Kisah Para Rasul 20

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kisah Para Rasul 20
Frasa "menggembalakan jemaat Tuhan" dari Kisah Para Rasul 20:28 dalam bahasa Latin (kiri) dan bahasa Yunani (kanan) pada Codex Laudianus (~550 M). Faksimili Scrivener (1874).
KitabKisah Para Rasul
KategoriSejarah gereja
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
5

Kisah Para Rasul 20 (disingkat "Kis 20") adalah bagian Kitab Kisah Para Rasul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ditulis oleh Lukas, seorang Kristen yang merupakan teman seperjalanan Rasul Paulus.[1][2]

Teks[sunting | sunting sumber]

Tempat[sunting | sunting sumber]

Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam pasal ini terjadi di beberapa tempat mengikuti perjalanan Saulus (Paulus) dan Silas di wilayah Yunani, yaitu Atena, Korintus (di Akhaya) sampai kembali ke Yerusalem dan langsung memulai perjalanan lagi di Galatia dan Frigia.

Struktur[sunting | sunting sumber]

Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):

Ayat 9-10[sunting | sunting sumber]

Paulus membangkitkan Eutikhus dari kematian, dari Figures de la Bible, 1728.
Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: "Jangan ribut, sebab ia masih hidup."[3]

Sebagaimana Petrus diberi kuasa untuk membangkitkan Dorkas dari kematian (Kis 9:36–42), Paulus diberi kuasa untuk membangkitkan Eutikhus dari kematian.[4]

Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur. (Kis 20:12)

Ayat 28[sunting | sunting sumber]

[Paulus berkata:] "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri."[5]
  • "Penilik": Tidak ada gereja yang dapat berfungsi tanpa pemimpin-pemimpin yang ditetapkan. Oleh karena itu, seperti dinyatakan dalam Kis 14:23, orang tertentu diangkat untuk jabatan sebagai penilik jemaat atau penatua oleh orang percaya yang dipenuhi dengan Roh, yang mencari kehendak Allah lewat doa dan puasa, menurut syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Roh Kudus dalam 1Tim 3:1-7 dan Tit 1:5-9. Dengan demikian, pada akhirnya Roh Kuduslah yang menetapkan seorang penilik jemaat dalam gereja. Pesan Paulus kepada para penatua di Efesus (Kis 20:18-35) merupakan nas terbaik yang memberikan prinsip-prinsip alkitabiah tentang bagaimana berfungsi sebagai seorang penilik jemaat dalam gereja yang tampak. Tugas mereka agak mirip dengan tugas para nabi-nabi Perjanjian Lama.
    • Memperkenalkan Iman
      • (1) Salah satu tugas utama dari seorang penilik ialah memberi makan kepada domba-domba Allah dengan mengajarkan Firman Allah. Mereka harus selalu ingat bahwa kawanan yang diberikan kepada mereka adalah umat Allah sendiri yang telah dibeli untuk diri-Nya dengan darah Anak-Nya yang mahal (bd. Kis 20:28; 1Kor 6:20; 1Pet 1:19; 2:9; Wahy 5:9).
      • (2) Di Kis 20:19-27, Paulus menerangkan bagaimana dia melayani sebagai gembala jemaat di Efesus; dia telah memberitakan seluruh maksud Allah dengan mengingatkan dan mengajar orang Kristen Efesus dengan setia (Kis 20:27). Oleh karena itu, Paulus dapat mengatakan, "Aku bersih, tidak bersalah terhadap siapapun" (lihat Kis 20:26). Para penilik jemaat dewasa ini juga harus memberitakan seluruh maksud Allah kepada gereja mereka. Mereka harus "memberitakan Firman ... nyatakan apa yang salah, menegur, dan menasihati dengan segala kesabaran dan pengajaran" (2Tim 4:2) serta menolak menjadi pengkhotbah yang berusaha menyenangkan hati orang dan hanya mengatakan apa yang mereka mau dengar (2Tim 4:3).
    • Menjaga Iman
Gembala yang sejati haruslah dengan rajin melindungi dombanya dari musuh-musuh mereka. Paulus mengetahui bahwa di masa depan gereja, Iblis akan membangkitkan guru-guru palsu dari dalam gereja dan menyusupkan ke dalam jemaat penipu-penipu dari luar yang mengajar doktrin yang tidak alkitabiah, pikiran duniawi dan gagasan-gagasan kafir humanistik. Kedua-duanya akan menghancurkan iman umat Allah. Paulus menyebut mereka "serigala-serigala yang ganas", yang berarti mereka adalah kuat, sukar diatur, serakah, dan berbahaya (lihat Kis 20:29; bd. Mat 10:16). Orang-orang semacam itu akan menarik orang dari ajaran Kristus kepada diri mereka sendiri dan injil mereka yang putar balik. Imbauan Paulus yang mendesak (Kis 20:25-31) meletakkan suatu kewajiban atas setiap pemimpin gereja untuk menjaga gereja sambil melawan semua orang yang hendak memutarbalikkan penyataan dasar dari iman PB.
  • 1) Gereja yang sejati hanya terdiri atas mereka yang oleh kasih karunia Kristus dan persekutuan Roh Kudus setia kepada Tuhan Yesus Kristus dan Firman Allah. Oleh karena itu, sebagai aspek utama dari menjaga gereja, para pemimpin gereja harus mendisiplinkan dan menegur dengan kasih (Ef 4:15) serta dengan tegas membuktikan ketidakbenaran (2Tim 4:1-4; Tit 1:9-11) semua orang di dalam gereja yang "menyimpang dari kebenaran" (Kis 20:30) dengan mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Allah dan kesaksian para rasul.
  • 2) Para pemimpin gereja, para gembala jemaat lokal dan para pengurus hendaknya mengingat bahwa Tuhan Yesus telah menjadikan mereka bertanggung jawab atas darah semua orang di bawah pengawasan mereka (Kis 20:26-27; bd. Yeh 3:20-21). Jikalau para pemimpin gagal memberitakan dan melakukan seluruh maksud Allah bagi jemaat (Kis 20:27), khususnya dalam menjaga kawanan itu (Kis 20:28), mereka tidak akan "tidak bersalah terhadap darah orang" (lihat Kis 20:26; bd. Yeh 34:1-10). Sebaliknya, Allah akan menyatakan mereka bersalah atas darah semua yang terhilang karena para pemimpin menolak untuk melindungi kawanan itu dari mereka yang melemahkan dan memutarbalikkan Firman Allah (lihat 2Tim 1:14 dan Wahy 2:2).
  • 3) Menjalankan disiplin berhubungan dengan perkara teologis, doktrin, dan moral oleh dan kepada mereka yang bertanggung jawab atas pengarahan jemaat adalah sangat penting. Kemurnian doktrin dan hidup serta kesetiaan pada ketidaksalahan Alkitab harus dijaga dengan saksama dalam perguruan tinggi, sekolah Alkitab, seminari, lembaga penerbitan dan semua struktur organisasi gereja (2Tim 1:13-14).
  • 4) Persoalan utama di sini adalah sikap seseorang terhadap pengilhaman ilahi Alkitab yang oleh Paulus disebut "firman kasih karunia-Nya" (Kis 20:32). Guru-guru, gembala-gembala dan pemimpin-pemimpin palsu akan berusaha untuk melemahkan kekuasaan Alkitab dengan pengajaran yang subversif dan prinsip-prinsip yang tidak alkitabiah. Dengan menolak kekuasaan penuh Alkitab, mereka menyangkal bahwa Alkitab adalah benar dan dapat dipercaya dalam semua yang diajarkannya (Kis 20:28-31; 1Tim 4:1; 2Tim 3:8; lihat Gal 1:6). Orang-orang ini, demi kemurnian gereja, harus didisiplinkan dan dikeluarkan dari persekutuan jemaat (2Yoh 1:9-11;Gal 1:9).
  • 5) Gereja yang tidak turut merasakan perhatian yang berkobar-kobar dari Roh Kudus untuk kemurnian gereja (Kis 20:18-35), yang menolak untuk mempertahankan pendirian yang teguh tentang kebenaran, yang menahan diri dari mendisiplinkan mereka yang melemahkan kekuasaan Firman Allah tidak akan lama menjadi gereja menurut norma Perjanjian Baru (lihat Kis 12:5). Gereja itu akan jatuh dalam kemurtadan dari penyataan semula Kristus dan para rasul, terjerumus makin jauh dari maksud, kuasa, dan kehidupan Perjanjian Baru.[6]

Ayat 35[sunting | sunting sumber]

[Paulus berkata:] "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima."[7]

Perkataan Yesus ini tidak tercatat dalam kitab-kitab Injil, tetapi Paulus menyampaikannya sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul.[4] Dalam khotbahnya tentang Kisah Para Rasul, Yohanes Krisostomus mengatakan, "Dan di mana [Tuhan Yesus] mengatakan ini? Mungkin para Rasul menyampaikannya melalui tradisi yang tidak tertulis; atau, bilamana bukan, ini jelas dari (ungkapan-ungkapan yang tercatat, dari) sesuatu yang menyebabkan orang dapat berpendapat demikian.[8]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
  3. ^ Kis 20:9–10
  4. ^ a b The Nelson Study Bible. Thomas Nelson, Inc. 1997
  5. ^ Kis 20:28
  6. ^ The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  7. ^ Kis 20:35
  8. ^ (Inggris) "Saint Chrysostom: Homilies on the Acts of the Apostles and the Epistle to the Romans – Homily XLV", Homilies on the Acts of the Apostles and the Epistle to the Romans, Christian Classics Ethereal Library 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]