Lalu Kaidah Mele Habirah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dea Kuasa Lalu Jamalia Mele Habira[1] atau Lalu Jamila Mele Habirah atau Lalu Kaidah Dea Mele Habirah yang bernama anumerta Dea Kuasa Unter Iwes adalah Dea Ranga yakni mangkubumi Kesultanan Sumbawa.[1][2][3][4][5][6][7] Kemangkatan Sultan Harunnurrasyid II pada tanggal 8 Dzulkaidah 1205 atau 9 Juli 1791, Shafiatuddin yang bernama asli Masikki dijemput dari Bima untuk menduduki tahta Kesultanan Sumbawa. Pada masa pemerintahan Sultanah Shafiatuddin antara 1791 – 1792 telah datang ke Kesultanan Sumbawa, Karaeng Bainea Binamu Tenri Ico Dai Karaeng Marabombang, membawa kedua putranya : Saragialu Daeng Talebang dan I Mangalle Daeng Datta, beserta para pengikutnya. Mereka berlabuh di pelabuhan Garegat Bonto Kemase Labuhan Bontong Empang. Kedatangan ke Kesultanan Sumbawa setelah ditinggal mangkat oleh sang suami, Raja Binamu, I Bebasa Daeng Lalo Karaeng Lompo Ri Binamu. Dimana terjadi kesalahan dalam pengangkatan raja pengganti yang menyebabkan ketersinggunangannya dan meninggalkan kerajaan Binamu negerinya tercinta menuju ke Sumbawa. Sebagai sesama wanita Sultananh Shafiatuddin lalu menghadiahkan tanah untuk pemukiman dan pertanian. Adipati Kesultanan Sumbawa, Lalu Kaidah Mele Habirah, kemudian mempersunting Saragi Alu Daeng Talebang, Putri Binamu. Melahirkan Lalu Tunji Dea Tane dan Lala Intan Ratu Nong Sasir. Permaisuri Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin II, Lala Amatollah adalah putri dari Lala Intan Ratu Nong Sasir buah perkawinannya dengan Karaeng Manippi Datu Bonto Mangape. Sedangkan keturunan dari Lalu Tunji Dea Tame melahirkan para pembesar dan pemberani Kesultanan Sumbawa antara lain : Lalu Makasau Dea Ranga Rango Berang, dan Adipati Abdul Jabar Lalu Tunruang. Pelaksanaan pemerintahan Sultanah Shafiatuddin tidak terlalu berjalan lancar karena campur tangan yang terlampau jauh dari sang suami Sultan Bima. Gelagat yang kurang menguntungkan ini kemudian membawa permufakatan Pangantong Lima Olas untuk menurunkan Sultanah Shafiatuddin. Kepulangannya ke Bima membawa serta Pusaka Kesultanan Sumbawa yang kemudian didaftar pada dokumen Kesultanan dan dimuat sdalam BUK Kesultanan Sumbawa. Pusaka tersebut telah diminta berkali – kali namun Kesultanan Bima enggan mengembalikan. Dalam catatan rahasia Bima tertanggal 15 November 1796, yang diterima Gubernur Belanda Willem Beth di Makassar, diterangkan bahwa seluruh pusaka Kesultanan Sumbawa telah diserahkan melalui utusan Kesultanan Sumbawa ; Datu Busing. Namun barang – barang tersebut tidak pernah sampai ke Istana Kesultanan Sumbawa. Sejak itulah dikeluarkan Maklumat oleh hukum adat Kesultanan Sumbawa untuk tidak lagi menobatkan seorang perempuan menjadi Sultanah. Sultanah Shafiatuddin mangkat di Bima pada tanggal 26 Oktober 1795 dan dimakamkan di Makam Sigi Na’e ( Mesjid Agung Bima).[7]

Karier politik[sunting | sunting sumber]

Menjadi Enti Desa[sunting | sunting sumber]

Mula-mula Lalu Kaidah Mele Habirah menjabat Enti Desa.

Menjadi Nene Adipati (Menteri Pertahanan)[sunting | sunting sumber]

Lalu Kaidah Mele Habirah kemudian menjabat Adipati (Menteri Pertahanan) Kesultanan Sumbawa dengan gelar Nene Adipati Mele Habira.

Menjadi Dea Ranga (Mangkubumi)[sunting | sunting sumber]

Setelah selesai menduduki jabatan sebagai Adipati (Menteri Pertahanan), Lalu Jamila Mele Habira kemudian dipromosikan menduduki jabatan Dea Ranga yakni mangkubumi Kesultanan Sumbawa.

Keturunan[sunting | sunting sumber]

Lalu Jamila Mele Habira Dea Kuasa memiliki dua isteri, yakni:

  1. Lala Syarifah
  2. Lala Saragialu Daeng Talebang

Pemakaman[sunting | sunting sumber]

Beliau wafat di Sumbawa dan dimakamkan di Untir Iwis, hingga kemudian beliau diabadikan dengan julukan Dea Kuasa Untir (Iwis), berarti bahwa kekuasaan yang tadinya begitu luas kini tinggallah seluas tanah pekuburan.[1]

Silsilah kekerabatan dengan Raja Sumbawa Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV[sunting | sunting sumber]

Dea Adipati Lalu Kaidah Mele Habirah merupakan salah satu leluhur Raja Sumbawa Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV.

KEDATUAN GUNUNG GALESA
Lalu Mas Maling
Datu Gunung Galesa
Lala Mahiya


↓(bersuami)


♂ Sayyid Muhammad Ali Syamsuddin Kamarussaman Alaydrus
Lalu Najamuddin
(Lalu Nujum)
Lalu Bangsawan Abdurrahim
Abdul Karim
Lalu Bujir
Lalu Pangeran Anom
Lalu Rangam Ranga Batu Pasak
♂ Lalu Jane Dea Samede Puti Geti
♂ Lalu Indir
Dipati Rotong
Dea Dipati Bongkang Kapiyah
Nene' Dipati
Lalu Prabu Anom
Mele Dilaga
Dea Dipati
MANGKUBUMI SUMBAWA
Nene' Ranga
Dea Pin Manyurang
Dea Ranga
MANGKUBUMI SUMBAWA
Nene' Ranga
♂ Lalu Djamelela (Kaidah)
Mele Habira
Dea Ranga


Nama anumerta: Dea Koasa Unter Iwis
↓(beristeri)
♀ Lala Saragialu Daeng Talebang


Saragialu Karaeng Talebang
♂ Lalu Dilaga
MANGKUBUMI SUMBAWA
Nene' Ranga
Lalu Manyurang
Mele Abdullah
Dea Ranga
♀ Lala Intan Ratu Nong Sasir


↓(bersuami)


♂ Karaeng Manippi Datu Bonto Mangape
♂ Lalu Tunji Dea Tame
Lalu M. Yusuf♀ Lala Amatollah


↓(bersuami)


SULTAN SUMBAWA XIII m. 1795-1816
♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin II
Lalu Muhammad
Lalu Makasau
Mele Banggae
Dea Ranga Rango Berang
SULTAN SUMBAWA XIV
m. 1836-1837

♂ Dewa Masmawa Sultan Lalu Mesir
(† 1837)
SULTAN SUMBAWA XV m. 1837-1883
♂ Dewa Masmawa Sultan Lalu Muhammad Amaroe'llah


↓(beristeri)


♀ Lala Rante Patolah
binti
Muhammad Yakub Ruma Kapenta Wadu
bin
Tureli Donggo Mawa'a Kadi (Abdul Nabi) Raja Bicara Bima
Lalu Banggae Dea Tame Dea Dipati Karang Berang
DATU TALIWANG
♂ Daeng Mesir
DATU MARAJA MUDA SUMBAWA
♂ Datu Raja Muda Daeng Maskuncir
Maskuncir Datu Lolo Daeng Manassa


↓(beristeri)


♀ Datu Balasari
Lalu Patau Dea Mele Banggae
DATU TALIWANG
♂ Daeng Patongai
SULTAN SUMBAWA XVI m. 1882-1931
Gelar abhiseka: Dewa Masmawa Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III
Nama lengkap Sultan: Mas Madina Daeng Raja Dewa
Nama panggilan: Dewa Marhum


↓(beristeri)


Gelar: Dewa Maraja Bini
Nama lengkap Permaisuri: ♀ Siti Maryam Daeng Risompa
Nama panggilan: Datu Ritimu
binti
Daeng Padusung bin Sultan Amrullah Sultan Sumbawa XIV m. 1837-1883
Lalu Mangandar Alam Dea Radan Tampa
DATU MARAJA MUDA SUMBAWA
♂ Datu Raja Muda Daeng Rilangi
SULTAN SUMBAWA XVII m. 1931-1975)
Gelar abhiseka: ♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III
Nama lengkap Sultan: Kaharuddin Daeng Raja Dewa
Nama panggilan: Daeng Manurung


↓(beristeri)
Gelar Permaisuri: Dewa Maraja Bini
Nama lengkap Permaisuri: ♀ Siti Khodijah Ruma Pa'duka
Nama panggilan: Daeng Ante

binti

Sultan Muhammad Salahuddin "Ma Kakidi Agama" SULTAN BIMA XIV m. 1915-1951
Lalu Banggae Abdul Wahab
♀ Nindo Siti Rahayu Daeng RisompaSULTAN SUMBAWA XVIII m. 2011-sekarang


Gelar abhiseka: Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV
Nama lengkap Sultan: ♂ Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa
Nama panggilan: Daeng Ewan
(b. 5 April 1941)
↓(beristeri)


Gelar Permaisuri: Dewa Maraja Bini
Nama lengkap Permaisuri: ♀ Andi Bau Tenri Djadjah
Nama panggilan: Datu Tenri
(b. 23 Oktober 1946)
binti
Andi Burhanuddin Karaeng Pangkajene = Andi Tenri Ampareng Datu Sengngeng Pamanna Wajo[8]
Arifin Abdul Wahab
Daeng Risompa Datu Intan Ratu
♀ Daeng Nadya Indriana Hanoum
Daeng Masugi Ratu Datu Batari Toja
♀ Daeng Sarrojini Naidu
Mallarangang Syarifoeddin
Daeng Mas Madinah Datu Raja Muda
♂ Raihan Omar Hasani Priyanto
Daeng Massir
♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto
Daeng Manyurang
♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Mantja, Lalu (1984). Sumbawa pada masa dulu: suatu tinjauan sejarah (dalam bahasa Indonesia). Indonesia: Rinta. hlm. 148. 
  2. ^ "Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah". Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1978. hlm. 56. 
  3. ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Sultan-sultan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  4. ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  5. ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 2". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  6. ^ "Sejarah Kesultanan Sumbawa". Website Resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Diakses tanggal 2019-08-06. 
  7. ^ a b https://www.scribd.com/document/403789226/Data-Kesejarahan-Kesultanan-Sumbawa-bagian-1-docx
  8. ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Lahirnya Kesultanan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]