Kawin tembak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kartun yang menggambarkan kawin tembak

Kawin tembak adalah sebuah perkawinan yang diadakan untuk menghindari keresahan karena hubungan di luar nikah yang berujung pada kehamilan yang tak diinginkan, di luar keinginan orang-orang terkait. Frase tersebut adalah sebuah sindiran Amerika,[1] meskipun istilah tersebut juga digunakan di belahan dunia lainnya, berdasarkan pada keadaan saat ayah mempelai harus melakukan bujukan (seperti diancam dengan pistol) agar pria yang diyakini menghamilinya mau mengawininya.

Konsep perkawinan tersebut diadakan untuk menghindari ancaman kematian pada bermilenium tahun yang lalu; kitab Deuteronomika menyinggung hukum di luar nikah dimana jika seorang pria memerkosa seorang perawan yang tidak dinikahinya, pei itu harus membayar mahar (50 shekel), mengambilnya sebagai istrinya, dan tidak boleh menceraikannya atau akan dirajam sampai mati.[2]

Di Asia Timur[sunting | sunting sumber]

  • Di Jepang, istilah slang Dekichatta kekkon (出来ちゃった結婚), atau pendeknya Dekikon (デキコン), muncul pada akhir 1990an. Istilah tersebut dapat secara literal diterjemahkan menjadi "ups, kami harus menikah," yang menandakan sebuah kehamilan yng tak diinginkan. Selebriti terkenal dengan pernikahan tersebut meliputi Namie Amuro, Yōko Oginome, Hitomi Furuya, Ami Suzuki, Kaori Iida, Nozomi Tsuji, Anna Tsuchiya, Meisa Kuroki, Leah Dizon, Melody Miyuki Ishikawa, dan Riisa Naka.[3][4] Seperempat mempelai Jepang hamil pada masa pernikahan mereka, menurut Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Buruh,[5] dan kehamilan merupakan salah satu motivasi paling umum untuk pernikahan tersebut.[6] Kehamilan yang tak direncanakan adalah hal umum karena penggunaan rendah dari obat kontrasepsi oleh wanita.[7] Pengaruh dan profil selebriti dekichatta-kon telah menginspirasi industri pernikahan Jepang untuk memperkenalkan sebuah frase terkait, sazukari-kon (授かり婚, perkawinan yang diberkati).[8]
  • Di Tiongkok, istilah 奉子成婚 (Pinyin: Fèngzǐchénghūn; harfiah: 'menikah atas perintah anak') mengartikan bahwa sebuah pasangan menikah karena hubungan yang terjadi di luar nikah. Ini adalah sebuah plesetan dari frase 奉旨成婚, yang dibaca Fengzhichenghun dan menandakan bahwa sebuah pernikahan disetujui oleh maklumat kekaisaran. Ini menjadi makin umum pada generasi termuda di Tiongkok. Namun, dalam kelompok usia yang sama, terdapat kehati-hatian dan pengecaman terhadap praktik semacam itu.[9][10]
  • Di Korea, istilah slang 속도위반 "Sokdowebaan" (artinya "kelewatan batas") merujuk kepada kadaan dimana kehamilan terjadi mendahului pernikahan.
  • Di Vietnam, istilah "Bác sĩ bảo cưới" (artinya "karena dokter berkata begitu") sering digunakan dengan tujuan humor.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "the definition of shotgun wedding". Dictionary.com. Diakses tanggal 2016-12-11. 
  2. ^ Deuteronomika 22:28-29
  3. ^ Haruna Kashiwase, "Shotgun Weddings a Sign of the Times in Japan," Population Today, July 2002, prb.org Diarsipkan 2012-10-25 di Wayback Machine.
  4. ^ "Japan embraces shotgun weddings". Telegraph. June 22, 2009. Retrieved July 25, 2010.
  5. ^ Brasor, Philip (8 January 2012). "Oops! Pregnant celebs dancing down the aisle". The Japan Times. Diakses tanggal 13 January 2016. 
  6. ^ National Institute of Population and Social Security Research, The Fourteenth Japanese National Fertility Survey in 2010 (October 2011). "Marriage Process and Fertility of Japanese Married Couples" (PDF). Diakses tanggal 13 January 2016. 
  7. ^ Cosgrove-Mather, Bootie (20 August 2004). "Japanese Women Shun the Pill". CBS News. Diakses tanggal 13 January 2016. 
  8. ^ Ryall, Julian (22 June 2009). "Japan embraces shotgun weddings". The Telegraph. Diakses tanggal 13 January 2016. 
  9. ^ 奉子成婚成常現象 "大肚新娘"挑戰傳統貞操[pranala nonaktif permanen] Married by the child became a norm, "Pregnant brides" are challenging the traditional chastity.
  10. ^ “奉子成婚”挑战传统道德底线 Diarsipkan 2015-06-10 di Wayback Machine. "Married by the Child" challenging traditional marital limits.

Templat:Perkawinan