Korupsi di Filipina

Korupsi di Filipina adalah masalah yang tersebar luas yang dialami warga negaranya,[1] yang berkembang selama masa kolonial Spanyol.[2][3] Indeks Persepsi Korupsi 2024 oleh Transparency International memberi skor 33 untuk Filipina. Berdasarkan skor tersebut, Filipina menempati peringkat ke-114 dari 180 negara dalam indeks tersebut. Sebagai perbandingan, di kawasan Asia Pasifik, skor tertinggi adalah 84, terendah 16, dan rata-rata 44.[4] Secara global, skor tertinggi adalah 90 (peringkat 1), skor terendah 11 (peringkat 180), dan rata-rata skor adalah 43.[5]
Contoh korupsi di Filipina mencakup praktik seperti suap, kolusi, kronisme, nepotisme, impunitas, penggelapan, pemerasan, pemalsuan, penghindaran pajak, politik uang, kurangnya transparansi, lemahnya penegakan hukum dan kebijakan pemerintah, serta kurangnya dukungan terhadap hak asasi manusia.[6] Para peneliti menyebutkan bahwa korupsi dan tata kelola pemerintahan yang buruk menjadi salah satu penyebab kemiskinan di Filipina.[7]
Filipina menandatangani Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Melawan Korupsi pada 9 Desember 2003, dan Senat meratifikasi konvensi tersebut pada 6 November 2006. Pada tahun 2012, Senat menetapkan bahwa Hari Antikorupsi Nasional diperingati setiap tahun pada tanggal 9 Desember.[8]
Korupsi politik
[sunting | sunting sumber]Arena politik Filipina umumnya diatur dan dijalankan oleh keluarga-keluarga atau aliansi antar keluarga, bukan berdasarkan pemilihan partai politik.[9] Sistem ini dikenal sebagai sistem padrino, di mana seseorang memperoleh keuntungan, promosi, atau jabatan politik melalui hubungan kekeluargaan (nepotisme) atau pertemanan (kronisme), bukan berdasarkan kemampuan atau prestasi. Sistem padrino menjadi sumber banyak kontroversi dan kasus korupsi di Filipina.
Mahkamah Agung Filipina telah mengeluarkan tiga putusan terpisah yang memerintahkan keluarga Ferdinand Marcos untuk mengembalikan kekayaan yang dicuri dari negara selama kediktatoran Marcos yang diperkirakan mencapai $10 miliar.[10][11]
Pada tahun 2001, Presiden Joseph Estrada dan Wali Kota San Juan Jinggoy Estrada menjadi pejabat terpilih pertama yang didakwa melakukan penjarahan. Joseph Estrada dituduh mengantongi suap jueteng dan pajak cukai tembakau sebesar ₱4 juta. Ia dihukum atas penjarahan oleh pengadilan antikorupsi Sandiganbayan pada tahun 2007 dan kemudian diampuni oleh Presiden Gloria Macapagal-Arroyo.[12]
Hingga tahun 2016, terdapat 33.772 kasus korupsi yang diajukan ke Sandiganbayan, termasuk 10.094 kasus penyalahgunaan dana publik dan 7.968 kasus gratifikasi.[13]
Pada tahun 2025, Wakil Presiden Sara Duterte dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan atas beberapa tuduhan, termasuk penyalahgunaan dana rahasia sebesar ₱612,5 juta, suap, dan kekayaan yang tidak dapat dijelaskan asal-usulnya.[14]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ↑ Jurado, Emil (March 12, 2010). "The fourth most corrupt nation". Manila Standard Today. Diarsipkan dari asli tanggal March 14, 2010. Diakses tanggal August 21, 2010.
- ↑ Quah, Jon S. T. (July 21, 2011). Curbing Corruption in Asian Countries: An Impossible Dream? (dalam bahasa Inggris). Emerald Group Publishing. hlm. 115–117. ISBN 978-0-85724-820-6. Diakses tanggal September 4, 2020.
- ↑ Sriwarakuel, Warayuth (2005). Cultural Traditions and Contemporary Challenges in Southeast Asia: Hindu and Buddhist (dalam bahasa Inggris). CRVP. hlm. 294. ISBN 978-1-56518-213-4. Diakses tanggal March 30, 2021.
- ↑ "CPI 2024 for Asia Pacific: Leaders failing to stop corruption amid an escalating climate crisis". Transparency.org (dalam bahasa Inggris). 11 February 2025. Diakses tanggal 15 March 2025.
- ↑ "Corruption Perceptions Index 2024: Philippines". Transparency.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 15 March 2025.
- ↑ "The Philippines Corruption Report". GAN Integrity (dalam bahasa American English). Diarsipkan dari asli tanggal August 12, 2022. Diakses tanggal October 17, 2021.
- ↑ Jimenez, Jaime. "Commentary: Corruption steals from the poor". Philippine Star. Diakses tanggal 2024-01-15.
- ↑ Panganiban, Artemio V. (2012-12-22). "Anticorruption campaign goes global". Philippine Daily Inquirer (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-02-12.
- ↑ Coronel, Chua, Rimban, & Cruz The Rulemakers Philippine Center for Investigative Journalism (2007); p.49
- ↑ "The Philippine Supreme Court ruled three times that Ferdinand Marcos must give back millions he stole from his country". Fact Check (dalam bahasa Inggris). 2019-12-04. Diakses tanggal 2024-01-21.
- ↑ Davies, Nick (2016-05-07). "The $10bn question: what happened to the Marcos millions?". The Guardian (dalam bahasa Inggris (Britania)). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2024-01-21.
- ↑ Bueza, Michael (2014-06-21). "Plunder in the Philippines". Rappler (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2024-01-15.
- ↑ Buan, Lian (2017-01-22). "Tracking Sandiganbayan: Who's who in PH's biggest corruption cases?". Rappler (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2024-01-15.
- ↑ Panti, Llanesca (2025-02-05). "House impeaches VP Sara Duterte". GMA News Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-02-20.