SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kolese de Britto)
SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Informasi
Didirikan19 Agustus 1948
JenisSwasta
AkreditasiA
Nomor Pokok Sekolah Nasional20401156[1]
Maskotobor atau suluh
Rektor / KetuaR.P. Cyprianus Kuntoro Adi, S.J.[2]
Kepala SekolahFX. Catur Supatmono, S.Pd., M.Pd.
Jumlah kelas5 IPA, 3 IPS, 1 Bahasa[3][4]
Jurusan atau peminatanIPA, IPS, dan BHS[4]
Rentang kelasX1 - X9, XI IPA, XI IPS, XI BHS, XII IPA, XII IPS, XII BHS
KurikulumKurikulum 2013 Kurikulum Merdeka
Jumlah siswa843 laki-laki[1]
Alamat
LokasiJl. Laksda Adisucipto 161 Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Sleman, D.I.Y.
Tel./Faks.+62-274-518667
+62-274-554248[1]
Koordinat7°46′54″S 110°23′33″E / 7.781554°S 110.392489°E / -7.781554; 110.392489
Situs webdebritto.sch.id
Surelkolese@debritto.sch.id
Lain-lain
AfiliasiYesuit
LulusanPerkumpulan Alumni Kolese de Britto
Moto
MotoUntuk keagungan ALLAH yang lebih besar

Kolese De Britto (De Britto College atau yang lebih dikenal dengan akronim JB [jébé] yang berasal dari nama Johanes de Britto), adalah Sekolah Menengah Atas Katolik yang diasuh oleh Serikat Jesuit yang terletak di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Dibangun di atas tanah seluas 32.450 m². SMA ini termasuk salah satu SMA populer di Yogyakarta [5] dan terkenal karena prestasi di bidang akademis dan intelektual, olahraga, dan bidang non-akademis lainnya. Nama 'de Britto' sendiri didapat dari nama seorang Santo dan misionaris Portugal pada abad ke-17 yang berkarya di India, Johanes de Britto.

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Jl. Laksda Adisucipto 161 (Jalan Solo Km 4,9). Terletak di dekat perbatasan Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Sleman

  1. Dari Bandara Adi Sucipto, dengan taksi/angkutan umum kurang lebih 10 menit
  2. Dari Stasiun Tugu dengan taksi/ojek/becak kurang lebih 10-15 menit
  3. Dari Terminal Giwangan dengan bus Kota jalur 7 lebih kurang 15-20 menit

Sejarah Kolese[sunting | sunting sumber]

SMA Kolese de Britto didirikan pada tanggal 19 Agustus 1948, oleh para rohaniwan dari Serikat Jesus dan para suster Carolus Borromeus dengan nama SMA Kanisius. Waktu itu masih menempati ruang atas SMP Bruderan Kidul Loji. Karena Agresi Militer II Belanda, sekolah kemudian terpaksa ditutup pada 18 Desember 1948.

Setelah perang selesai, persiapan untuk mulai mengadakan kegiatan sekolah kembali dilaksanakan. bagian putri dibuka pada Agustus 1949 dan bagian putra dibuka pada Oktober 1949, mengingat banyak pemuda yang baru kembali dari medan pertempuran. Setelah ini bagian putra dan putri mulai dipisahkan. Bagian putra yang menempati gedung di Jalan Bintaran Kulon 5 diasuh oleh romo-romo Jesuit dan memakai nama SMA Santo Johanes de Britto. Sedangkan bagian putri yang diasuh oleh para suster Carolus Borromeus, menempati gedung di Jalan Sumbing 1 (sekarang Jalan Sabirin). Mereka memakai nama SMA Stella Duce (kelak diserahkan kepada Yayasan Tarakanita pada 1 Agustus 1962).

Pada tanggal 9 Juni 1953, oleh Pembesar Serikat Jesus di Roma, nama SMA Santo Johanes de Britto diubah menjadi SMA Kolese De Britto. Perkembangan senantiasa terjadi seiring dengan berjalannya waktu, mulai dari jumlah murid, ruang kelas, perombakan administrasi, hingga pindahnya lokasi sekolah. Pilihan lokasi kemudian jatuh di Demangan. Pembangunan pun segera dilaksanakan dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata, S.J. sebagai Vikaris Apostolik Semarang. Akhirnya, pada Mei 1958 SMA Kolese De Britto dipindahkan ke Demangan. Lokasi sekolah inilah yang kemudian lebih dikenal dengan alamat Jalan Laksda Adisucipto 161 Yogyakarta.

Pada tahun 1960-an, di saat kondisi perekonomian Indonesia terbilang susah, pimpinan SMA Kolese de Britto mengambil kebijakan untuk membebaskan siswa-siswanya untuk mengenakan baju bebas (tidak berseragam), bahkan juga boleh mengenakan sarung dan sandal jepit. Pertimbangannya supaya siswa yang kurang mampu tetap bisa bersekolah meskipun tidak punya baju dan sepatu. Rambut gondrong pun diperbolehkan.

Hal ini terus berlangsung hingga pertengahan tahun 80-an. Saat itu, (karena adanya tekanan dari pemerintah) diputuskan menggunakan seragam satu kali seminggu, kemudian meningkat dua kali seminggu, dan akhirnya tiga kali seminggu (pada awal 90-an). Setelah reformasi politik di Indonesia tahun 98, tekanan pemerintah mulai melemah, dan penggunaan seragam dikurangi menjadi satu kali seminggu, yaitu hari Senin. Para siswa pun sekarang harus mengenakan alas kaki yang dibatasi dalam ruang lingkup sepatu sandal atau sepatu, tak ada lagi nuansa sandal jepit ataupun tanpa alas kaki.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu karya pelayanannya, Kolese de Brito menyusun bersama Rencana Induk Pengembangan SMA Kolese de Britto untuk 10 tahun ke depan periode 2003-2013, dengan mengembangkan gedung sekolah, pembangunan tahap I yang akan dimulai awal tahun 2006 membutuhkan dana sekitar 3.5 M.

Berdasarkan rapat yayasan de Britto diperoleh informasi bahwa pembangunan tahap 1 dan tahap-tahap selanjutnya ditunda karena dengan pertimbangan sederhana, yaitu: pertama, pembangunan dengan dana sebanyak itu akan berpengaruh besar pada cadangan dana untuk operasional, dan yang kedua, "pembangunan" sumberdaya manusia, terutama kepada para guru dan karyawan, merupakan prioritas dan aset utama dan itulah yang sampai saat ini tetap diyakini berpengaruh besar dengan kualitas siswa lulusan SMA de Britto.

De Britto sebagai Kolese[sunting | sunting sumber]

Pendidikan de Britto berlandaskan Ad Maiorem Dei Gloriam, yang artinya "demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar". Di de Britto, para siswa diberikan kebebasan namun tetap dituntut untuk bertanggung jawab. Hal ini tampak dalam diberikannya kebebasan bagi para siswa untuk mengenakan baju bebas (pada hari-hari tertentu) dan berambut panjang (tanpa batas), tetapi di balik kebebasan itu, kedisiplinan dalam bidang pengajaran sangat diperhatikan, misalnya dengan penetapan standar nilai yang tinggi.

Pada akhir tahun 80-an, Romo Pamong SMA Kolese de Britto saat itu, Romo Guido Sabda Uatama, SJ, memperkenalkan gagasan "tidak takut, tidak malu, dan tidak malas". Semboyan ini juga untuk mengikis pendapat masyarakat bahwa pendidikan de Britto hanya berorientasi kebebasan yang tidak terukur.

Pendidikan (pendampingan siswa) di de Britto sendiri bertujuan:

  • Iman yang terintegrasi dalam kehidupan: mengintegrasikan kesadaran imannya akan Allah dalam segenap sisi kehidupannya.
  • Optimalisasi dan keseimbangan: mencoba memperkembangkan siswa baik kemampuan akademis, bakat, dan bidang minatnya secara optimal dan seimbang.
  • Disiplin, kerja keras, dan semangat untuk mau berusaha dengan gigih: mau menggunakan semua sarana yang ada dengan tepat dan bertanggung jawab, mengembangkan diri demi pelayanan kepada sesama dan memiliki ritme serta mekanisme hidup yang matang dan dewasa.
  • Mandiri: mampu memiliki pandangan/prinsip yang dihayati dari hati nuraninya, mampu mengambil keputusan sendiri, mampu bertindak sesuai dengan apa yang dipandang baik walau mungkin itu melawan arus, mampu melepaskan diri dari pengaruh yang kurang menguntungkan dalam mencapai kematangan dan kedewasaan pribadi.
  • Kreatif: mampu menemukan jalan-jalan baru yang inovatif dan makin mampu secara efektif menyelesaikan segala masalah yang dihadapi; tidak berhenti berkembang dan selalu mencari yang lebih baik lagi.
  • Berjuang untuk sesama: memiliki motivasi tinggi untuk menggunakan segala bakat yang dimilikinya untuk melayani sesama, memupuk jiwa kepemimpinan untuk berjuang bagi sesama demi kebenaran, keadilan dan kebaikan. Prinsip ini tentunya bukan sekadar retorika di DeBritto - tetapi juga diaktualisasikan dalam tindakan konkret, sebagai salah satu contoh konkret: Posko Solidaritas Gempa DeBritto yang mengerahkan semua siswanya (tidak hanya sebagian), untuk jadi relawan gempa mulai dari rumah sakit-rumah sakit Yogya, Bantul, dan Klaten, hingga titik-titik terpencil di Bantul, Imogiri, dan Brebah sejak Minggu, tanggal 28 Mei 2006. Posko ini terus bergulir hingga hampir 2 minggu hingga bantuan darurat dirasa sudah cukup untuk para korban gempa.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

SMA Kolese de Britto adalah sebuah Sekolah Menengah Atas Umum dengan napas pendidikan Katolik. Pengelolaan de Britto berada di bawah Yayasan de Britto yang dikelola oleh Pastur-pastur/Frater-frater Serikat Jesus (SJ).

SMA de Britto menganut pendidikan homogen, dalam arti semua siswanya adalah putra. Hal inilah yang sedikit banyak memberikan ciri khas pada suasana dan hasil belajar mengajar de Britto.

Mars De Britto[sunting | sunting sumber]

Pencipta Lagu: Romo L. Moerabi, S.J.

Akulah Putera SMA De Britto
gagahlah cita-citaku
Murni sejati jiwaku,
jujur semangat hatiku
Itulah rencana hidupku,
itulah tujuan niatku
Agar dapat menuang tenagaku,
bagi Tuhan dan Bangsaku

Ayolah Putera SMA De Britto
kuatkanlah hubunganmu
Selalu tetap bersatu
dengan semua kawanmu
Meskipun terpencar hidupmu
dikelak kemudian waktu
Ingat selalu di dalam hatimu
ialah De Britto contohmu

Fasilitas[sunting | sunting sumber]

  • Ruang kelas menempati areal seluas 1680 m2
  • Laboratorium, menempati areal seluas 648 m2

(Jumlah kelas X akan tetap 7, tetapi kelas XI dan XII berbeda-beda, tergantung dari jumlah muridnya dan jurusan yang diambilnya. Sebagai contoh, angkatan 2010 (masuk 2007) adalah angkatan terbesar dengan 9 kelas: XI-A1;XI-A2;XI-A3;XI-A4;XI-A5;XI-S1;XI-S2;XI-S3;XI-B)

  • Perpustakaan, menempati areal seluas 324 m2
  • Ruang guru, menempati areal seluas 525 m2,
  • Aula sebesar 1000 m2.
  • Dua Laboratorium Komputer
  • dua Ruang Audio Visual
  • Laboratorium Kimia, Fisika, dan Biologi yang terpisah
  • Dua Laboratorium Bahasa
  • Lapangan Sepak Bola, Bulu Tangkis, Basket, Futsal, Voli, dan tennis
  • Lima Gazebo
  • Panggung terbuka
  • Kantin
  • Dua ruang rapat
  • Ruang Campus Ministry

Siswa de Britto berjumlah kurang lebih 700 siswa, yang hampir 50%-nya adalah anak kost. Dari jumlah anak yang kost, sebagian besar siswa berasal dari daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jabotabek, dan DIY sendiri. Sementara sisanya berasal tersebar di hampir seluruh Indonesia, al. Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, sampai Papua. Dari segi agama, mayoritas siswa de Britto menganut agama Katolik, tetapi ada juga siswa-siswa yang menganut agama Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha; bahkan ada yang atheis dan agnostik seperti layaknya anak muda dalam pergolakan batin (walaupun tak secara resmi) - sejauh tidak mengganggu kepentingan komunal, sikap berbeda seperti ini diberi ruang di DeBritto yang mengutamakan kebebasan yang bertanggung jawab.

Jam belajar[sunting | sunting sumber]

  • Jam belajar di sekolah ini di mulai pada pukul 06.50 pagi sampai dengan pukul 13.15 pada hari Senin, pukul 07.30 pagi sampai dengan pukul 13.15 pada hari selasa sampai jumat, dengan di selingi 1 kali waktu istirahat selama 30 menit dari jam 10.30-11.00

Setiap tahunnya, de Britto menerima siswa sekitar 300 orang, dari sekitar 600 pendaftar lebih. Mengenai masalah kurikulum, meskipun kurikulum SMA tahun 1984 hanya mematok 38 jam per minggu, tetapi de Britto menetapkan standar 44 jam pelajaran setiap minggunya.

Kegiatan ekstrakurikuler[sunting | sunting sumber]

Di de Britto, tidak dikenal adanya Organisasi Siswa Intra Sekolah, tetapi digantikan oleh PRESIDIUM. Presidium adalah beberapa orang siswa yang dipilih secara demokratis melalui Pemungutan Suara, untuk mengkoordinasikan segala kegiatan kesiswaan. Jumlah anggota Presidium tidak tetap setiap masa jabatannya. Jumlahnya menyesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah orang yang memiliki cukup kemampuan. Presidium tidak memiliki susunan anggota dari atas ke bawah namun, merupakan suatu kelompok siswa yang jajarannya sama

Di luar proses belajar mengajar yang resmi, ada pula kegiatan-kegiatan yang disebut dengan Ekstra Kurikuler. Ada beragam Ekskul yang dikembangkan di de Britto, antara lain:

Non-olah raga[sunting | sunting sumber]

  • Paduan Suara
  • Jurnalistik
  • De Britto Photography Club
  • Teater de Britto
  • Padebri (Pencinta Alam de Britto)
  • Ekstra Musik (Orkestra)
  • Sinematografi
  • Sanggar Seni
  • English Club
  • German Club
  • Debate Club
  • Karawitan
  • Palang Merah Remaja

Olah raga[sunting | sunting sumber]

  • Renang
  • Basket
  • Sepak Bola
  • Bulu Tangkis
  • Tae Kwon Do
  • Tenis
  • Tenis Meja
  • Voli
  • Flag football
  • Dance
  • Pencak silat

Kegiatan Ekstra Kurikuler yang di sediakan ini wajib untuk siswa-siswa kelas X dan XI, kelas XII tidak wajib lagi mengikuti Ekstra Kurikuler, bahkan jika tetap ingin mengikuti. Harus terlebih dahulu meminta izin pada Pamong (dalam hal ini Romo yang ditempatkan di sekolah)

Biaya Sekolah[sunting | sunting sumber]

Masukan iuran bulanan dan biaya iuran-iuran lainnya termasuk biaya ekstra kurikuler

Biaya sekolah bervariasi tergantung kemampuan keuangan orang tua siswa dan hasil wawancara pada saat penerimaan siswa. Sistem subsidi silang berlaku di sini, di mana orang-orang mampu membayar lebih, untuk membantu menutupi kekurangan biaya operasional dari siswa-siswa yang kurang mampu.

De Britto juga menyediakan beasiswa bagi siswa - siswa berprestasi baik dan kurang mampu.

Prestasi[sunting | sunting sumber]

Siswa Kolese DeBritto punya segudang prestasi di bidang olah-raga maupun non-olahraga. Untuk bidang olahraga, secara spesifik DeBritto terkenal dengan prestasi basketnya. Sementara untuk non-olahraga, DeBritto terkenal dengan prestasi debatnya (dengan prestasi yang melampaui taraf daerah), fotografi (yang rutin mengadakan pameran), karawitan (kerap menyabet juara di tingkat regional dan juga nasional), teater, dan cheerleaders (yang anggotanya tentunya laki-laki semua). Setiap tahunnya SMA Kolese DeBritto juga mengadakan tes kemampuan (sertifikasi) bahasa Jerman, dimana peserta terpilih akan mendapatkan beasiswa ujian sertifikasi langsung dari Goethe Institut. Tiap tahunnya SMA Kolese DeBritto mengirim 1- 2 siswa peraih nilai tertinggi tes ke Jerman untuk mengikuti Sommerkurs atau Jugendkurs bersama dengan peserta-peserta pilihan dari negara-negara lain.

Alumni[sunting | sunting sumber]

Keterangan lain[sunting | sunting sumber]

  • Rasio guru dan murid
  • Rasio kepadatan murid dalam satu kelas
  • Apakah ada kejahatan yang pernah terjadi disekolah/ diluar sekolah (contoh: tawuran/ premanisme)
  • Kebijaksanaan sekolah untuk murid yang hamil diluar nikah/ pemakaian obat terlarang/ melakukan pelanggaran
  • Kegiatan malam keakraban (MK) yang diadakan bersama dengan SMA Stella Duce I Yogyakarta atau SMA Stella Duce II Yogyakarta atau SMA Santa Maria Yogyakarta

-->

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c "Sekolah Kita (20401156) SMAS KOLESE DE BRITTO DEPOK". Dapodik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-10. Diakses tanggal 4 Januari 2022. 
  2. ^ "Sertijab Rektor-Ketua Pengurus Yayasan". SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Sleman, D.I.Y. 30 Agustus 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-04. Diakses tanggal 4 Januari 2022. 
  3. ^ Adiartanto, Ag. Prih; Istiyanto, H. Heri (17 Juli 2020). "JADWAL PELAJARAN KELAS XI SEMESTER GASAL (PER 20 JULI 2020) TAHUN PELAJARAN 2020/2021" (PDF). SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Sleman, D.I.Y. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-06-02. Diakses tanggal 2022-01-04. 
  4. ^ a b Adiartanto, Ag. Prih; Istiyanto, H. Heri (17 Juli 2020). "JADWAL PELAJARAN KELAS XII SEMESTER GASAL (PER 20 JULI 2020) TAHUN PELAJARAN 2020/2021" (PDF). SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Sleman, D.I.Y. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-10-11. Diakses tanggal 4 Januari 2022. 
  5. ^ Prastiwi, Mahar (2022-09-16). "Profil SMA Kolese De Britto: SMA Swasta Terbaik di DIY, Siswa Bisa Gondrong Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-22. Diakses tanggal 2023-01-15.