Konferensi Tingkat Tinggi ke-27 Perbara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-27 ASEAN adalah pertemuan puncak para pemimpin-pemimpin anggota negara ASEAN yang diadakan pada 20-22 November 2015 di Kuala Lumpur, Malaysia. Pada upacara pembukaan yang dilaksanakan pada 21 November 2015 di Plenary Hall KLCC, Kuala Lumpur[1] oleh Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak tersebut, juga dihadiri oleh Presiden Filipina Benigno Aquino III, Presiden RI Joko Widodo, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Laos Thongsing Thammavong, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-Ocha, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, dan Presiden Myanmar Thein Sein.[2] Konferensi akan banyak membahas masalah perdamaian dan keamanan, terutama setelah terjadinya beberapa peristiwa berdarah, Serangan Hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, penembakan dan pengeboman di Paris dan Serangan teror terhadap pesawat Rusia Kogalymavia Penerbangan 9268 di Sinai.[3]

Agenda Konferensi[sunting | sunting sumber]

Pada pertemuan ini diagendakan para pemimpin negara-negara ASEAN akan mengusahakan tercapainya kesepakatan Konvensi ASEAN mengenai Perdagangan Manusia (‘’’ASEAN Convention against Trafficking in Person’’’) dan Deklarasi Kuala Lumpur mengenai Pembentukan Komunitas ASEAN (Kuala Lumpur Declaration on the Establishment of ASEAN Community), dan Deklarasi Kuala Lumpur mengenai ASEAN 2025 (Kuala Lumpur Declaration on ASEAN 2025).[4]

KTT ASEAN ke-27 ini akan menjadi pertemuan terakhir para pemimpin ASEAN menjelang peluncuran blok ekonomi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), 31 Desember 2015 mendatang. MEA yang diklaim sebagai blok ekonomi terkaya ketujuh di dunia, bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan pusat produksi kompetitif di Kawasan Regional.[5]

Peran serta Indonesia[sunting | sunting sumber]

Presiden Jokowi selama pelaksanaan KTT ini didampingi oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator bidang Maritim Rizal Ramli, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Menurut Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana, Indonesia rencananya akan menyuarakan berbagai hal yang berkaitan dengan usaha menciptakan perdamaian dan keamanan di kawasan ASEAN. Selain itu, Indonesia juga ingin memastikan terpeliharanya persatuan dan sentralitas ASEAN, disamping memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan peran ASEAN di dunia.[6]

Setelah upacara pembukaan, Presiden Jokowi mengikuti rapat pleno KTT ASEAN. Dalam kesempatan itu, ia angkat bicara soal terorisme dan kebakaran hutan. Jokowi menegaskan negara ASEAN perlu meningkatkan kerja sama di bidang intelijen untuk menangkal tindakan terorisme.[7] Ia juga menyatakan memberikan perhatian besar pada pengendalian kebakaran hutan di Indonesia yang menjadi lebih buruk karena pengaruh El Nino.

Referensi[sunting | sunting sumber]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]