Kerajaan Tambralingga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kerajaan Tambralingga atau Kerajaan Negara Sri Dharmaraja merupakan sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berkuasa di Semenanjung Malaya. Sejarah Kerajaan Tambralingga tercatat dalam Prasasti Tanjore. Kerajaan Tambralingga merupakan salah satu pusat perdagangan kapur barus yang pernah menjadi negara bawahan dari Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Dharmasraya Wilayah pusat pemerintahannya terletak Thailand Selatan. Keagamaan di Kerajaan Tambralingga terpengaruh ajaran agama Hindu dan agama Buddha dari India.

Catatan sejarah[sunting | sunting sumber]

Sumber tertulis Tiongkok Kuno mencatat bahwa Tambralingga adalah salah satu lokasi penyedia kapur barus. Dalam pengucapan bahasa Mandarin, Tambralingga disebut Dan-ma-ling. Nama Tambralingga disebutkan bersama dengan Langkasuka sebagai lokasi penyedia kapur barus. Langkasuka sendiri disebut sebagai Lang-ya-xu. Kedua nama daerah ini juga disebutkan dalam Prasasti Tanjore sebagai target serangan Kerajaan Chola oleh Rajendra Chola I.[1]

Tambralingga menjadi salah satu pusat perdagangan di Semenanjung Malaya yang pernah berada dalam kendali Suvarnadvipa pada abad ke-13 M.[2] Kekuasaan Kerajaan Suvarnadvipa di Tambralingga berlangsung selama masa ekspansi militer di berbagai pusat perdagangan yang ada di Semenanjung Malaya.[3]

Kekuasaan[sunting | sunting sumber]

Penguasa[sunting | sunting sumber]

Di akhir abad ke-8 M, Kerajaan Tambralingga menjadi salah satu kerajaan yang berada dalam pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Wilayah kekuasaannya berada di bagian utara Langkasuka, Semenanjung Malaya.[4] Lalu berdasarkan catatan Tiongkok Kuno yang ditulis oleh Chou Ku-fei, Kerajaan Tambralingga pernah menjadi salah satu dari 15 negara bawahan Kerajaan Suwarnabhumi. Kerajaan Suwarnabhumi didirikan oleh Balaputradewa setelah kekalahannya melawan Rakai Pikatan di Pulau Jawa. Berdasarkan catatan Tiongkok Kuno, Kerajaan Suwarnabhumi merupakan kerajaan yang menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai negara bawahan pada tahun 853 M.[5]

Wilayah kekuasaan[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Tambralingga pernah menguasai wilayah Chaiya. Wilayah ini dahulu disebut juga sebagai Grahi. Wilayah ini menjadi bagian dari kekuaaan Kerajaan Tambralingga selama menjadi negara bawahan dari Kerajaan Sriwijaya. Namun, wilayah Grahi kemudian dikuasai oleh Kerajaan Dharmasraya.[6]

Keagamaan[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Tambralingga adalah salah satu kerajaan di Nusantara yang terpengaruh ajaran agama Hindu dan agama Buddha dari India. Ajaran agama Hindu dan agama Buddha mengalami asimilasi dengan kebudayaan lokal dan membentuk sistem kedatuan dan keratuan.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Koestoro, Lucas Partanda, ed. (2019). Budaya Maritim Nusantara dalam Perspektif Arkeologi. Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara. hlm. 105. 
  2. ^ Burhanuddin, S., dkk. (2003). Supangat, Agus, ed. Sejarah Maritim Indonesia: Menelusuri Jiwa Bahari Bangsa Indonesia dalam Proses Integrasi Bangsa (Sejak Jaman Prasejarah hingga Abad XVII). Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara, dan Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati. hlm. 126. ISBN 979-97572-3-1. 
  3. ^ Sulistiyono, Singgih Tri (2011). "Kejayaan Budaya Maritim di Pantai Utara Jawa dan Refleksi Membangun Indonesia Sebagai Negara Bahari: Menyambung Mata Rantai yang Putus" (PDF). Jurnal IKAHIMSI. Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia. I (2): 7. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Susmihara (2017). Sejarah Peradaban Dunia I (PDF). Makassar: Alauddin University Press. hlm. 164. ISBN 978-602-237-662-0. 
  5. ^ Nawiyanto dan Endrayadi, E. C. (2016). Kesultanan Palembang Darussalam: Sejarah Dan Warisan Budayanya (PDF). Jember University Press dan Penerbit Tarutama Nusantara. hlm. 21. 
  6. ^ Hidayati, N., dan Huriyah (2021). Ngalimun, ed. Manusia Indonesia, Alam dan Sejarahnya (PDF). Yogyakarta: Penerbit K-Media. hlm. 255. ISBN 978-623-316-624-9. 
  7. ^ Sunyoto, Agus (2017). Atlas Wali Songo (PDF). Tangerang Selatan: Pustaka Iman. hlm. 36. ISBN 978-602-8648-18-9.