Komersialisasi energi terbarukan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Grafik yang menunjukkan bahwa nilai investasi sektor energi terbarukan semakin meningkat. Komponen energi terbarukan yang masuk ke dalam grafik diantaranya energi surya, energi angin, kendaraan listrik beserta sarana pengisian ulang, penyimpanan energi, sumber panas terbarukan, penangkapan karbon, dan energi hidrogen.[1][2]
Grafik yang menunjukkan bahwa biaya untuk menghasilkan energi secara terbarukan semakin menurun, terutama energi yang dihasilkan panel surya.[3]

Komersialisasi energi terbarukan adalah pengerahan teknologi energi terbarukan ke pasar. Energi terbarukan yang dimaksud adalah energi terbarukan tiga generasi yang sudah berkembang sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Generasi pertama, yang sudah matang secara teknologi serta kompoetitif secara ekonomi adalah biomassa, tenaga air, dan tenaga panas bumi. Generasi kedua adalah teknologi yang sudah memasuki pasar, sudah dinikmati konsumen, dan masih terbuka lebar pengembangan lebih lanjut. Generasi kedua diantaranya adalah pemanas surya, panel surya (photovoltaics), tenaga angin, tenaga panas matahari, dan bioenergi modern. Generasi ketiga adalah yang masih dalam tahap riset dan pengembangan untuk menjadikannya lebih kompetitif dalam skala global. Generasi ketiga diantaranya gasifikasi biomassa dan energi samudra.[4] Di tahun 2012, kapasitas terpasang energi terbarukan sudah mencapai setengah dari total energi yang terpasang, dan biaya untuk menghasilkannya semakin menurun.[5]

Kebijakan publik dan kepemimpinan politik amat membantu dalam menyeimbangkan persaingan dan mendorong diterimanya energi terbarukan di masyarakat.[6][7][8] Negara-negara seperti Jerman, Denmark, dan Spanyol memimpin secara global penerapan kebijakan yang memihak energi terbarukan yang berperan besar dalam pertumbuhan sektor ini. Jerman memiliki komitmen "Energiewende", dan Denmark memiliki komitmen untuk memenuhi target seratus persen energi terbarukan di tahun 2050.

Satu manfaat besar dari invetasi di bidang energi terbarukan salah satunya adalah pertumbuhan lapangan kerja.[9] China, Jerman, Spanyol, Amerika Serikat, Itali, dan Brazil memimpin dunia dalam hal nilai investasi di sektor energi terbarukan.[7][10] Perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang energi terbarukan diantaranya adalah BrightSource Energy, First Solar, Gamesa, GE Energy, Goldwind, Sinovel, Targray, Trina Solar, Vestas, dan Yingli.[11][12] Di Amerika Serikat, energi terbarukan telah menjadi sektor yang efektif dalam menciptakan lapangan kerja melebihi sektor pertambangan batu bara dan minyak bumi.[13]

Pemanasan global juga menjadi pendorong utama berkembangnya industri di sektor ini.[14][15][16][17][18] Berdasarkan proyeksi International Energy Agency di tahun 2011, tenaga matahari akan menjadi penghasil energi utama dalam kurun waktu 50 tahun ke depan, sehingga akan mengurangi emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang amat signifikan.[19]

Background[sunting | sunting sumber]

Alasan utama[sunting | sunting sumber]

Perubahan iklim, pencemaran lingkungan, dan ketahanan energi adalah alasan utama yang membutuhkan perubahan besar di bidang infrastruktur energi.[20] Teknologi energi terbarukan merupakan penyumbang pagu energi yang potensial sehingga dapat menjaga ketahanan energi dunia dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang harganya fluktuatif dan persediaannya dapat dipengaruhi kondisi geopolitik. Energi terbarukan juga memberikan kesempatan bagi suatu negara untuk memitigasi gas rumah kacanya.[4]

Opini publik menjadi pendorong kuat dalam menangani masalah suplai energi ini. Berbagai metode untuk penanganan masalah suplai energi ini diantaranya adalah mempromosikan energi terbarukan seperti energi surya dan angin, mensyaratkan fasilitas umum untuk menggunakan energi terbarukan, serta menyediakan insentif pajak bagi pelaku usaha dan pengguna teknologi energi terbarukan.[21]

Pertumbuhan energi terbarukan[sunting | sunting sumber]

Tahun 2008 merupakan pertama kalinya, di Uni Eropa dan Amerika Serikat, secara kapasitas, pembangkit listrik energi terbarukan terpasang lebih banyak dibandingkan pembangkit listrik konvensional. Tahun tersebut juga menjadi penanda era transisi menuju pasar energi terbarukan.[22] Namun instalasi pembangkit listrik energi terbarukan secara global masih sepertiganya.[23]

Indikator energi terbarukan[7][22][24][25][26]
Selected global indicators 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Satuan
Investasi kapasitas terpasang, tahunan 30 38 63 104 130 160 211 257 244 214 270 285 miliar USD
Kapasitas energi terbarukan terkini, termasuk tenaga air 895 930 1,020 1,070 1,140 1,230 1,320 1,360 1,470 1,560 1,712 1,849 GWe
Kapasitas energi terbarukan terkini, tidak termasuk tenaga air 200 250 312 390 480 560 657 785 GWe
Kapasitas tenaga air terkini 915 945 970 990 1,000 1,055 1,064 GWe
Kapasitas tenaga angin terkini 48 59 74 94 121 159 198 238 283 318 370 433 GWe
Kapasitas panel surya terhubung jaringan 7.6 16 23 40 70 100 139 177 227 GWe
Kapasitas pemanas air surya terkini 77 88 105 120 130 160 185 232 255 326 406 435 GWth
Produksi etanol, tahunan 30.5 33 39 50 67 76 86 86 83 87 94 98 miliar liter
Produksi biodiesel, tahunan 12 17 19 21 22 26 29.7 30 miliar liter
Jumlah negara dengan kebijakan target penggunaan energi terbarukan 45 49 68 79 89 98 118 138 144 164 173

Sejak tahun 2014, China memimpin di dunia dalam hal produksi listrik dari panel surya, tenaga air, dan tenaga angin. Sektor energi terbarukan China telah tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor energi fosilnya. Sektor manufaktor komponen energi terbarukan, terutama komponen panel surya, juga telah meningkat hingga seratus kali lipat sejak tahun 2005. Ekspansi pasar dan turunnya biaya teknologi manufaktur menjadi penyebab utama murahnya biaya produksi energi terbarukan di China.[27]

Tiga generasi teknologi[sunting | sunting sumber]

Secara singkat, generasi pertama telah berdiri dengan mantap, generasi kedua sedang memasuki pasar, dan generasi ketiga masih membutuhkan riset dan pengembangan jangka panjang untuk menjadikannya sektor yang signifikan.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Energy Transition Investment Hit $500 Billion in 2020 – For First Time". BloombergNEF. (Bloomberg New Energy Finance). 19 January 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 January 2021. 
  2. ^ Catsaros, Oktavia (26 January 2023). "Global Low-Carbon Energy Technology Investment Surges Past $1 Trillion for the First Time". Figure 1: Bloomberg NEF (New Energy Finance). Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 May 2023. Defying supply chain disruptions and macroeconomic headwinds, 2022 energy transition investment jumped 31% to draw level with fossil fuels 
  3. ^ Chrobak, Ula (author); Chodosh, Sara (infographic) (28 January 2021). "Solar power got cheap. So why aren't we using it more?". Popular Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 January 2021.  ● Chodosh's graphic is derived from data in "Lazard's Levelized Cost of Energy Version 14.0" (PDF). Lazard.com. Lazard. 19 October 2020. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 28 January 2021. 
  4. ^ a b c d International Energy Agency (2007). Renewables in global energy supply: An IEA facts sheet (PDF) OECD, 34 pages.
  5. ^ International Renewable Energy Agency (2012). "Renewable Power Generation Costs in 2012: An Overview" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 15 July 2019. Diakses tanggal 3 April 2013. 
  6. ^ Donald W. Aitken. Transitioning to a Renewable Energy Future, International Solar Energy Society, January 2010, p. 3.
  7. ^ a b c REN21 (2012). Renewables Global Status Report 2012 Diarsipkan 15 December 2012 di Wayback Machine. p. 17.
  8. ^ REN21 (2011). "Renewables 2011: Global Status Report" (PDF). hlm. 11–13. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 5 September 2011. 
  9. ^ Editorial, Green Gold, Nature Energy, 2016.
  10. ^ REN21 (2011). "Renewables 2011: Global Status Report" (PDF). hlm. 35. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 5 September 2011. 
  11. ^ Top of the list, Renewable Energy World, 2 January 2006.
  12. ^ Keith Johnson, Wind Shear: GE Wins, Vestas Loses in Wind-Power Market Race, Wall Street Journal, 25 March 2009, accessed on 7 January 2010.
  13. ^ Trump Is Foolish to Ignore the Flourishing Renewable Energy Sector
  14. ^ International Energy Agency. IEA urges governments to adopt effective policies based on key design principles to accelerate the exploitation of the large potential for renewable energy Diarsipkan 2017-09-22 di Wayback Machine. 29 September 2008.
  15. ^ REN21 (2006). Changing climates: The Role of Renewable Energy in a Carbon-constrained World (PDF) Diarsipkan 11 June 2007 di Wayback Machine. p. 2.
  16. ^ HM Treasury (2006). Stern Review on the Economics of Climate Change.
  17. ^ New UN report points to power of renewable energy to mitigate carbon emissions UN News Centre, 8 December 2007.
  18. ^ Joel Makower, Ron Pernick and Clint Wilder (2008). Clean Energy Trends 2008 Diarsipkan 2018-07-10 di Wayback Machine., Clean Edge, p. 2.
  19. ^ Ben Sills (29 August 2011). "Solar May Produce Most of World's Power by 2060, IEA Says". Bloomberg. 
  20. ^ Jacobson, Mark Z.; Delucchi, Mark A. (2010). "Providing all Global Energy with Wind, Water, and Solar Power, Part I: Technologies, Energy Resources, Quantities and Areas of Infrastructure, and Materials" (PDF). Energy Policy. 
  21. ^ Council on Foreign Relations (18 January 2012). "Public Opinion on Global Issues: Chapter 5b: World Opinion on Energy Security". Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 November 2009. 
  22. ^ a b Eric Martinot and Janet Sawin. Renewables Global Status Report 2009 Update, Renewable Energy World, 9 September 2009.
  23. ^ UNEP, Bloomberg, Frankfurt School, Global Trends in Renewable Energy Investment 2011 Diarsipkan 1 November 2011 di Wayback Machine.、Figure 24.
  24. ^ REN21 (2011). "Renewables 2011: Global Status Report" (PDF). hlm. 15. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 5 September 2011. 
  25. ^ REN21 (2009). Renewables Global Status Report: 2009 Update Diarsipkan 12 June 2009 di Wayback Machine. p. 9.
  26. ^ REN21 (2013). Renewables 2013 Global Status Report, (Paris: REN21 Secretariat), ISBN 978-3-9815934-0-2.
  27. ^ John A. Mathews; Hao Tan (10 September 2014). "Economics: Manufacture renewables to build energy security". Nature. 513 (7517): 166–168. Bibcode:2014Natur.513..166M. doi:10.1038/513166aalt=Dapat diakses gratis. PMID 25209783. 

Bahan bacaan terkait[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]