Kritik terhadap iklan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kritik terhadap iklan menjadi bagian terpenting di tengah maraknya promosi barang dan jasa baik itu suguhan iklan di media televisi, media cetak hingga media daring. Kritikan terhadap iklan itu berbeda-beda dari sudut pandang masing-masing. Kritik terhadap iklan biasanya hanya berkisar pada kalimat iklan dan tayangan gambar yang di sajikan oleh pihak penanggung jawab iklan. Salah satu bagian dari sarana pembauran promosi yang sering digunakan untuk memasarkan produk barang dan jasa kepada konsumen disebut Periklanan. Lebih lanjut definisi periklanan merupakan salah satu bagian atau sarana dari bauran promosi yang sering digunakan perusahaan untuk memasarkan dan mempromosikan produk dan/atau jasa mereka kepada konsumen. Sebagai segala bentuk penyajian non-personal, promosi ide, barang dan jasa oleh pihak sponsor yang memerlukan pembayaran. Selain itu, iklan terdiri dari beberapa kegiatan yang dilibatkan dalam mengenalkan produk barang/jasa kepada pihak calon konsumen.[1] Kata kritik berasal dari bahasa Yunani krenein yang artinya mengamati sedangkan iklan berasal dari bahasa Arab berarti pemberitahuan.

Komunikasi bersifat komersil menyangkut tentang organisasi beserta beberapa produknya diperuntukkan kepada masyarakat melalui media massa maupun elektronik dan ada pula melalui media online. Selain itu reklame luar ruang atau kendaraan umum. Iklan dimaksudkan sebagai bentuk penyampaian pesan suatu produk baik itu berbentuk barang dan jasa yang ditawarkan. Beragam cara dilakukan agar dapat menarik minat masyarakat selaku konsumen dari produk barang atau jasa tersebut. Sementara segala kegiatan yang dimulai dari proses hingga promosi biasa disebut sebagai periklanan. Dengan demikian iklan sebagai bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang akan disampaikan lewat suatu media kemudian ditujukan kepada seluruh masyarakat. Sejarah periklanan di Indonesia itu muncul sejak masa pemerintahan Hindia Belanda dimana istilah tentang iklan mulai digunakan. Pada tahun 1951 salah satu tokoh pribumi bernama Soedardjo Cokrosisworo. Orang-orang belanda menyebut Iklan itu adalah advertentie (Inggri) : Advertising). Jan Pieterzoen Coen seorang Gubernur Jenderal Batavia 1619-1629 memperkenalkan pertama kali istilah iklan tersebut. Hal ini dibuktikan melalui sepucuk surat yang berjudul Memorie de Nouvelles.[2]

Kemendikbud menyebutkan bahwa sebuah iklan yang baik tentu melakukan usaha agar menarik perhatian, minat pelanggan dan promosi barang atau jasa perusahaan. Iklan ini memiliki gambar, gerakan dan selingan instrumental musik kemudian biasanya promosi periklanannya melalui beberapa media seperti media massa, televisi, radio dan internet. Kamus Besar Bahasa Indonesia membagi jenis iklan tersebut ke dalam dua bagian seperti periklanan yang mendorong minat pelanggan agar lebih bersemangat agar mau membeli barang dan jasa yang ditawarkan dan periklanan dengan perantara media massa serta papan reklame yang tersedia di tempat-tempat umum agar masyarakat dapat mengetahui barang atau jasa yang dipromosikan. Selain itu, fungsi periklanan lebih tepatnya menginformasikan kepada khalayak ramai tentang suatu barang atau jasa untuk mempengaruhi khalayak tersebut agar menjatuhkan keputusannya kepada produk yang ditawarkan.[3] Berbeda lagi dengan pemasaran di mana penggunaan konten lebih ditonjolkan agar menarik minat dan rasa penasaran seseorang akan barang atau produk yang telah ditawarkan.

Penerapan personalisasi iklan online diharapkan dapat mengurangi tingkat gangguan yang ditimbulkan dari kemunculan iklan, dan justru dapat membantu dalam tahap pencarian informasi yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian.[4] Beragam pilihan yang ditawarkan baik itu melalui internet dengan banyak menyediakan berbagai fitur menarik dimulai dari video bermerek, spanduk reklame, advertorial, situs web dan masih banyak lagi. Pada masa sebelum hadirnya teknologi di masa sekarang ini sarana yang digunakan untuk mempromosikan produk atau jasa berkisar pada media televisi dan radio serta papan reklame di tempat-tempat umum. Namun sebaliknya, di era sekarang sajian periklanan tidak hanya sebatas media-media tersebut melainkan telah berada dalam genggaman teknologi dan dapat dinikmati sambil rebahan dirumah.Kritik dan saran terhadap iklan itu sangat baik dan membangun sesuai dengan etika pariwara. Dalam dunia bisnis iklan merupakan bagian yang begitu penting dari segala aspek.Tujuan periklanan tidak lain sebagai bagian dalam meningkatkan hasil penjualan suatu produk. Kreativitas juga diperlukan demi mempengaruhi hasil pemasaran baik itu dalam media cetak maupun media online serta elektronik. Kritik dan saran terhadap suatu produk dapat memberikan manfaat bagi dunia bisnis di antaranya, bisnis menjadi lebih baik, menandakan konsumen peduli apabila memberikan masukan dan kritikan terhadap suatu barang, baik dalam mengontrol diri, tetap rendah hati karena dengan adanya sebuah kritikan kita menjadi lebih rendah hati untuk tetap meningkatkan kreativitas dan kualitas produk, dan meningkatkan kepercayaan konsumen.[5]

Ruang publik[sunting | sunting sumber]

Ruang publik adalah Istilah dari kelonggaran yang sangat dipengaruhi oleh berbagai konteks dan ilmu untuk dikaji. Ruang publik atau biasa yang dikenal sebagai ruang terbuka di mana memiliki pemaknaan dalam konsep Habermas. Pada lingkungan siber, ruang publik ini dimaknai sebagai bentuk terjadinya interaksi maya. Makna dalam konteks lainnya seperti yang dikemukakan oleh Herry Priyono bahwa ruang publik ini memiliki ragam jenis gugus pengertian di antaranya adalah media sosial, pelayanan publik, barang publik, budaya publik dan lain sebagainya. Ragam jenis gugus ini memiliki kelompok yang independen kemudian membentuk sosialitas masyarakat.[6] Pemaknaan publik ini bukan merupakan bentuk dari konsep baru yang terus mengalami perkembangan pada sejumlah literatur yang relevan karena konsep publik ini telah ada pada zaman Yunani Kuno. Selain itu, definisi lain juga hanya sebatas pada kelompok borjuis yang memang mendominasi ruang publik tersebut.

Tempat-tempat umum secara harfiah merupakan bagian dari ruang publik yang memiliki potensi beriklan agar pesan dan maksud iklan tersebut tersampaikan kepada masyarakat. Daerah perkotaan menjadi daerah yang potensial dalam menyebarkan iklan. Industri periklanan produk atau jasa dari berbagai perusahaan mulai mengatur siasat dalam menghadapi persaingan untuk menarik minat masyarakat sehari-hari. Iklan –iklan itu mulai tampil di media massa hingga media elektronik dengan segala rupa manifestasi sensorik visual. Fenomena ini jelas terlihat pada daerah yang menjadi pusat pemerintahan dengan kepadatan penduduknya dengan struktur lanskap di depan jalan raya. Seiring berjalannya waktu penggunaan ruang publik untuk pemasangan iklan perlahan digemari dengan informasi efektif. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan tujuan dari iklan sebagai berikut :[7]

  • Awalnya tujuan dari iklan tersebut adalah memberikan informasi baik itu produk dan jasa kepada masyarakat.
  • Membujuk, agar menarik minat maka diperlukan sedikit rayuan atau bujukan.
  • Mengingatkan kepada masyarakat akan kebutuhan produk, jasa dan layanan mengenai manfaat yang dirasakan oleh para konsumen.
  • Membangun kesadaran.

Orientasi optik yang masif terhadap iklan mengubah fungsi ruang publik lebih dimanfaatkan oleh merek. Identitas sebuah kota adalah ruang publiknya di mana komoditas publik beserta kapasitasnya melalui peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah untuk mengatur aturan dan tata cara pemasangan reklame pada ruang publik seperti rambu, poster, baliho, dan papan reklame. Promosi produk barang dan jasa serta pengumuman atau yang biasa disebut iklan luar ruang begitu berkembang dan menjadi tak terhindarkan. Seiring berjalannya waktu dominasi periklanan di ruang publik menjadi begitu alami selama tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah.[8]

Media luar ruang untuk periklanan yang mampu memberikan stimulasi atau rangsangan secara langsung kepada khalayak dengan tata aturan visual seperti layar besar dilengkapi dengan gambar serta warna. Tata ruang kota dapat dikiaskan sebuah media cetak yang ukurannya besar di mana setiap segmennya memberikan ragam informasi yang menarik dan ada juga yang begitu membosankan. Media luar ruangan atau papan reklame berbeda dengan media massa di mana letak perbedaan pada halaman yang disediakan.[9]

Penyebab yang ditimbulkan[sunting | sunting sumber]

Kritikan terhadap media lebih tepatnya kritik terhadap dunia periklanan yang makin berkembang pesat di masa sekarang. Kritik itu terletak pada berbagai aspek seperti aspek audio visual, lingkungan, politik, keuangan, dan etika. Awal mula promosi periklanan suatu produk untuk mempengaruhi sikap masyarakat agar tertarik pada isi iklan yang telah ditampilkan. Merubah sikap masyarakat agar tertarik dengan produk atau jasa yang ditawarkan tidaklah mudah bahkan membuat banyak pilihan bagi pihak konsumen. Iklan yang dimaksud disini adalah bukan hanya sepatas pada bidang ekonomi melainkan di segala aspek demi menarik simpati dan minat masyarakat. Dampak lain yang ditimbulkan oleh hasil promosi periklanan itu menjadi keputusan calon konsumen barang atau jasa yang ditawarkan.[10]

Penyebab yang ditimbulkan tentunya tidak terlepas dari hubungan iklan baik itu kepada konsumen dan keputusan yang diambil. Selain itu, iklan juga mulai menimbulkan dampak yang negatif bagi masyarakat dari berbagai hal yang ditimbulkan sehingga kritik terhadap iklan harus dilakukan. Jika kita melihat dari aspek hubungan Iklan tersebut yang dimulai dari hubungannya terhadap konsumen terdapat pada kajian awal munculnya iklan itu sendiri di mana mengiklankan suatu produk itu adalah sikap dalam mempengaruhi orang lain meskipun tanpa merubah nilai dan sikap masyarakat sebagai konsumen. Lebih lanjut iklan juga sebagai salah satu variabel yang berpengaruh dalam pembentukan konsumen. Pada hubungannya dengan keputusan konsumen terdapat pada hubungannya bersifat tidak langsung.[10]

Ada tiga dampak yang ditimbulkan oleh iklan kepada masyarakat antara lain :

  • Iklan yang membentuk persepsi tertentu, di mana iklan akan diterima dan diberikan tanggapan yang beragam oleh khalayak. Seperti banyak yang kita temui pada setiap iklan dengan menampilkan sosok perempuan dengan kecantikannya menampilkan produk unggulan yang di promosi oleh perusahaan tertentu pada media elektronik dan online.[11]
  • Membuat masyarakat berperilaku konsumtif, pada masa pandemi covid-19 masyarakat mulai dipengaruhi beragam jenis iklan dalam media online yang berdampak munculnya sikap perilaku konsumtif. Kondisi ini muncul akibat efek demonstrasi dan situasi psikologis yang jenuh akibat covid-19 tadi.[12]
  • Iklan secara tidak langsung membentuk identitasi diri mereka sebagai manusia modern. Media iklan terbentuk karena identitas massal. Contohnya iklan yang mengajak atau berusaha membujuk para calon konsumen dengan berbagai keunggulan dari barang tersebut.

Pada anak-anak penyebab yang timbul adalah sebuah resistensi terhadap iklan yang ditampilkan pada media elektronik maupun online. Salah satu contohnya adalah iklan rokok di media elektronik dan iklan promosi pakaian dalam di media online. Kita ketahui bahwa anak dan gadget serta televisi tidak dapat dipisahkan di era sekarang ini. Perkembangan gawai internet dan media online begitu pesat sehingga memudahkan mereka untuk mengakses internet atau media sosial. Sementara tontonan acara iklan di televisi tanpa kontrol dari orang tua. Menonton TV dapat memberikan efek negatif bagi anak-anak karena akan mempengaruhi masalah perilakunya. Di tambah lagi dengan masalah gawai pada anak yang tidak bisa lepas dari anak-anak di mana gadget dapat merusak otak kalau tidak diperhatikan maka berakibat fatal bagi perkembangan mereka.[13]

Pengaruh[sunting | sunting sumber]

Pengaruh ini tentu saja memiliki dampak masing-masing baik itu pada pembuat iklan dan khalayak atau masyarakat penikmat iklan tersebut. Contohnya pada bisnis periklanan produk atau jasa media online cenderung memberikan pengaruh kepada masyarakat baik itu dimulai pada kalangan usia remaja hingga orang dewasa dalam melihat produk yang marak ditawarkan pada media jejaring sosial dan iklan pertelevisian. Penilaian masyarakat bahwa televisi sebagai kotak ajaib dapat memberikan pengaruh terhadap alam pikiran penontonnya karena sebuah televisi turut pula memberikan sajian acara yang menghibur selain informasi-informasi faktual yang disajikan. Kehidupan masyarakat dari tahun ke tahun tentunya tidak terlepas dari televisi sebagai kebutuhan penting untuk mengetahui informasi maupun media menghibur bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan atau perkotaan pada umumnya. Opini dan pola pikir masyarakat secara tidak sadar telah terbawa oleh alat promosi produk pada pertelevisian yang ada akibatnya mereka rela mengeluarkan biaya demi mencapai hasrat dan keinginan mereka demi mengikuti apa yang di tawarkan pada iklan di media televisi.[14] Di tengah kebutuhan akan internet pada masyarakat juga makin meningkat untuk mengakses informasi dan komunikasi melalui jejaring sosial membuat berbagai macam iklan mulai bermunculan.

Kemajuan teknologi tersebut sebagai dasar dalam mempermudah akses internet sehingga perusahaan beralih kepada pemasaran modern. Berbagai media sosial begitu banyak memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menarik minat bagi para pengguna media jejaring sosial tersebut. Oleh karena itu, media sosial tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh kalangan jasa periklanan dan perusahaan. Iklan internet atau yang biasanya disebut iklan online yang memiliki pengaruh signifikan kepada masyarakat. Besarnya pengaruh itu begitu bergantung pada kreativitas dan ekfetifnya sebuah iklan. Idealnya pesan iklan harus menarik minat, memperhatikan ketertarikan, membangkitkan keinginan dan menggerakkan tindakan. Dampaknya pun tergantung atas apa yang di iklankan. Salah satu pengaruh yang ditimbulkan dari adanya iklan produk atau jasa adalah budaya konsumtif masyarakat yang makin hari mempengaruhinya. Perkembangan industri produk misalnya smartphone yang lebih dekat dengan kehidupan umat manusia di era milenial dengan memproduksi dan memasarkan secara masif produk tersebut maka daya beli akan smartphone juga kian meningkat tajam agar masyarakat tidak ketinggalan produk unggulan yang baru di rilis. Budaya konsumtif ini lebih mengarah kepada gaya hidup masyarakat yang menyangkut pola hidup dan cara seseorang menggunakan uangnya.[15] Gaya hidup biasa dikatakan tingkah laku seseorang yang mengikuti tren perilaku konsumtif. Gairah atau minat seseorang memberikan respon terhadap benda-benda yang baru.

Kemudian paparan anak-anak terhadap iklan juga menempatkan pengaruh yang lebih krusial ketika mereka menikmati tontonan pada Youtube kids maupun reguler yang begitu rentan akan iklan dewasa dan game online. Selain pada Youtube iklan ini pula terdapat pada Facebook sebagai pengguna terbanyak dimana anak-anak zaman sekarang dapat menjangkaunya. Iklan begitu dengan mudahnya mempengaruhi anak-anak seperti pada contoh paparan iklan rokok pada kalangan anak-anak yang menyebabkan jumlah para perokok yang terus meningkat dan ironisnya dalam jumlah itu terdapat kalangan anak-anak dan remaja usia sekolah. Layanan masyarakat tentang bahaya merokok yang tidak sebanding dengan penikmat rokok di tanah air.[16] Adanya iklan rokok baik itu di media elektronik dan online serta papan reklame/spanduk yang dapat diakses oleh anak-anak walaupun sudah ada kebijakan yang membatasi iklan ini. Iklan rokok ini juga pada media online memiliki hubungan dengan perilaku merokok bahkan setelah melihat iklan rokok tersebut kecenderungan remaja untuk merokok meningkat akibat iklan tersebut.[17] Masa remaja adalah masa yang begitu erat dengan masa mengenal diri sendiri dan perilaku yang labil disertai rasa ingin tahu yang tinggi. Maka tidaklah mengherankan apabila iklan rokok sangat berpengaruh pada kalangan remaja.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Febrianto, Silvia (2015). "Pengaruh Penggunaan Humor Dalam Iklan Terhadap Brand Recognition" (PDF). e-journal. hlm. 9. Diakses tanggal 11/12/2021. 
  2. ^ Erlita, Novi (2 Juli 2016). "Potret Periklanan di Media Massa Indonesia" (PDF). www.media.neliti.com. hlm. 201. Diakses tanggal 19/12/2021. 
  3. ^ Lovata, Andrean (20 Desember 2021). "Media Periklanan : Definisi, Fungsi dan Tujuan Dalam Bisnis". www.rancakmedia.com. Diakses tanggal 19/12/2021. 
  4. ^ Agustina, Dina; Najib, Mukhammad (2016). "Pengaruh Personalisasi Iklan Online Terhadap Sikap dan Minat Beli Konsumen" (PDF). www.mix.mercubuana.ac.id. hlm. 367. Diakses tanggal 27/11/2021. 
  5. ^ "Manfaat Kritik dan Saran Untuk Bisnis". Indosurya. 18 Juni 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-26. Diakses tanggal 22/12/2021. 
  6. ^ Haezer, Eben. "Menyoal Internet Sebagai Ruang Publik dalam Perspektif Habermas". e-journal. Diakses tanggal 18/12/2021. 
  7. ^ Abdi, Husnul (06 April 2021). Mandasari, Rizky, ed. "Tujuan Iklan, Pengertian, Jenis, dan Fungsinya yang Perlu Diketahui". Liputan6.com. Diakses tanggal 30/12/2021. 
  8. ^ Jabbar, Fakhrunnas (16 Desember 2015). "Menyoal Iklan Luar Ruang Publik". www.riaupos.com. Diakses tanggal 19/12/2021. 
  9. ^ Wangarry, Mario; Saidi, Acep (2018/01-11). "Pengaruh Iklan Media Luar Pada Ruang Publik Di Kota Jakarta Selatan". Seni dan Reka Rancang. 1: 37/41. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-22. Diakses tanggal 2021-12-22. 
  10. ^ a b Khusnaeni; Yulianto; Sunarti (2017/02-06). "Pengaruh Iklan Terhadap Sifat Konsumen Serta Dampaknya" (PDF). Adminstrasi Bisnis. 47: 50––51/53. 
  11. ^ Krisnawati, Ester. "Persepsi KHalayak Terhadap Iklan Axe Bidadari". www.ejournal.uksw.edu.com. hlm. 2. Diakses tanggal 19/12/2021. 
  12. ^ Kasih, Ayunda Pininta (17/07/2020). Kasih, Ayunda Pininta, ed. "Pakar Unair: Pandemi Covid-19 Membuat Masyarakat Cenderung Lebih Konsumtif". Kompas.com. Diakses tanggal 20/12/2021. 
  13. ^ "Waspada Dampak Buruk Gadget Pada Anak". www.bssn.go.id. 4 Agustus 2020. Diakses tanggal 20/12/2021. 
  14. ^ Imanto, Teguh. "Pengaruh Iklan Televisi dalam Pencitraan Gaya Hidup". www.esaunggul.ac.id. Diakses tanggal 27/12/2021. 
  15. ^ Solihin, Olin (2 Desember 2015). "Terpaan Iklan Mendorong Gaya Hidup Konsumtif Masyarakat Urban" (PDF). www.repository.unikom.ac.id. hlm. 45. Diakses tanggal 22/12/2021. 
  16. ^ Astuti, Indriyani (5 Januari 2018). "Paparan Iklan Dorong Anak Merokok". Media Indonesia. Diakses tanggal 22/12/2021. 
  17. ^ Sucahyo, Nurhadi (28/11/2021). "Aktivitas Daring Naikkan Paparan Iklan Rokok Ke Anak dan Remaja". Voa Indonesia. Diakses tanggal 22/12/2021.