Kontak mata

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sebuah tatapan mata.

Kontak mata (eye contact) adalah kejadian ketika dua orang melihat mata satu sama lain pada saat yang sama.[1] Kontak mata merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang disebut okulesik dan memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku sosial. Frekuensi dan arti kontak mata sering bervariasi dalam berbagai budaya manusia.

Arti sosial dari kontak mata[sunting | sunting sumber]

Kontak mata dan ekspresi wajah memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan sosial dan perasaan; orang-orang tanpa sengaja sering memperhatikan mata orang lain untuk menduga perasaan orang tersebut. Melalui kontak mata, seseorang juga dapat memeriksa apakah lawan bicara memperhatikannya, dan apakah lawan bicara setuju dengan pembicaraannya.[2] Dalam beberapa konteks, pertemuan mata sering membangkitkan perasaan yang kuat. Kontak mata juga penting dalam mendekati lawan jenis, karena dapat mengukur ketertarikan satu sama lain.

Penjelasan-penjelasan mengenai kontak mata[sunting | sunting sumber]

Penjelasan fisiologi[sunting | sunting sumber]

Ukuran pupil seseorang dapat menunjukkan banyak hal tentang keadaan seseorang saat itu. Perasaan, emosi, pendirian, dan suasana hati sering merangsang sistem saraf simpatetik dan menyebabkan membesarnya ukuran pupil. Dalam merespon terhadap ancaman atau ketakutan, hal ini sering disebut fight or flight response (respon melawan atau lari), dan memiliki efek terhadap penampilan mata.

Ukuran pupil dapat membesar jika seseorang melihat sesuatu atau seseorang yang menarik hatinya, atau orang tersebut sedang bergairah, sehingga intensitas kontak mata menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Penelitian menunjukkan bahwa manusia (terutama wanita) sering dinilai menarik berdasarkan besarnya ukuran pupil,[butuh rujukan] sehingga dalam berbagai budaya sering digunakan kosmetik untuk merangsang pembesaran pupil.

Kontak mata ibu-anak[sunting | sunting sumber]

Walaupun sebagian ilmuwan menegaskan bahwa anak-anak sering merespon ke mata ibu mereka sejak lahir, dan bayi-bayi umumnya tersenyum secara naluriah kepada titik hitam — menganggapnya mata, hingga umur enam minggu, sebuah penelitian tahun 1985 yang diterbitkan di Journal of Experimental Child Psychology menunjukkan bahwa "bayi 3-bulan relatif tidak sensitif dalam menjadi objek penglihatan orang lain".[3] Sebuah penelitian 1996 di Kanada menemukan bahwa senyum pada bayi 3 hingga 6 bulan berkurang jika kontak mata dengan orang dewasa dihentikan.[4] Sebuah penelitian 2004 di Britania dalam Journal of Cognitive Neuroscience menemukan bahwa pengenalan wajah oleh bayi difasilitasi oleh tatapan mata langsung.[5] Penelitian lainnya pada 2005 dan 2002 mengkonfirmasikan bahwa tatapan mata dari orang-orang dewasa memengaruhi tatapan mata dari bayi.[6][7]

Penjelasan lain[sunting | sunting sumber]

Perhatian pada komunikasi Arah pandangan mata seseorang dapat menunjukkan ke mana perhatiannya menuju. Sarana pembelajaran Penelitian terbaru (2005-2006) juga menunjukkan bahwa kontak mata memiliki dampak positif dalam mengingat informasi, dan dapat membantu proses pembelajaran yang lebih efektif.[8][9][10] pandangan mata

Kontak mata dan budaya[sunting | sunting sumber]

Dalam beberapa budaya, khususnya Asia Timur, melakukan kontak mata terhadap atasan atau orang yang lebih tua dianggap tidak sopan dan agresif, sedangkan di Amerika Serikat dan Eropa, justru menghindari kontak mata yang dianggap tidak sopan dan menunjukkan bahwa orang yang menghindari kontak mata tersebut tidak dapat dipercaya.[11] Hal ini sering menimbulkan kesalahpahaman antara orang-orang dari kedua budaya tersebut.

Dalam agama Islam, orang-orang Muslim diperintahkan untuk menundukkan pandangannya dan menghindari kontak mata terhadap lawan jenis, kecuali terhadap anggota keluarga. Pandangan yang disertai birahi terhadap lawan jenis juga dilarang.[12]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]