiwa, terdiri dari 7.768 jiwa laki-laki dan 7.298 jiwa perempuan.[14] Tes dan Taba Anyar adalah dua kelurahan/desa dengan populasi terbanyak, masing-masing memiliki penduduk 3.222 dan 2.743 jiwa.[15] Sebaliknya, Turan Tiging dan Manai Blau yang memiliki penduduk masing-masing 705 dan 878 jiwa adalah dua desa dengan populasi terkecil.[15]

Kepadatan penduduk kecamatan ini adalah 71 jiwa per km², terendah ketiga setelah Pinang Belapis, Topos, dan Rimbo Pengadang. Populasi Lebong Selatan mengalami kenaikan antara 2015-2019, dari kurang dari 15.000 jiwa pada 2015, menjadi kurang dari 16.000 jiwa pada 2019. Sebelum akhirnya turun cukup drastis pada tahun 2020. Jumlah penduduk kecamatan ini adalah yang terbesar kedua setelah kecamatan Lebong Utara.[16] Angka seks rasio kecamatan adalah 104, yang diartikan bahwa tiap 100 penduduk perempuan, terdapat 104 penduduk laki-laki.[16]

Sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan pertanian atau pengolahan lahan, sehingga dapat dikatakan bahwa pertanian merupakan soko guru perekonomian masyarakat daerah ini. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional, pada Agustus 2020, Lebong Selatan memiliki pengangguran sebanyak 2.564 orang, terdiri dari 1.587 laki-laki dan 977 perempuan.[17]

Kesehatan dan sanitasi[sunting | sunting sumber]

Fasilitas kesehatan di Lebong Selatan tidak banyak. Tercatat ada sebuah puskesmas rawat inap di Turan Tiging, sebuah puskesmas non-rawat inap di Suka Sari, apotek di Tes, dan klinik di Mubai.[18] Pada tahun 2019 tercatat ada satu kasus gizi buruk, sedangkan pada tahun 2020, tidak ada kasus gizi buruk yang tercatat. Saat ini hampir semua desa sudah mulai meninggalkan praktik BAB di tempat terbuka, beralih pula dari pemakaian jamban umum ke jamban pribadi.[19]

Kecamatan ini diapresiasi oleh bupati Lebong sebagai kecamatan dengan persentase vaksinasi covid-19 tertinggi. Jumlah penerima dosis pertama mencapai 5.749 orang, penerima dosis kedua mencapai 2.582 orang, dan dosis ketiga 38 orang, dari sasaran vaksin sebanyak 10.437 orang.[20] Penerima dosis ketiga semuanya merupakan tenaga kesehatan di instansi kesehatan yang ada di Lebong Selatan.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Lebong Selatan memiliki 22 fasilitas pendidikan, yang terdiri dari 18 sekolah negeri dan empat sekolah swasta.[21] Dari 18 sekolah negeri yang ada, SD berjumlah 13 sekolah, SMP berjumlah dua sekolah, MTS satu sekolah, serta SMA dan SMK masing-masing satu sekolah. Ada pun sekolah swasta terdiri dari satu SD, dua MI, dan satu MTS.[21] Sebaran sekolah yang ada di Lebong Selatan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Fasilitas Pendidikan Kutai Donok Manai Blau Mangkurajo Mubai Suka Sari Taba Anyar Tes Tik Jeniak Turan Lalang Turan Tiging
SD negeri 3 0 2 1 1 1 3 0 1 1
swasta 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
MI negeri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
swasta 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
SMP negeri 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
swasta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
MTS negeri 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
swasta 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
SMA negeri 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
swasta 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
MA negeri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
swasta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SMK negeri 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
swasta 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Jumlah 4 0 4 2 1 5 4 1 2 1

Kondisi sosial[sunting | sunting sumber]

Agama[sunting | sunting sumber]

Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk kecamatan Lebong Selatan, layaknya daerah-daerah lain di Tanah Rejang. Islam mempengaruhi adat istiadat Rejang, termasuk soal mahar perkawinan, perceraian, serta larangan keras untuk menikah beda agama.[22] Agama-agama selain Islam tercatat memiliki penganut dalam jumlah yang sangat kecil dan tidak diketahui secara pasti jumlahnya. Data tahun 2020 menunjukkan bahwa ada 19 buah masjid dan 9 buah musala di wilayah Lebong Selatan.[23]

Suku bangsa[sunting | sunting sumber]

Penduduk asli sekaligus mayoritas di kecamatan ini adalah orang Rejang, yang dalam bahasa daerahnya dikenal sebagai tun Jang. Masyarakat Rejang di Lebong Selatan aslinya terdiri dari dua marga yaitu Bermani dan Jurukalang, yang berdasarkan Keputusan Residen Bengkulu No. 69 bertanggal 18 Februari 1911 disatukan menjadi marga Bermani Jurukalang (Bang Mêgo Bêmanai Jêkalang).[24] Marga Bermani sendiri saat itu berpusat di Tes, sementara marga Jurukalang berpusat di Kutai Donok. Setelah keduanya digabungkan menjadi satu marga, pusat marga dan kedudukan pesirah dipindahkan ke desa Rimbo Pengadang.[25]

Selain Rejang, suku yang memiliki populasi signifikan adalah Jawa yang didatangkan melalui program transmigrasi dan menduduki tanah marga di wilayah Kutai Donok, yang sekarang telah berkembang menjadi desa definitif tersendiri, Mangkurajo. Mangkurajo pula adalah satu-satunya desa di wilayah Lebong Selatan yang penduduknya mayoritas bukan orang Rejang.[23] Suku-suku lain pun ada dalam jumlah yang lebih sedikit

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Bahasa daerah asli Lebong Selatan adalah bahasa Rejang dialek Lebong. Dikarenakan posisi geografisnya yang berada pada wilayah hulu sungai Ketahun, subdialek yang dituturkan di daerah ini adalah subdialek Ai (Uluan) yang tidak terlalu mendayu-dayu pengucapannya seperti subdialek di daerah hilir. Bahasa Rejang saat ini penggunaannya terbatas pada tuturan dalam keluarga serta lingkungan pribadi, serta mulai jarang dipakai dalam kegiatan sehari-hari sebagai bahasa komunikasi antarmasyarakat. Bahasa komunikasi sehari-hari adalah salah satu ragam bahasa Melayu, yang oleh orang Lebong Selatan disebut sebagai Mêlayau. Meningkatnya jumlah pendatang di wilayah ini menggeser bahasa Rejang dan memunculkan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan antarsuku bangsa. Ada pun bahasa Jawa, walau tidak tersebar luas, masih dituturkan di Mangkurajo. Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah, buku pelajaran, pengumuman resmi, dan administrasi atau surat menyurat. Plang atau papan nama yang terdapat di jalan dan pedesaan pun ditulis dalam bahasa Indonesia.

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Agraria[sunting | sunting sumber]

Agraria adalah bidang perekonomian utama di kecamatan ini, dengan komoditas utama pertanian meliputi padi, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Selain itu, tanaman herbal juga ditanam dalam jumlah yang tidak terlalu signifikan. Produksi sayuran kecamatan Lebong Selatan adalah yang tertinggi se-kabupaten Lebong.[26] Data mengenai luas lahan penanaman dan hasil panen berbagai komoditas agraria Lebong Selatan disajikan dalam tabel berikut.

Sayur-sayuran
No. Jenis Luas lahan[27] Hasil panen[28]
1 Cabai 126 hektare 82,8 ton
2 Cabai rawit 23 hektare 12,7 ton
3 Terung 10 hektare 5,4 ton
4 Kacang panjang 12 hektare 1,2 ton
5 Tomat 12 hektare 4,7 ton
6 Bawang putih 1 hektare 0,7 ton
Buah-buahan
No. Jenis Hasil panen[29]
1 Pepaya 104 ton
2 Mangga 2.205 ton
3 Pisang 276 ton
4 Durian 496 ton
5 Duku 16 ton
6 Jeruk 349 ton
7 Belimbing 12 ton
8 Alpukat 741 ton
Tanaman herbal
No. Jenis Luas lahan[30] Hasil panen[30]
1 Jahe 1,48 hektare 28,64 ton
2 Kunyit 0,012 hektare 211 kg (0,211 ton)
3 Kapulaga 0,011 hektare 117 kg (0,117 ton)

Ada pun pada sektor perkebunan, kopi, kakao, dan karet adalah tiga komoditas utama.[31] Kopi ditanam pada lahan seluas 573 hektare dan menghasilkan 268,158 ton buah. Kakao ditanam pada lahan seluas 183 hektare dan hasil panen sebesar 92,721 ton. Karet ditanam pada lahan seluas 259 hektare dan hasil panen sebesar 68,875 ton. Kelapa sawit dan kelapa ditanam tidak secara signifikan, masing-masing seluas sembilan dan 28 hektare, dan hasil panen masing-masing sebesar 0,708 ton dan 3,72 ton.[31]

Energi[sunting | sunting sumber]

Lebong Selatan merupakan wilayah yang sarat akan potensi energi,[32] khususnya listrik. Pembangkit listrik tertua di Provinsi Bengkulu, bahkan Sumatra, PLTA Tes, berada di kecamatan ini. PLTA yang digerakkan oleh sungai Ketahun yang memasuki danau Tes tersebut memiliki kapasitas sebesar 4 x 4 megawatt tersebut digerakkan oleh sungai Ketahun yang memasuki danau Tes. Tak jauh dari PLTA Tes ke arah hilir, terdapat satu PLTA lain di Turan Lalang yang telah beroperasi sejak 2013.[33] PLTA swasta tersebut dikelola oleh PT Mega Power Mandiri dan mampu menghasilkan listrik sebesar 12 megawatt. Listrik yang diproduksi PLTA Turan Lalang digunakan untuk menerangi Kabupaten Lebong dan Bengkulu Utara. Khusus di beberapa daerah di Bengkulu Utara, suplai PLTA Turan Lalang sepenuhnya menggantikan suplai yang selama ini dipasok dari Kota Bengkulu.[33]

Di daerah ini pula tengah digencarkan pembangunan satu PLTP seluas 15 hektre di kawasan Hulu Lais, kelurahan Mubai oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), dengan kapasitas 2 x 55 megawatt.[34][35] Jaringan transmisi listrik serta gardu induk PLTP Hulu Lais akan dibangun dengan pembiayaan dari Jepang.[36] Apabila proyek PLTP Hulu Lais telah selesai dan berproduksi, Kabupaten Lebong diprediksi akan menjadi salah satu lumbung energi di Bengkulu, yang kapasitas terpasangnya mampu mengaliri 150.000 rumah, atau setara dengan setengah jumlah penduduk Bengkulu.[37] Listrik dari PLTP ini pun diprediksi bakal cukup untuk menyuplai kebutuhan industri skala besar.[38]

Konsumsi energi[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar masyarakat telah beralih dari minyak tanah dan kayu bakar ke gas LPG guna keperluan sehari-hari.[32] Namun, masih ada beberapa rumah yang secara ekslusif memasak menggunakan kayu bakar, yang dalam bahasa Rejang disebut putung. Masyarakat yang tinggal di desa dan tepi jalan umumnya sudah memakai LPG, khususnya LPG 3 kg.[39] Sedangkan yang memakai kayu bakar biasanya adalah yang masih tinggal di kebun dan talang.[32]

Berdasarkan pendataan potensi desa tahun 2020, 5.029 rumah tangga yang menggunakan listrik.[40] Sebanyak 5.000 rumah tangga berlangganan listrik PLN, sedangkan 29 rumah tangga, semuanya di Kutai Donok menggunakan listrik yang dipasok non-PLN. Ada 13 rumah tangga yang bukan pengguna listrik, 10 rumah tangga ada di Kutai Donok, sisanya ada di Mangkurajo.[40]

Pertambangan[sunting | sunting sumber]

Wilayah Lebong Selatan memiliki potensi pertambangan non-migas yang cukup menjanjikan, dengan bahan galian utama seperti emas dan material bangunan (batu dan pasir).[41] Sebagian besar ditambang oleh rakyat secara swadaya dan umumnya bersifat ilegal. Usaha atau perhatian pemerintah terhadap sektor ini terbilang masih kurang. Emas di Lebong Selatan sejak lama ditambang di daerah Lebong Simpang[42] dan Sawah Mangkurajo, desa Kutai Donok.[41]

Tambang emas di Lebong Simpang pertama kali disurvei oleh Pemerintah Kolonial pada Desember 1915.[43] C. Lekkerkerker memprediksi bahwa pada 1916, cadangan emas di Lebong Simpang mencapai 70.000 ton dan bahkan bisa lebih.[44] Hasil survei tersebut kemudian menjadi dasar Pemerintah Kolonial untuk memulai pertambangan emas secara modern di daerah itu.[45] Lebong Simpang termasuk ke dalam penyuplai emas di lidah api Monas, yang semua emasnya ditambang dari beberapa daerah di Lebong.[46]

Tambang pasir yang bersifat legal jumlahnya ada enam. Umumnya mereka beroperasi di tepian sungai Ketahun. Terdapat dua lokasi penambangan pasir di Kutai Donok, tiga lokasi di Suka Sari, dan satu lokasi di Tik Jeniak. Selain itu ada puluhan titik penambangan batu kali, pasir sungai, batu gunung, maupun pasir gunung di seantero Lebong Selatan yang bersifat ilegal.[32]

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Danau Tes adalah ikon wisata kecamatan, bahkan Kabupaten Lebong.[5] Selain itu, potensi wisata lainnya adalah danau Lupang di Mubai serta hutan pinus dan keramat Kutai Ukêm yang disebut merupakan asal-usul petulai Bermani. Terdapat satu hotel, satu wisma, dan 56 kedai makanan sebagai fasilitas akomodasi wisatawan.[47]

Perdagangan dan jasa[sunting | sunting sumber]

Aktivitas perdagangan di Lebong Selatan masih berlangsung secara tradisional dan berlangsung seminggu sekali, atau sering disebut pekan. Terdapat tiga lokasi pekan di kecamatan ini, yakni pekan hari Selasa di Kutai Donok, pekan hari Senin di Turan Lalang, serta pekan hari Rabu di Taba Anyar.[48] Terdapat dua minimarket swalayan, satu di Tes dan satu di Taba Anyar. Ada pun warung kelontong berjumlah 294 buah, 69 dan 40 buah di antaranya ada di Tes dan Mubai.[49]

Penerimaan dari pajak[sunting | sunting sumber]

Jumlah wajib pajak di kecamatan Lebong Selatan pada tahun 2020 berjumlah 5.488 orang,[50] meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yang berjumlah 3.873 orang. Realisasi PBB mencapai 68,8% dari seluruh wajib pajak. Hingga akhir 2020, penyerapan pajak bagi pendapatan asli daerah (PAD) Lebong Selatan hanya sebesar Rp451.998.233.[51]

Transportasi dan komunikasi[sunting | sunting sumber]

Seluruh desa/kelurahan telah terhubung dengan jalan darat yang cukup baik dan dapat dilalui sepanjang tahun,[52] walaupun ada beberapa titik jalan yang rusak parah dan membahayakan kendaraan yang melintas. Kerusakan tersebut disinyalir karena hanya dilakukan tambal sulam saja serta tidak tersedianya drainase yang menyebabkan badan jalan terus tergenang air.[53] Jalan penghubung antardesa semuanya sudah diaspal/beton.[52] Jalan yang ada di kecamatan ini terdiri dari jalan lintas yang berstatus jalan provinsi serta jalan lain, baik jalan kabupaten maupun jalan desa. Sarana transportasi darat yang umum dipakai masyarakat adalah kendaraan pribadi, baik motor maupun mobil.[48] Angkutan umum jumlahnya sangat jarang, bahkan hampir tidak tersedia.[54]

Ada tujuh menara telepon seluler atau BTS di seluruh wilayah kecamatan.[55] Tes dan Mangkurajo sama-sama memiliki dua BTS. Sisanya berada di Suka Sari, Taba Anyar, dan Tik Jeniak, masing-masing satu BTS. Seluruh desa/keluarahan dilayani oleh tiga operator layanan seluler. Status sinyal sangat kuat di Suka Sari dan Mangkurajo, sedangkan di desa/kelurahan yang lain, sinyalnya kuat.[56] Ada satu unit kantor pos pembantu di Tes[57] yang melayani wilayah ini, khususnya dalam hal komunikasi surat menyurat, pengiriman paket, serta pembayaran bermacam iuran.[58]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Bupati Kopli Ansori Lantik Fendi SE Sebagai Camat Lebong Selatan". Portal Bengkulu.com. 22 Juni 2021. Diakses tanggal 7 Desember 2021. 
  2. ^ Yuliani 2006, hlm. 120.
  3. ^ Kementerian Dalam Negeri 2019, hlm. 56.
  4. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 11.
  5. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 78.
  6. ^ "Lemah Pengawasan, Danau Tes, Sungai Ketahun Lebong Diduga Tercemar, "Cabut Izin Galian C". Geger Online. 27 Mei 2021. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  7. ^ a b c BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 3.
  8. ^ Ikram, Sutjiatiningsih, Dalip, & Soejanto 1993, hlm. 56.
  9. ^ Sesesega 2015, hlm. xvi.
  10. ^ Carminanda (19 Juni 2021). AS, Erafzon Saptiyulda, ed. "Mengantisipasi ancaman gempa dibalik proyek PLTP Bengkulu". ANTARA News. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  11. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 6.
  12. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 13.
  13. ^ Kementerian Dalam Negeri 2019, hlm. 56-57.
  14. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 21.
  15. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 27.
  16. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 23.
  17. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 25.
  18. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 34, 44.
  19. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 34.
  20. ^ "Bupati Sebut Presentase Vaksinasi Masyarakat Lebong Selatan Tertinggi Se-Kabupaten Lebong". Berita Bangsa. 12 November 2021. Diakses tanggal 7 Desember 2021. 
  21. ^ a b BPS Kabupaten Lebong, hlm. 36-42.
  22. ^ Yanggo 2006, hlm. 102.
  23. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 35.
  24. ^ Siddik 1980, hlm. 122.
  25. ^ Siddik 1980, hlm. 20.
  26. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 57.
  27. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 59.
  28. ^ BPS Lebong 2021, hlm. 57, 59.
  29. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 61.
  30. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 60.
  31. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 62.
  32. ^ a b c d BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 66.
  33. ^ a b S, Helti Marini (2 Mei 2013). S., Helti Marini, ed. "Daya listrik Bengkulu bertambah 12 mega watt". ANTARA News. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  34. ^ Richter, Alexander (11 Januari 2019). "PLN has announced that it will be starting work on the 110 MW Hululais geothermal power project in Lebong Regency, Sumatra". Think Geoenergy. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  35. ^ Umah, Anisatul (25 Februari 2021). "Gencarkan Panas Bumi, PGE Anggarkan Rp 34,4 T Hingga 2026". CNBC Indonesia. Jakarta. 
  36. ^ E. P., Roki (2 Juli 2021). "Bangun Gardu PLTP Bengkulu, Jepang Investasi Rp. 3,5 Triliun". RRI Bengkulu. Bengkulu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-09. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  37. ^ "Dengan 3 PLTP, Kabupaten Lebong Segera Jadi Penyuplai Energi Terbesar di Bengkulu". Panas Bumi News. 3 November 2017. Diakses tanggal 8 Desember 2021. 
  38. ^ Luciana, Anisa, ed. (7 Februari 2018). "PLN Bangun Jaringan Listrik Tenaga Panas Bumi di Bengkulu". Tempo.co. Diakses tanggal 8 Desember 2021. [pranala nonaktif permanen]
  39. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 70.
  40. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 68.
  41. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 65.
  42. ^ Siddik 1980, hlm. 91.
  43. ^ Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah 1978, hlm. 144.
  44. ^ Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah 1978, hlm. 145.
  45. ^ Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Daerah 2004, hlm. 25.
  46. ^ Tempo 2007, hlm. 12.
  47. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 82.
  48. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 77.
  49. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 81.
  50. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 91.
  51. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 93.
  52. ^ a b BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 88.
  53. ^ Azhar, Rajman (19 September 2016). "Minim Drainase, Jalan Provinsi Rusak". bengkuluekspress.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-01. Diakses tanggal 1 Januari 2022. 
  54. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 87.
  55. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 72, 85.
  56. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 72.
  57. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 89.
  58. ^ BPS Kabupaten Lebong 2021, hlm. 77-78.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

Buku[sunting | sunting sumber]

Laporan[sunting | sunting sumber]

Majalah[sunting | sunting sumber]

  • "Tempo". Tempo. Vol. 36 no. 23-26. Jakarta: Badan Usaha Jaya Press, Yayasan Jaya Raya. 2007. Diakses tanggal 1 Januari 2021. 

Skripsi[sunting | sunting sumber]