Kedungudi, Trawas, Mojokerto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kedungudi
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenMojokerto
KecamatanTrawas
Kode pos
61375
Kode Kemendagri35.16.04.2009
Luas... km²
Jumlah penduduk920 (2014) jiwa
Kepadatan... jiwa/km²


Kedungudi adalah salah satu desa dari total 13 desa di wilayah Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Desa ini berada di bawah kaki gunung Penanggungan. Berbatasan dengan desa Seloliman di sebelah utara dan dusun Sendang dari desa Penanggungan di sebelah selatan. Di bagian sebelah barat, berbatasan dengan dusun Kemendung dari Desa Penanggungan, sedangkan di bagian timur desa adalah gunung Penanggungan yang berbagi dengan desa dari Kabupaten Pasuruan berada di sisi timur atau dibalik gunung Penanggungan.

Penduduk[sunting | sunting sumber]

Penduduk di desa ini mayoritas bersuku Jawa. Ada sebagian kecil yang merupakan campuran dari suku Jawa dan Madura yang berasal dari desa-desa di kabupaten Pasuruan seperti desa Wonosunyo. Suku Madura ini kemudian menikah dan berkeluarga dengan suku Jawa yang telah tinggal sebelumnya di desa Kedungudi dan berasimilasi. Mereka melakukan perjalanan dari desa Wonosunyo ke Kedungudi melalui lereng lereng di perbukitan gunung Penanggungan.

Mata pencaharian[sunting | sunting sumber]

Overview[sunting | sunting sumber]

Mata pencaharian penduduk desa adalah pertanian padi, perkebunan, beternak, bercocok tanam, tukang bangunan. Selain itu, penduduk desa ini berjualan hasil kebun seperti pisang, alpukat atau apukat (Avocado), biji buah kemiri (Aleurites Mollucanus), tebu (Saccharum Officinarum), cabe kecil, kacang tanah, jahe (Ginger), ubi kayu (Cassava), rambutan, Ubi Jalar, dan durian. Perbukitan gunung Penanggungan sendiri merupakan perbukitan cukup luas untuk tempat mencari tanaman Kaliandra jenis Calliandra Calothyrsus yang disukai oleh hewan ternak seperti sapi. Desa Kedungudi merupakan sentra kerupuk samiler. Selain penduduk desa Kedungudi dan Wonosunyo, perbukitan hijau ini juga tempat mencari rumput dari penduduk desa lain seperti desa Penanggungan, desa Seloliman. Kebanyakan dari pekerjaan ini dilakukan oleh generasi tua, sedangkan generasi muda mulai meninggalkan pekerjaan ini dan beralih ke pekerjaan lain seperti buruh pabrik di kota besar sekitarnya.

Bertani[sunting | sunting sumber]

Pertanian masih memegang persentase besar mata pencaharian mayoritas penduduk desa Kedungudi. Padi merupakan stok pangan utama bagi kebanyakan penduduk desa ini. Surplus dari panen biasanya dijual. Meskipun air bukan masalah utama pada saat musim kemarau, tetapi di sebagian area pertanian yang jauh dari sumber mata air dan irigasi, penduduk bercocok tanam palawija. Palawija bukanlah tanaman pertanian populer bagi penduduk desa ini. Adapun tanaman palawija yang ditanam biasanya adalah kacang panjang, jagung, ubi jalar, ketimun, cabe kecil, dan tebu.

Hamparan tanaman padi di persawahan Kedungudi. Dengan sumber air tanpa henti dan lokasi tepat di bawah gunung Penanggungan, padi di desa ini bisa panen sepanjang tahun tanpa menunggu hujan datang.

Selain air hujan, sumber mata air satu-satunya untuk irigasi lahan pertanian di daerah ini adalah kali yang bersumber dari mata air terlindung yang terletak di sebelah selatan desa. Sumber mata air ini berada di lokasi yang bernama Brugan. Berjarak sekitar 300 meter dari lahan pertanian terdekat. Dari hulu mata air ini, kemudian dilakukan pembagian irigasi sebaik mungkin dan dibagi-bagi untuk beberapa anak kali. Dikarenakan sumber mata air yang berlokasi agak ke barat dari pemukiman penduduk, maka semua lahan pertanian berada di bagian barat pemukiman penduduk. Sedangkan ladang rata-rata berada di bagian timur desa.

Berladang[sunting | sunting sumber]

Ladang penduduk sebagian besar menyebar di beberapa lokasi, seperti bagian selatan, bagian utara, dan sebagian besar berada di timur pemukiman yakni di mata kaki gunung Penanggungan. Kebanyakan ladang penduduk hanya mengandalkan air hujan waktu musimnya tiba. Rata-rata palawija adalah yang ditanam dengan pemilihan yang tahan pada musim kemarau seperi ubi kayu, cabe, jahe, jagung,Tebu.

Beternak[sunting | sunting sumber]

Sapi adalah hewan yang sering diternak bagi penduduk desa dan dianggap merupakan sebagai 'tabungan' yang bisa dijual sewaktu-waktu apabila ada kebutuhan dengan biaya cukup besar yang biasa bersifat urgen.[butuh rujukan]

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Bangunan Sekolah Dasar Negeri Kedungudi di jalan Jolotundo No.1 Kedungudi. Ini adalah sekolah dasar satu-satunya di desa Kedungudi.

Desa Kedungudi memiliki dua bangunan pendidikan yakni bangunan Sekolah Dasar yang ditempuh dalam 6 tahun dan bangunan untuk tingkat Taman kanak-kanak. Bangunan SD (Sekolah Dasar) ini berada di sisi sebelah selatan desa, sedangkan bangunan Taman Kanak-kanak berada dekat dengan lokasi Balai Desa. Desa ini tidak memiliki bangunan sekolah sendiri untuk sekolah lanjutan setelah sekolah dasar atau Bangunan SMP (Sekolah Menengah Pertama). SMP terdekat berada di desa lain yang lebih banyak populasi penduduknya yang berada di sebelah selatan yakni Desa Penanggungan. Di desa ini juga terdapat bangunan untuk tingkat sekolah SMA (Sekolah Menengah Atas).

Atraksi Wisata[sunting | sunting sumber]

Candi-candi dan gunung Penanggungan adalah atraksi utama Desa Kedungudi, selain hamparan hijau sawah yang berkelok-kelok dengan kali kecil dan teras iringnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tim Ekspedisi Penanggungan Universitas Surabaya, candi-candi di gunung Penanggungan terbagi dalam 4 kelompok dan salah satu kelompok di antaranya bernama kelompok Kedungudi yang di dalamnya terdapat 14 bangunan candi.[1]

Adapun atraksi wisata terdekat dari desa Kedungudi adalah petirtaan Jolotundo dan Pusat Pemeliharaan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman yang berjarak satu desa, yaitu desa Seloliman, Trawas, Mojokerto. [butuh rujukan]

Alam dan isu lingkungan[sunting | sunting sumber]

Hutan[sunting | sunting sumber]

Hutan merupakan bagian penting dari Kedungudi. Selain memproduksi sumber mata air, masyarakat sangat tergantung untuk mencari rumput di hutan buat hewan ternak seperti sapi dan kambing. Selain itu, masih banyak penduduk yang menggunakan kayu bakar buat pekerjaan dapurnya.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Sidomulyo, Hadi (2013). Mengenal Situs Purbakala di Gunung Penanggungan. Universitas Surabaya. hlm. 53. ISBN 978-602-14714-0-1. Diakses tanggal Januari 29, 2017.