Lompat ke isi

Ketosis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ketosis
Informasi umum
SpesialisasiMetabolisme
PenyebabDiet rendah karbohidrat, puasa, olahraga intens
Faktor risikoGangguan metabolik, kondisi ginjal
Aspek klinis
Gejala dan tandaSakit kepala, kelelahan, bau napas, mual
KomplikasiGangguan elektrolit (jarang)
Awal munculDalam beberapa hari setelah asupan karbohidrat dikurangi
Tata laksana
PencegahanAsupan cairan dan elektrolit yang cukup
PerawatanPenyesuaian pola makan, pemantauan medis jika diperlukan
PrognosisBaik jika terkontrol

Ketosis adalah suatu kondisi metabolik di mana tubuh menggunakan badan keton sebagai sumber energi utama, menggantikan glukosa. Hal ini terjadi ketika asupan karbohidrat sangat rendah, sehingga hati memecah lemak menjadi keton yang dapat digunakan oleh otak dan otot sebagai bahan bakar alternatif.[1]

Ketosis terjadi ketika kadar insulin menurun dan tubuh meningkatkan pemecahan lemak. Hasil dari proses ini adalah produksi tiga jenis utama badan keton: asetoasetat, β-hidroksibutirat, dan aseton.[2]

Perbedaan dengan ketoasidosis

[sunting | sunting sumber]

Ketosis berbeda dengan ketoasidosis diabetik, kondisi medis serius yang biasanya terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Pada ketosis, kadar keton meningkat secara terkontrol, sedangkan pada ketoasidosis, keton meningkat secara ekstrem dan membuat darah menjadi terlalu asam.[3]

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketosis dapat memberikan manfaat kesehatan, termasuk:

  • Penurunan berat badan[4]
  • Pengendalian kadar gula darah dan resistensi insulin[5]
  • Potensi peningkatan fungsi kognitif[6]
  • Terapi tambahan untuk epilepsi refrakter pada anak-anak[7]

Efek samping

[sunting | sunting sumber]

Efek samping awal dari ketosis sering kali disebut sebagai keto flu, yang meliputi:

  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Bau napas khas (aseton)
  • Gangguan pencernaan

Ketosis jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko gangguan lipid darah dan batu ginjal pada beberapa individu.[8]

Penggunaan klinis

[sunting | sunting sumber]

Ketosis telah digunakan secara klinis sejak tahun 1920-an untuk mengobati epilepsi pada anak-anak yang tidak merespon pengobatan farmakologis. Studi modern juga mengeksplorasi potensi ketosis dalam menangani penyakit neurodegeneratif, kanker, dan sindrom metabolik.[9]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Paoli A. Ketogenic diet for obesity: friend or foe? Int J Environ Res Public Health. 2014;11(2):2092–2107.
  2. ^ Cahill GF Jr. Fuel metabolism in starvation. Annu Rev Nutr. 2006;26:1–22.
  3. ^ Kitabchi AE, et al. Diabetic ketoacidosis and hyperosmolar hyperglycemic state. Diabetes Care. 2009;32(7):1335–1343.
  4. ^ Bueno NB, et al. Very-low-carbohydrate ketogenic diet vs. low-fat diet for long-term weight loss: a meta-analysis. Br J Nutr. 2013;110(7):1178–1187.
  5. ^ Westman EC, et al. Low-carbohydrate nutrition and metabolism. Am J Clin Nutr. 2007;86(2):276–284.
  6. ^ Husain AM, et al. The ketogenic diet: neuroprotective mechanisms and clinical update. Epilepsy Res. 2010;100(3):278–286.
  7. ^ Freeman JM, et al. The efficacy of the ketogenic diet—1998: a prospective evaluation of intervention in 150 children. Pediatrics. 1998;102(6):1358–1363.
  8. ^ Kossoff EH, et al. Optimal clinical management of children receiving the ketogenic diet: recommendations of the International Ketogenic Diet Study Group. Epilepsia. 2009;50(2):304–317.
  9. ^ Newman JC, Verdin E. β-Hydroxybutyrate: much more than a metabolite. Cell Metab. 2014;19(2):210–219.


Templat:DMCFACT