Kesadaran konteks

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kesadaran konteks dalam teknologi informasi komunikasi mengacu pada kemampuan memperhitungkan entitas-entitas,[1] yang terdiri dari pengguna dan perangkat tetapi tidak terbatas pada hal-hal tersebut. Lokasi menjadi elemen paling jelas pada situasi ini. Jika didefinisikan secara sempit pada perangkat bergerak, kesadaran konteks dengan demikian merupakan generalisasi kesadaran lokasi. Lokasi mungkin menentukan proses-proses yang terjadi di sekitar perangkat yang beroperasi; sedangkan konteks dapat diterapkan secara fleksibel terkait penggunanya yang bergerak, khususnya pengguna ponsel cerdas.

Kesadaran konteks pada mulanya berasal dari istilah komputasi ubikuitas (keadaan muncul di mana-mana; komputasi di mana saja, kapan saja) atau disebut juga komputasi pervasif (jembatan antara dunia maya dengan realitas nyata) yang menghubungkan perubahan kondisi lingkungan dengan sistem komputer yang statis. Istilah ini juga diterapkan dalam teori bisnis dalam kaitannya dengan desain penerapan kontekstual dan masalah manajemen proses bisnis.[2]

Kualitas konteks[sunting | sunting sumber]

Berbagai kategorisasi konteks telah diusulkan. Dey dan Abowd (1999)[3] membedakan tipe-tipe konteks yang terdiri atas: lokasi, identitas, aktivitas dan waktu. Kemudian Kaltz dkk. (2005)[4] mengidentifikasi konteks berdasarkan kategori: pengguna dan peran, proses dan tugas, lokasi, waktu, dan perangkat untuk mencakup berbagai skenario seluler dan jaringan. Mereka menekankan untuk modalitas klasik ini bahwa setiap kategorisasi optimal sangat bergantung pada domain penerapan dan kasus penggunaan. Dalam modalitas yang lebih maju, entitas yang terlibat tidak hanya satu tetapi bisa merupakan kelompok entitas yang bekerja secara koheren misalnya tim di tempat kerja atau pengguna tunggal yang menangani banyak peralatan.

Sejumlah pemahaman tentang konteks dalam proses bisnis berasal dari penerapan definisi AAA[5] dalam jaringan komputer yang berkaitan dengan proses:

  • Otentikasi (Authentication), yang berarti konfirmasi identitas;
  • Otorisasi (Authorization), yang berarti izin mengakses lokasi, fungsi, dan data;
  • Akuntansi (Accounting), yang berhubungan dengan konteks permintaan dan perhitungan tenaga kerja yang terlibat, lisensi yang diberikan, dan barang yang dikirim;

sudah tercakup di dalamnya aspek lokasi dan waktu seperti yang disebutkan sebelumnya.

Ilmu komputer[sunting | sunting sumber]

Dalam konteks ilmu komputer, kesadaran mengacu pada gagasan tentang komputer yang dapat merasakan dan bereaksi terhadap kondisi lingkungan. Perangkat mungkin memiliki informasi tentang kapan dan di mana mereka dapat beroperasi berdasarkan kondisi tertentu atau bereaksi secara tepat terhadap stimulus tertentu. Istilah kesadaran konteks dalam komputasi ubikuitas diperkenalkan oleh Schilit (1994).[6][7] Perangkat sadar-konteks juga dapat berasumsi tentang situasi pengguna saat ini. Dey (2001) mendefinisikan konteks sebagai "informasi apa pun yang dapat digunakan untuk menggambarkan situasi suatu entitas."[1]

Sementara komunitas di bidang ilmu komputer pada awalnya menganggap konteks sebagai masalah lokasi pengguna saja,[1] dalam beberapa tahun terakhir gagasan ini dianggap tidak lagi cocok. Konteks saat ini telah menjadi bagian proses di mana pengguna terlibat; sehingga model konteks umum dan khusus kemudian diusulkan (lihat survei),[8] untuk mendukung penerapan kontekstual dalam:

  • mengadaptasi antarmuka,
  • menyesuaikan kebutuhan data yang relevan dengan penerapan,
  • meningkatkan ketepatan pencarian informasi,
  • menemukan layanan,
  • membuat interaksi pengguna menjadi implisit, atau
  • membangun lingkungan cerdas.

Sebagai contoh yaitu ponsel kontekstual bisa mengetahui bahwa saat ini sedang berada di ruang rapat, dan bahwa pengguna telah duduk. Ponsel lalu menyimpulkan bahwa pengguna sedang rapat dan menolak panggilan yang tidak penting.[9]

Sistem sadar-konteks berkaitan dengan perolehan konteks (misalnya menggunakan sensor untuk memahami situasi), abstraksi dan pemahaman konteks (misalnya mencocokkan stimulus sensorik yang diterima), dan tanggapan berdasarkan konteks yang dikenali (misalnya memicu aksi berbasis konteks)[10]. Karena aktivitas dan lokasi pengguna sangat penting dalam banyak penerapan, kesadaran konteks difokuskan lebih dalam di bidang penelitian kesadaran lokasi dan pengenalan aktivitas.

Kesadaran konteks dianggap sebagai teknologi yang memungkinkan berkembangnya sistem komputasi ubikuitas. Selain itu kesadaran konteks digunakan untuk merancang antarmuka yang inovatif dan sering digunakan sebagai bagian dari komputasi ubikuitas yang mudah digunakan. Hal ini juga dimulai di internet dengan munculnya mesin pencari hibrid. Schmidt, Beigl & Gellersen[11] mendefinisikan faktor manusia dan lingkungan fisik sebagai dua aspek penting dalam ilmu komputer.

Telah banyak usaha dilakukan untuk mempermudah distribusi informasi konteks; Bellavista, Corradi, Survei Fanelli & Foschini [12] melakukan survei pada beberapa solusi perangkat tengah (midware) yang dirancang secara transparan untuk mengimplementasikan manajemen konteks dan penyediaannya dalam sistem seluler. Grifoni, D'Ulizia & Ferri[13] mengulas beberapa sistem layanan sadar-konteks berbasis lokasi yang menggunakan big data. Mereka menganalisis pilihan metodologis dan praktis yang dibuat pengembang selama fase utama proses (yaitu akuisisi, representasi, dan penalaran dan adaptasi konteks).

Perera, Zaslavsky, Christen, & Gergakopoulos[14] mengadakan survei secara komprehensif terkait komputasi sadar-konteks dari perspektif IoT (Internet untuk Segala ) dengan meninjau lebih dari 50 proyek terkemuka. Selanjutnya, Perera juga menyurvei sejumlah besar produk industri di bursa IoT ditinjau dari sudut pandang komputasi sadar-konteks.[15] Survei itu dimaksudkan sebagai pedoman dan kerangka kerja untuk mengembangkan produk sadar-konteks dan penelitian IoT. Evaluasi dengan menggunakan kerangka teori Dey dan Abowd (1999)[3] telah selesai lebih dari satu dekade lalu. Kombinasi internet dan perkembangan teknologi mengubah objek sehari-hari menjadi objek pintar yang mampu memahami dan bereaksi terhadap konteksnya.[16]

Konteks terkait faktor manusia disusun menjadi tiga kategori:

  • informasi tentang pengguna (mengenali kebiasaan, keadaan emosional, kondisi biofisiologis),
  • lingkungan sosial pengguna (lokasi bersama orang lain, interaksi sosial, dinamika kelompok),
  • dan tugas pengguna (aktivitas spontan, tugas terkait, dan tujuan umum).

Demikian pula, konteks yang terkait dengan lingkungan fisik disusun menjadi tiga kategori:

  • lokasi (posisi absolut, posisi relatif, lokasi bersama),
  • infrastruktur (sumber daya di sekitar untuk komputasi, komunikasi, kinerja tugas),
  • dan kondisi fisik (kebisingan, cahaya, tekanan, kualitas udara).[17][18]

Konteks relasional: definisi dinamis dan berpusat non-pengguna[sunting | sunting sumber]

Saat definisi awal konteks cenderung berpusat pada pengguna, atau perangkat yang terhubung dengan pengguna; definisi yang sering dikutip dari Dey bahwa "informasi apa pun yang digunakan untuk menggambarkan situasi suatu entitas" dapat diambil tanpa pembatasan itu. Konteks yang berpusat pada pengguna, seperti yang mungkin digunakan dalam desain antarmuka manusia-komputer, juga berimplikasi pada pemisahan yang jelas dan kadang sewenang-wenang antara: "konten" (yaitu segala sesuatu yang secara eksplisit diketik oleh pengguna atau dikeluarkan untuk mereka), dengan "konteks" (yang bersifat implisit dan digunakan untuk tujuan adaptasi).

Pandangan yang lebih dinamis dan tak-terpusat, yang dianjurkan oleh Dourish[19] memandang konteks sebagai relasi utama. Pada awalnya hal ini mirip dengan perpindahan dari komputasi desktop ke komputasi ubikuitas, tetapi belakangan cocok juga dengan pemahaman yang lebih luas tentang kecerdasan lingkungan di mana perbedaan antara konteks dan konten menjadi relatif dan dinamis.[20] Dalam pandangan ini, sumber informasi mana pun (seperti sensor IoT) dapat menjadi konteks untuk beberapa penggunaan dan aplikasi, atau dapat juga menjadi sumber utama konten bagi yang lain; dan sebaliknya. Yang penting adalah terdapat rangkaian yang menghubungkan mereka, bersama-sama dan dengan lingkungan mereka.

Deskripsi awal konteks yang berpusat pada pengguna tunggal bisa cocok dengan model entitas-atribut-nilai yang klasik. Model informasi berbasis grafik yang fleksibel, seperti yang diusulkan dengan NGSI-LD, lebih tepat diadaptasi untuk menangkap pandangan konteks sebagai sesuatu yang bersifat relasional yang relevan untuk: Internet untuk Segala, sistem fisik-siber dan kembar digital. Dalam penerimaan yang lebih luas ini, konteks tidak hanya direpresentasikan sebagai seperangkat atribut yang melekat pada suatu entitas, tetapi juga ditangkap oleh grafik yang mengaitkannya dengan entitas lain. Kesadaran konteks adalah kemampuan untuk menjelaskan informasi lintas sektoral dari sumber-sumber yang berbeda.

Penerapan dalam situasi dan kondisi tertentu[sunting | sunting sumber]

Kesadaran konteks telah diterapkan pada area kerja koperatif yang didukung komputer (CSCW) untuk membantu individu bekerja dan berkolaborasi secara lebih efisien satu sama lain. Sejak awal 1990-an, para peneliti telah mengembangkan sejumlah besar perangkat lunak dan sistem perangkat keras yang dapat mengumpulkan informasi kontekstual (misalnya, lokasi, umpan video, pesan status) dari pengguna. Informasi ini kemudian dibagikan secara terbuka dengan pengguna lain sehingga dapat meningkatkan kesadaran situasional mereka dan memungkinkan identifikasi peluang berinteraksi satu sama lain. Pada awal komputasi sadar-konteks, banyak sistem dikembangkan untuk tujuan ini yang secara khusus dirancang agar dapat membantu bisnis atau tim yang bekerja terpisah secara geografis, berkolaborasi pada dokumen bersama atau artefak kerja. Saat ini penerapannya telah berkembang hingga pada kelompok teman atau anggota keluarga untuk membantu mereka mengetahui aktivitas satu sama lain.

Sampai saat ini, sistem yang menggunakan kesadaran konteks untuk meningkatkan kesadaran situasional dapat dicirikan oleh:

  • konteks yang mereka kumpulkan dari setiap pengguna, dan
  • cara mereka menyampaikan informasi ini kepada pengguna lain.

Konteks yang paling umum diperoleh dan dibagikan untuk tujuan meningkatkan kesadaran situasional adalah lokasi pengguna. Dalam prototipe awal, sistem Lencana Aktif,[21] misalnya, setiap pengguna memiliki lencana pengenal unik yang dapat dilacak melalui serangkaian sensor inframerah. Saat pengguna berjalan dalam gedung, lokasi mereka terus dipantau oleh server terpusat. Pengguna lain kemudian dapat melihat informasi ini (baik dalam bentuk teks, atau di peta, seperti yang dilakukan di pekerjaan selanjutnya[22]) untuk menentukan apakah pengguna berada di kantornya, sehingga memungkinkan mereka menentukan waktu yang tepat untuk berkomunikasi tanpa direncanakan. Lokasi juga dibagikan di PeopleTones,[23] Serendipity,[24] dan Sistem Pendukung Interaksi Grup[25] untuk membantu pengguna menentukan kapan masing-masing posisi mereka dekat dengan teman, pengguna dengan minat pribadi bersama, dan rekan satu tim. Dibandingkan dengan Lencana Aktif yang hanya menampilkan informasi lokasi, sistem ini lebih proaktif dan akan memperingatkan pengguna saat mereka berdekatan satu sama lain. Ini memungkinkan pengguna mengetahui kapan peluang interaksi potensial tersedia, sehingga dapat meningkatkan peluang untuk memanfaatkannya.

Konteks populer lain yang dibagikan adalah aktivitas kerja pengguna, seringkali dengan berbagi video. Dalam sistem Community Bar,[26] peneliti mengembangkan aplikasi desktop yang secara berkala mengambil tangkapan layar dari tampilan pengguna. Informasi ini kemudian dibagikan dengan rekan kerja pengguna sehingga mereka dapat mengetahui dokumen/artefak apa yang sedang dikerjakan oleh rekan satu timnya, dan memberikan kerangka acuan umum sehingga pengguna dapat berbicara tentang artefak ini seolah-olah berada di tempat yang sama. Di Montage,[27] pengguna diberikan kemampuan untuk mengaktifkan sekilas webcam komputer pengguna lain dari jarak jauh. Kemampuan untuk "memandang" pengguna lain ini memungkinkan pengguna melihat apakah mereka sibuk atau tidak, yang pada gilirannya membantu mereka menentukan waktu yang tepat untuk memulai percakapan.

Jenis konteks ketiga yang dimanfaatkan guna meningkatkan kesadaran situasional adalah audio pengguna. Dalam sistem Thunderwire,[28] peneliti mengembangkan ruang media audio saja yang memungkinkan teman untuk berbagi informasi audio mentah dari mikrofon perangkat seluler mereka. Sistem ini, pada dasarnya seperti panggilan konferensi berkesinambungan, memungkinkan pengguna mendengarkan audio pengguna lain untuk menentukan apakah dan kapan mereka dapat berpartisipasi dalam percakapan. Sistem WatchMe[29] dan ListenIn[30] juga bergantung pada audio untuk menentukan apakah dan kapan pengguna dapat melakukan interupsi. Namun, tidak seperti Thunderwire, sistem ini mengandalkan algoritme pembelajaran mesin untuk menganalisis audio pengguna dan mengetahui jika ia sedang berbicara. Hal ini memungkinkan sistem untuk memberikan konteks yang sama kepada pengguna lain (yaitu, apakah pengguna sedang dalam percakapan atau tidak) tanpa harus membagi yang sebenarnya untuk menjaga privasi.

Jenis konteks keempat yang umum dibagikan adalah aktivitas pengguna secara keseluruhan. Dalam sistem Hubbub[31] dan Conchat[32], peneliti mengembangkan serangkaian aplikasi pengirim pesan instan yang memantau aktif tidaknya pengguna sekaligus kondisi lingkungannya. Informasi ini dapat diberikan kepada pengguna lain untuk memberi tahu jika dan kapan teman mereka siap menanggapi pesan. Dalam sistem Potret Keluarga Digital,[33] peneliti mengembangkan bingkai foto digital yang menyediakan visualisasi kualitatif dari aktivitas sehari-hari pengguna (yaitu, orang tua/kakek-nenek). Visualisasi ini kemudian dibagikan kepada (pengguna) anak-anaknya agar dapat "memeriksa" orang tua mereka tanpa harus mengganggu dan menunggui mereka di tempat.

Meskipun sistem ini menunjukkan bagaimana kesadaran konteks dapat digunakan untuk mendukung kesadaran situasional dan sosial, efektivitas jangka panjang dari sistem ini belum sepenuhnya dipahami. Banyak dari sistem yang dijelaskan di atas hanya dievaluasi pada tingkat konseptual, atau untuk menunjukkan bahwa sistem tersebut layak secara teknis. Sebagai akibatnya, hasil sementara studi ini menunjukkan bahwa kesadaran konteks memang mendukung kesadaran situasional tetapi hal itu berarti lebih banyak data longitudinal (data pada masa tertentu yang relatif lama) diperlukan.

Penerapan dalam layanan kesehatan[sunting | sunting sumber]

Program komputer seluler [34] adalah host yang cocok untuk mengimplementasikan penerapan sadar-konteks. Di rumah sakit, komunikasi suara dan data terintegrasi pada ponsel pintar para staf bermanfaat untuk komunikasi, tetapi penggunaan yang lebih disukai yaitu untuk menentukan tugas apa yang harus dilaksanakan berikutnya dan untuk mencatat laporan.

Namun, pendekatan semacam itu mengalami kegagalan ketika berhadapan dengan kebutuhan identifikasi pasien, daftar perintah dan jadwal kerja. Sebagai solusinya, interaksi manual kemudian disingkirkan dan diganti layar kecil yang menyajikan:

  • identifikasi pasien aktual secara otomatis beserta lingkungan lokalnya,
  • perekaman secara otomatis kondisi pasien yang datang dan pergi,
  • presentasi tugas atau layanan secara otomatis pada lokasi saat ini, juga dilengkapi dengan
  • dukungan dokumentasi untuk memperoleh data electronic health record atau EHR.

Penerapan dalam industri[sunting | sunting sumber]

Agen seluler sadar-konteks juga cocok untuk implementasi paradigma baru industri 4.0. Komunikasi data (dan suara) modern yang terintegrasi pada ponsel staf di bengkel atau lini produksi digunakan untuk menghubungkan data dan kontrol produksi untuk memperoleh umpan balik. Data komponen dan suku cadang yang diperoleh selanjutnya diintegrasikan dengan manajemen produksi yang fleksibel sesuai permintaan produk.

Namun, semua upaya untuk mendukung staf dengan pendekatan seperti itu terhambat oleh jadwal produksi yang tetap meskipun informasi permintaan pelanggan dan konfigurasi produk dapat dicocokkan dengan pasokan suku cadang. Oleh karena itu hilangnya rantai informasi dan material yang relevan antara rencana produksi dan lini produksi harus diatasi dengan cara:

  • identifikasi secara otomatis stok komponen yang tersedia beserta cadangan penyangganya,
  • penyajian secara otomatis persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk memenuhi konfigurasi tertentu,
  • pendeteksian dan pelaporan secara otomatis dari konfigurasi aktual yang terpasang.

Kuncinya yaitu penerapan solusi yang bebas interaksi manual pada pekerja yang menangani informasi. Jika tidak, tingkat kesalahan akan meningkat seiring meningkatnya kebutuhan informasi.

Sebagai tambahan, teknologi pelacakan elektronik seperti RFID, WLAN, atau RTLS konvensional tidak ada yang memberikan hasil memuaskan. Hal itu terjadi karena penentuan lokasi dengan metode konvensional gagal secara teknis maupun ekonomis dalam menemukan kordinat absolut. Pendekatan lain berdasarkan konsep fuzzy locating menjanjikan imbal hasil investasi yang lebih baik.

Penerapan dalam game pervasif[sunting | sunting sumber]

Game pervasif (game yang memperluas dunia fiksinya dengan dunia nyata) memanfaatkan konteks yang dirasakan pemain untuk menyesuaikan perilaku pada sistem di dalam game. Dengan memadukan elemen nyata dan maya yang memungkinkan interaksi fisik dengan lingkungan, pemain dapat sepenuhnya terlibat dan mendapatkan pengalaman bermain yang lebih baik. Misalnya, game pervasif yang menggunakan konteks aktivitas manusia di lokasi rumah pintar sebagai informasi yang dikirim ke salah satu agen otonom.[35]

Penerapan dalam perangkat multimedia bergerak[sunting | sunting sumber]

Museum dan situs arkeologi terkadang menyediakan perangkat seluler multimedia sebagai alternatif panduan audio konvensional (misalnya Tate Modern di London).[36] Perangkat sadar konteks akan menggunakan lokasi, interaksi pengguna saat ini, dan grafik objek yang terhubung untuk menyesuaikan secara dinamis informasi yang disajikan kepada pengguna.[37] Dalam beberapa kasus, kemampuan ini digabungkan lagi dengan navigasi waktu nyata di sekitar situs untuk memandu pengguna ke artefak atau pameran yang menarik, berdasarkan interaksi pengguna sebelumnya.[38]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Dey, Anind K. (2001). "Understanding and Using Context". Personal and Ubiquitous Computing. 5 (1): 4–7. CiteSeerX 10.1.1.31.9786alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1007/s007790170019. 
  2. ^ Rosemann, J; Recker (2006). Context-aware process design: Exploring the extrinsic drivers for process flexibility. In T. Latour; M. Petit (eds.). 18th International Conference on Advanced Information Systems Engineering. Proceedings of Workshops and Doctoral Consortium (PDF). Luxembourg: Namur University Press. hlm. 149–158. 
  3. ^ a b Towards a Better Understanding of Context and Context-Awareness[pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Kaltz, J. W.; Ziegler, J (2005). "Context-aware Web Engineering: Modelling and Applications" (PDF). Revue d'Intelligence Artificielle. 19 (3): 439–458. doi:10.3166/ria.19.439-458. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-06-21. Diakses tanggal 2021-12-17. 
  5. ^ CISCO AAA Overview
  6. ^ Schilit, Bill; Adams, N.; Want, R. (1994). "Context-aware computing applications". IEEE Workshop on Mobile Computing Systems and Applications (WMCSA'94), Santa Cruz, CA, US: 89–101. 
  7. ^ Schilit, B.N.; Theimer, M.M. (1994). "Disseminating Active Map Information to Mobile Hosts". IEEE Network. 8 (5): 22–32. CiteSeerX 10.1.1.49.1499alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1109/65.313011. 
  8. ^ Cristiana Bolchini; Carlo A. Curino; Elisa Quintarelli; Fabio A. Schreiber; Letizia Tanca (2007). "A data-oriented survey of context models" (PDF). SIGMOD Rec. 36 (4): 19–26. CiteSeerX 10.1.1.423.1960alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1145/1361348.1361353. ISSN 0163-5808. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2009-04-24. 
  9. ^ Schmidt, Albrecht; Aidoo, K. A.; Takaluoma, A.; Tuomela, U.; Van Laerhoven, K; Van de Velde, W. (1999). "Advanced Interaction in Context" (PDF). 1st International Symposium on Handheld and Ubiquitous Computing (HUC99), Springer LNCS. 1707: 89–101. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-01-18. Diakses tanggal 2021-12-16. 
  10. ^ Diarsipkan 2009-04-23 di Wayback Machine.PhD dissertation, Lancaster University. Archived from the original. on 2009-04-23
  11. ^ Schmidt, Albrecht; Beigl, Michael; Gellersen, Hans W. (1999/ Desember). "There is more to Context than Location (PDF)" (PDF). Computers & Graphics. 23 (6): 893–902. doi:10.1016/s0097-8493(99)00120-x. Archived from the original on 2007-03-16. Diakses tanggal 2021-12-17. 
  12. ^ Bellavista, Paolo (2012/ Agustus). "A Survey of Context Data Distribution for Mobile Ubiquitous Systems". ACM Computing Surveys. 44 (4): 1–45. doi:10.1145/2333112.2333119. 
  13. ^ Grifoni, Patrizia; D’Ulizia, Arianna; Ferri, Fernando (2018). Context-Awareness in Location Based Services in the Big Data Era. Lecture Notes on Data Engineering and Communications Technologies. Springer, Champ. hlm. 85–127. doi:10.1007/978-3-319-67925-9_5. ISBN 9783319679242. 
  14. ^ Perera, A; Zaslavsky, A.; Christen, P; Georgakopoulos, D. (2014). "Context Aware Computing for The Internet of Things: A Survey". IEEE Communications Surveys and Tutorials. 16 (1): 414–454. arXiv:1305.0982alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1109/SURV.2013.042313.00197. ISSN 1553-877X. 
  15. ^ Perera, C; Liu, C. H.; Jayawardena, S; Chen, M. (2014). "A Survey on Internet of Things From Industrial Market Perspective". IEEE Access. 2: 1660–1679. arXiv:1502.00164alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1109/ACCESS.2015.2389854. ISSN 2169-3536. 
  16. ^ Kortuem, Gerd; Kawsar, Fahim; Sundramoorthy, Vasughi; Fitton, Daniel (2010/ Januari). "Smart Objects As Building Blocks for the Internet of Things" (PDF). IEEE Internet Computing. 14 (1): 44–51. doi:10.1109/MIC.2009.143. ISSN 1089-7801. 
  17. ^ A Comprehensive Framework for Context-Aware Communication Systems. B. Chihani, E. Bertin, N. Crespi. 15th International Conference on Intelligence in Next Generation Networks (ICIN'11), Berlin, Germany, October 2011
  18. ^ Nicolas, C; Marot, M; Becker, M. (2011). "A Self-Organization Mechanism for a Cold Chain Monitoring System". 73rd Vehicular Technology Conference 2011 IEEE (VTC Spring), Yokohama, Japan May 2011. 
  19. ^ Dourish, Paul (2004). What we talk about when we talk about context. hlm. 19–30. 
  20. ^ Streitz, Norbert A. (2009). Ambient Intelligence. Universal Access Handbook. CRC Press Taylor and Francis Group. hlm. 60.1–60.17. 
  21. ^ Want, R. (1992). "The Active Badge Location System". ACM Transactions on Information Systems. 10 (1): 91–102. doi:10.1145/128756.128759. 
  22. ^ McCarthy, J. F.; Meidel, E. S. (1999). "ACTIVE MAP: A visualization tool for location awareness to support informal interactions". Handheld and Ubiquitous Computing. Lecture Notes in Computer Science. 1707: 158–170. doi:10.1007/3-540-48157-5_16. ISBN 978-3-540-66550-2. 
  23. ^ Li, K. A.; Sohn, T. Y.; Huang, S; Griswold, W. G. (2008). "Peopletones: a system for the detection and notification of buddy proximity on mobile phones" (PDF). MobiSys '08: 160–173. 
  24. ^ Eagle, N.; Pentland, A. (2005). "Social Serendipity: Mobilizing Social Software". IEEE Pervasive Computing. 4 (2): 28–34. doi:10.1109/MPRV.2005.37. ((Perlu berlangganan (help)). 
  25. ^ Ferscha, A; Ferscha, A.; Holzmann, C.; Oppl, S (2004). "Context awareness for group interaction support" (PDF). Mobiwac '04: 88–97. [pranala nonaktif permanen]
  26. ^ Tee, K; Greenberg, S.; Gutwin, C. (2006). "Providing Artifact Awareness to a Distributed Group Through Screen Sharing" (PDF). CSCW '06: 99–108. 
  27. ^ Tang, J.; Rua, M. (1994). "Montage: Providing Teleproximity for Distributed Groups". CHI '94: 37–43. 
  28. ^ Ackerman, M.; Hindus, D.; Mainwaring, S.; Starr, B. (1997). "Hanging on the Wire: A Field Study of an Audio-Only Media Space". ACM Transactions on Computer-Human Interaction. 4 (1): 39–66. doi:10.1145/244754.244756. 
  29. ^ Marmasse, N.; Schmandt, C. & Spectre D. (2004). "WatchMe: communication and awareness between members of a closely-knit group" (PDF). Ubicomp '04: 214–231. 
  30. ^ Rosas, G. M. V. (2003). "ListenIN: Ambient Auditory Awareness at Remote Places" (PDF). Doctoral dissertation, MIT Media Lab. 
  31. ^ Isaacs, E.; Walendowski, A. & Ranganthan, D. (2002). "Hubbub: A Sound-Enhanced Mobile Instant Messenger that Supports Awareness and Opportunistic Interactions". CHI '02: 333–340. 
  32. ^ Ranganathan, A.; Campbell, R. H.; Ravi, A. & Mahajan, A. (2002). "Conchat: A context-aware chat program". Pervasive Computing. 1 (3): 51–57. doi:10.1109/MPRV.2002.1037722. 
  33. ^ Mynatt, E. D.; Rowan, J.; Craighill, S. & Jacobs, A. (2001). "Digital family portraits: supporting peace of mind for extended family members" (PDF). CHI '01: 333–340. [pranala nonaktif permanen]
  34. ^ Burstein et.al. Context Aware Mobile Agents in Healthcare Diarsipkan: 2011-04-10
  35. ^ Guo, Bin; Ryota, Fujimura; Zhang, Daqing & Michita Imai (2012). "Design-in-play: improving the variability of indoor pervasive games". Multimedia Tools and Applications. 59: 259–277. 
  36. ^ Multimedia guides at Tate Modern
  37. ^ PAST Project - Context Aware Visitor Guiding
  38. ^ AGAMEMNON - Real-time Visitor Guiding

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]