Lompat ke isi

Kalyāṇamitta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dalam Buddhisme, kalyāṇamitta (Pali; Sanskerta: kalyāṇamitra) merujuk pada "sahabat baik", "sahabat bajik", "sahabat mulia", atau "sahabat terpuji" sebagai seseorang yang terlibat dalam hubungan yang disebut kalyāṇa-mittatā (Pali; Skt.: -mitratā; Hanzi: 善知識), yaitu konsep Buddhis tentang "persahabatan yang baik" dalam komunitas Buddhis, baik untuk para biku, bikuni, maupun para perumah tangga (lihat parisā).[1]

Theravāda

[sunting | sunting sumber]

Tripitaka Pali

[sunting | sunting sumber]
Sculpture of the Buddha holding hand on head monk at the right side of the Buddha, the latter monk smiling
Patung di Puncak Burung Nasar, Rajgir, India, menggambarkan Sang Buddha menenangkan Ānanda

Dalam Tripitaka Pali, terdapat Upaḍḍha Sutta (SN 45.2) yang mencatat percakapan antara Sang Buddha dan seorang murid-Nya, Ānanda. Dia dengan antusias menyatakan, “Yang Mulia, ini adalah setengah dari kehidupan suci, yaitu pertemanan yang baik, persahabatan yang baik, persaudaraan yang baik.” Sang Buddha menjawab:[2]


Sang Buddha menguraikan bahwa, melalui persahabatan demikian, seseorang mengembangkan masing-masing faktor Jalan Mulia melalui keterasingan, kebosanan, dan pelenyapan kedua hal tersebut (keterasingan dan kebosanan) yang matang dalam pelepasan keduniawian. Selanjutnya, Sang Buddha menyatakan bahwa umat Buddha dapat terbebaskan dari penderitaan melalui persahabatan spiritual dengan Sang Buddha.

Lebih lanjut, dalam Itivuttaka 17, Sang Buddha menyatakan:


Mengenai para umat perumah tangga, Sang Buddha menjabarkan dalam Dīghajāṇu Sutta (AN 8.54):


Dalam Aṅguttara Nikāya 7.3, diuraikan tujuh faktor:


Menurut Dr. R.L. Soni, diskursus (sutta) kanonik menyatakan bahwa "berteman dengan orang bijak" mengarah pada perkembangan berikut: "mendengarkan nasihat yang baik, keyakinan yang rasional, pikiran yang mulia, pemikiran jernih, pengendalian diri, perilaku yang baik, menaklukkan rintangan, memperoleh kebijaksanaan, dan pembebasan yang diakibatkannya."[3]

Kitab pascakanonis

[sunting | sunting sumber]

Dalam kitab Vimuttimagga, Arahat Upatissa menjabarkan kebutuhan untuk menemukan "teman baik" atau "teman unggul" untuk mengembangkan "konsentrasi yang unggul". Teman yang baik harus memahami kitab suci Tipiṭaka, karma, "pengetahuan duniawi yang bermanfaat", dan Empat Kebenaran Mulia. Dengan mengutip Aṅguttara Nikāya 7.36, Upatissa, dalam kitab Vimuttimagga, menyatakan bahwa seorang bhikkhūmitto ("teman biku") harus memiliki tujuh kualitas sebagai berikut:


Dalam kitab Visuddhimagga ("Jalan menuju Pemurnian"), Buddhaghosa juga menyatakan perlunya menemukan "teman baik", yakni menemukan seseorang yang akan menjadi "pemberi subjek meditasi" Anda.[7] Seperti Upatissa, Buddhaghosa mengacu pada tujuh kualitas dalam AN 7.36 dan menambahkan bahwa hanya Buddha yang memiliki semua kualitas ini. Jika tidak dapat bersahabat baik dengan Sang Buddha, maka direkomendasikan untuk bersahabat baik dengan salah satu dari delapan puluh sāvaka (murid) agung; jika tidak dapat bersahabat baik dengan salah satu dari delapan puluh sāvaka agung pun, maka hendaknya mencari teman baik yang telah menghancurkan semua belenggu melalui pencapaian semua jhāna (penyerapan meditatif) dan pengembangan meditasi vipassanā. Jika masih tidak kesampaian untuk bersahabat baik dengan mereka, maka dalam urutan menurun, seseorang dapat memilih: seorang anāgāmi, sakadāgāmi, sotāpanna, atau non-arahat yang telah mencapai tingkat jhāna (penyerapan meditatif); seseorang yang mengetahui tiga piṭaka (Tipiṭaka), dua piṭaka, satu piṭaka; atau seseorang yang mengetahui sebuah nikāya beserta penjelasannya dan tidak lalai dalam bertindak (appamāda).[8]

Hubungan guru dengan murid

[sunting | sunting sumber]

Dalam aliran pemikiran Buddhis tradisional, persahabatan spiritual bukanlah persahabatan antara teman sebaya, melainkan persahabatan antara seorang siswa dan guru spiritualnya.[9] Dalam berbagai sutta yang disebutkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa Sang Buddha mengemukakan kepentingan memiliki seorang teman spiritual bagi pertumbuhan spiritual. Persahabatan ini dibangun dari rasa hormat yang mendalam terhadap pengetahuan guru dan potensi siswa. Melalui rasa hormat dan cinta kasih ini, kedua individu melatih perilaku yang konstruktif. Perilaku konstruktif dalam ajaran Buddha berarti berpikir, berbicara, dan berperilaku dengan cara konstruktif terhadap kehidupan sehingga dapat membantu menuju kebahagiaan pribadi hingga kemudian menuju kecerahan.

Hubungan sesama umat

[sunting | sunting sumber]

Sigālovāda Sutta (DN 31; juga dikenal sebagai "Siṅgāla Sutta") menjelaskan bahwa persahabatan spiritual penting untuk membangun keeratan antara sesama umat dalam komunitas Buddhis. Dalam diskursus (sutta) tersebut, diuraikan empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus (suhada), yaitu:[6]


Mahāyāna

[sunting | sunting sumber]

Hubungan guru dengan murid

[sunting | sunting sumber]

Dalam aliran Vajrayana, hubungan guru dan murid dianggap sangat penting untuk membimbing murid dalam jalan tantra yang benar, serta untuk menghindari konsekuensi berbahaya yang merupakan akibat dari kesalahpahaman dan praktik yang keliru.[10]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Collins, Steven (1987). Kalyāṇamitta and Kalyāṇamittatā Diarsipkan 2021-10-13 di Wayback Machine., Journal of the Pali Text Society 11, 55
  2. ^ Thanissaro Bhikkhu (1997). "Upaddha Sutta: Half (of the Holy Life) (SN 45.2)". Diakses tanggal 15 April 2007. Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link) Also see Dharma Life. "Dharmalife.com". Diarsipkan dari asli tanggal February 4, 2012. Diakses tanggal 27 Juli 2006.
  3. ^ Dr R.L. Soni, Life’s Highest Blessings (The Wheel Publication No. 254) (Kandy: Buddhist Publication Society, 1997) diakses 2007-11-08 dari "Access to Insight" di http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/soni/wheel254.html.
  4. ^ Upatissa, Arahant (1995). The Path of Freedom (Vimuttimagga). Diterjemahkan oleh N.R.M. Ehara; Soma Thera; Kheminda Thera. Kandy, Sri Lanka: Buddhist Publication Society. hlm. 48–50. ISBN 955-24-0054-6.
  5. ^ Dalam bahasa aslinya, bahasa Pali, sutta ini berbunyi "Piyo ca hoti manāpo ca, garu ca, bhāvanīyo ca, vattā ca, vacanakkhamo ca, gambhīrañca kathaṃ kattā hoti, no ca aṭṭhāne niyojeti." Sri Lanka Buddha Jayanti Tipitaka Series (SLTP). "AN 7.1.4.6, "Bhikkhumitta suttaṃ"". Diakses 7 Oktober 2006.
  6. ^ a b Padamutidasarana. "Kalyanamitta dan Akalyanamitta". Diakses tanggal 21 Januari 2023.
  7. ^ Buddhaghosa, Bhadantācariya; Bhikkhu Ñāṇamoli (trans.) (1999). The Path of Purification: Visuddhimagga. Seattle, WA: BPS Pariyatti Editions. hlm. 90. ISBN 1-928706-00-2. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  8. ^ Buddhaghosa & Ñāṇamoli (1999), hlm. 98-99.
  9. ^ Alexander Berzin. "StudyBuddhism.com". Diakses tanggal 16 Juni 2016.
  10. ^ Berzin, Alexander. Relating to a Spiritual Teacher: Building a Healthy Relationship. Ithaca, Snow Lion, 2000

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]