KaburAjaDulu

#KaburAjaDulu adalah sebuah tagar yang viral di media sosial Indonesia pada Februari 2025, terutama di platform X.[1][2] Tagar ini digunakan oleh warganet Indonesia untuk mengekspresikan keinginan meninggalkan Indonesia demi mencari peluang kerja, pendidikan, atau kehidupan yang lebih baik di luar negeri.[3][4] Fenomena ini mencerminkan keresahan terhadap kondisi sosial dan ekonomi dalam negeri, seperti tingginya biaya pendidikan, minimnya lapangan kerja, serta upah yang dianggap rendah.[5] Melalui #KaburAjaDulu, banyak pengguna berbagi informasi tentang lowongan kerja, beasiswa, dan kesempatan berkarier di luar negeri.
Selain itu, #KaburAjaDulu juga menjadi wadah diskusi tentang tekanan sosial dan ekonomi, termasuk lingkungan kerja yang tidak kondusif dan hubungan pribadi yang tidak sehat. Beberapa warganet menganggap "kabur" sebagai solusi untuk mencari kehidupan yang lebih baik, sementara yang lain memperdebatkan dampaknya terhadap nasionalisme dan loyalitas terhadap negara.[6][7] Tokoh publik seperti Anies Baswedan berpendapat bahwa mencari peluang di luar negeri bukan berarti kehilangan nasionalisme, tetapi justru bisa menjadi cara untuk meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi lebih baik bagi bangsa.[8]
Asal-usul
[sunting | sunting sumber]Kemunculan #KaburAjaDulu dapat ditelusuri kembali ke tahun 2023, ketika para pegiat teknologi mulai menggunakan tagar ini sebagai bentuk ajakan untuk mencari peluang di luar negeri. Namun, popularitasnya meningkat pesat pada Februari 2025, seiring dengan meningkatnya ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi dalam negeri. Tagar ini menjadi viral sebagai bentuk kritik atas berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan masyarakat, seperti pemangkasan anggaran pendidikan dan meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK).[9]
Salah satu tokoh yang dianggap memiliki pengaruh dalam mendorong gagasan bekerja di luar negeri adalah Irwan Prasetiyo, seorang pengamat ketenagakerjaan yang sejak lama menyuarakan pentingnya anak muda Indonesia mencari pengalaman kerja di luar negeri.[10] Irwan sering menekankan bahwa bekerja di luar negeri tidak hanya memberikan gaji yang lebih baik, tetapi juga kesempatan untuk memperoleh keterampilan global yang dapat bermanfaat jika suatu saat kembali ke Indonesia.[11] Dalam beberapa wawancara dan seminar, ia mengkritik ketidakmampuan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja berkualitas, serta mendorong anak muda untuk tidak ragu mencari peluang di luar negeri.[12]
Penyebab
[sunting | sunting sumber]Ada beberapa faktor utama yang memicu munculnya fenomena #KaburAjaDulu:
- Banyak anak muda Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan kualifikasi dan harapan mereka. Tingkat pengangguran yang tinggi, khususnya di kalangan lulusan baru, serta gaji yang tidak sebanding dengan biaya hidup yang terus meningkat, menjadi faktor utama yang mendorong ketidakpuasan dalam dunia kerja.[13]
- Kebijakan pemerintah mengenai efisiensi anggaran, seperti yang tercantum dalam Inpres 1 Tahun 2025, berdampak signifikan pada berbagai sektor, termasuk pendidikan dan layanan publik. Pemotongan anggaran ini mengakibatkan berkurangnya kualitas layanan dan kesempatan, yang pada gilirannya memicu kekecewaan masyarakat.[14]
- Ketimpangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar, membuat banyak anak muda merasa sulit untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Akses terhadap pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan yang memadai seringkali terbatas bagi mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi lemah.[15]
- Korupsi, ketidakadilan, dan diskriminasi masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di Indonesia. Banyak anak muda yang merasa skeptis terhadap masa depan bangsa dan kehilangan kepercayaan pada pemerintah serta partai politik.[16]
Dampak
[sunting | sunting sumber]Dampak ekonomi
[sunting | sunting sumber]Salah satu dampak utama dari fenomena ini adalah potensi terjadinya brain drain, yaitu migrasi tenaga kerja terampil dan berpendidikan ke luar negeri. Kehilangan talenta muda dan produktif dapat mengurangi produktivitas nasional dan menghambat inovasi di berbagai sektor. Selain itu, penurunan jumlah tenaga kerja berkualitas di dalam negeri dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi daya saing Indonesia di kancah global.[17]
Dampak sosial
[sunting | sunting sumber]Secara sosial, fenomena #KaburAjaDulu mencerminkan keresahan dan kekecewaan generasi muda terhadap kondisi dalam negeri. Banyak anak muda merasa tidak memiliki harapan dan masa depan yang cerah di Indonesia, terutama akibat sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak dan tingginya kesenjangan sosial. Hal ini dapat memicu perasaan frustasi dan alienasi di kalangan generasi muda, yang pada gilirannya dapat mengurangi kohesi sosial dan meningkatkan ketidakpercayaan terhadap institusi pemerintah.[18]
Dampak politik
[sunting | sunting sumber]Dari sisi politik, meningkatnya keinginan untuk meninggalkan Indonesia dapat dilihat sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap gagal memenuhi kebutuhan dan aspirasi generasi muda. Fenomena ini dapat mempengaruhi stabilitas politik, terutama jika pemerintah tidak mampu merespons dengan kebijakan yang efektif untuk mengatasi akar permasalahan yang memicu keinginan migrasi tersebut.[19]
Tanggapan
[sunting | sunting sumber]Pemerintah
[sunting | sunting sumber]Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, mengakui bahwa tren #KaburAjaDulu merupakan tantangan bagi pemerintah. Ia menekankan pentingnya pemerintah untuk memenuhi aspirasi publik dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik di dalam negeri. Yassierli juga mengajak generasi muda untuk tetap optimis dan berkontribusi dalam pembangunan nasional.[20]
Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Afriansyah Noor, menanggapi fenomena ini dengan menyatakan bahwa pemerintah mendukung warga negara Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri. Namun, ia juga menekankan bahwa pemerintah terus berupaya menciptakan lapangan kerja yang layak di dalam negeri agar masyarakat tidak merasa perlu mencari peluang di luar negeri.[21]

Ketua Dewan Ekonomi Nasional sekaligus Penasihat Khusus Presiden, Luhut Binsar Pandjaitan, meminta masyarakat untuk tidak terburu-buru menilai kinerja pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang baru berjalan sekitar 100 hari. Ia mengajak masyarakat untuk memberikan waktu bagi pemerintah dalam mewujudkan program-program yang telah direncanakan.[22]
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, menanggapi fenomena ini dengan mengingatkan pentingnya prosedur yang benar bagi WNI yang ingin bekerja atau belajar di luar negeri. Judha mengungkapkan bahwa terdapat 67 ribu kasus yang melibatkan diaspora Indonesia, sebagian besar terkait pelanggaran keimigrasian. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya mematuhi prosedur resmi untuk menghindari masalah hukum di negara tujuan.[23]
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, beberapa pejabat di kementerian ini menyatakan bahwa mereka sedang mengkaji fenomena #KaburAjaDulu sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menciptakan link and match antara dunia pendidikan dan industri. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi keinginan generasi muda untuk mencari peluang di luar negeri.
Anggota legislatif
[sunting | sunting sumber]Charles Honoris, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, menilai munculnya tagar #KaburAjaDulu sebagai sinyal ketidakpuasan anak muda terhadap kondisi kerja di Indonesia. Ia mengimbau pemerintah untuk tidak merespons fenomena ini secara sembarangan, seperti mencap masyarakat yang hendak pergi ke luar negeri sebagai tidak nasionalis. Sebaliknya, Charles menyarankan agar pemerintah menjadikan fenomena ini sebagai momen untuk melakukan introspeksi dan evaluasi terhadap kebijakan yang ada. Menurutnya, langkah ini penting agar generasi muda merasa optimis dan percaya bahwa masa depan mereka dapat dibangun di Indonesia.[24]
Okta Kumala Dewi, anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), berpendapat bahwa keinginan anak muda untuk mencari peluang di luar negeri merupakan hak mereka. Ia menekankan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya, termasuk dalam hal mencari pekerjaan atau pendidikan di luar negeri. Namun, Okta juga berharap agar pemerintah dapat menciptakan iklim yang kondusif di dalam negeri, sehingga generasi muda merasa termotivasi untuk berkontribusi bagi pembangunan bangsa.[25]
Willy Aditya, Ketua Komisi XIII DPR RI melihat ajakan #KaburAjaDulu sebagai ungkapan emosi masyarakat yang merespons kondisi saat ini. Ia menganggap ekspresi tersebut sebagai bentuk pelarian sementara dan menekankan bahwa emosi semacam itu wajar terjadi. Namun, Willy mengingatkan bahwa tantangan sebenarnya adalah bagaimana pemerintah dapat menciptakan kondisi yang membuat generasi muda merasa betah dan memiliki harapan di tanah air.[26]
Rahayu Saraswati, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra menilai bahwa mencari ilmu atau bekerja di luar negeri merupakan hal yang wajar dan dapat memberikan pengalaman berharga bagi individu.[27] Namun, ia berharap para perantau tetap memiliki niat untuk kembali ke tanah air dan berkontribusi bagi bangsa. Menurutnya, pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh di luar negeri dapat menjadi modal berharga untuk membangun Indonesia yang lebih baik.[28]
Akademikus dan pengamat
[sunting | sunting sumber]Tadjudin Nur Effendi, pengamat ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengaitkan viralnya tagar #KaburAjaDulu dengan ketidakpastian kondisi sosial ekonomi di Indonesia. Ia menyoroti kebijakan pemangkasan anggaran pemerintah sebesar Rp306,69 triliun dalam APBN 2025 sebagai salah satu faktor yang memicu keresahan di kalangan masyarakat. Menurutnya, pemotongan anggaran tersebut mengganggu stabilitas kerja para aparatur sipil negara dan menciptakan ketidakpastian di sektor publik.[29]
Enda Nasution, Koordinator Bijak Bersosmed, mencatat bahwa tagar #KaburAjaDulu sebenarnya telah digunakan sejak beberapa tahun lalu, namun kembali viral sebagai respons terhadap situasi terkini. Ia menilai bahwa media sosial berperan penting dalam menyebarkan fenomena ini, memungkinkan generasi muda untuk mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap kondisi di Indonesia dan mencari alternatif di luar negeri.[30]
Radius Setiyawan, pakar sosiologi Universitas Muhammadiyah Surabaya, melihat tren #KaburAjaDulu sebagai ungkapan kekecewaan, terutama dari generasi Z, terhadap kebijakan publik yang kontroversial.[31] Ia menekankan bahwa fenomena ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah, terutama karena muncul bersamaan dengan klaim tingkat kepuasan 100 hari kerja pemerintahan yang mencapai 80%. Menurutnya, ekspresi kekecewaan ini menunjukkan adanya ketidakselarasan antara persepsi pemerintah dan realitas yang dirasakan oleh masyarakat.
Suko Widodo, pakar komunikasi politik Universitas Airlangga menilai bahwa fenomena #KaburAjaDulu mencerminkan goyahnya semangat kebangsaan di kalangan anak muda akibat ketidakpastian sosial-ekonomi. Ia berpendapat bahwa kekecewaan ini tidak hanya disebabkan oleh lesunya ekonomi, tetapi juga frustrasi terhadap kebijakan negara yang dianggap tidak berpihak pada generasi muda. Suko mengingatkan bahwa jika fenomena ini tidak segera ditangani, Indonesia berisiko kehilangan generasi muda terbaiknya yang memilih mencari peluang di luar negeri.[32]
Tiara Puspita mengamati bahwa tren #KaburAjaDulu menunjukkan rasa frustrasi anak muda terhadap keadaan yang sulit diubah. Ia menjelaskan bahwa mereka merasa tidak berdaya menghadapi situasi struktural yang menghambat, sehingga memilih mencari kepastian di luar negeri daripada bertahan dalam ketidakpastian di dalam negeri.[33]
Masyarakat
[sunting | sunting sumber]Fenomena #KaburAjaDulu telah memicu berbagai reaksi di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di media sosial. Tagar #KaburAjaDulu menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap situasi di Indonesia.[34] Banyak yang merasa bahwa peluang kerja dan kualitas hidup di luar negeri lebih menjanjikan dibandingkan di dalam negeri. Hal ini tercermin dari berbagai unggahan di media sosial yang mengisahkan pengalaman mereka yang telah bekerja atau belajar di luar negeri, serta dorongan bagi yang lain untuk mengikuti jejak serupa. Fenomena ini dianggap sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada generasi muda.
Meskipun ada dorongan untuk mencari peluang di luar negeri, sebagian masyarakat menekankan bahwa hal ini tidak berarti kurangnya rasa cinta terhadap Indonesia. Sebaliknya, ada pandangan bahwa dengan merantau dan meraih kesuksesan di luar negeri, generasi muda dapat membawa nama baik Indonesia di kancah internasional. Konsep ini dikenal sebagai "nasionalis-kosmopolitan," di mana individu tetap mencintai tanah airnya sambil berkontribusi di tingkat global.[35]
Munculnya tagar #KaburAjaDulu juga dianggap sebagai bentuk kritik digital terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro-rakyat.[36] Masyarakat menggunakan media sosial sebagai platform untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap berbagai isu, seperti pemangkasan anggaran pendidikan dan ketidakstabilan politik. Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan hak mereka untuk menyampaikan pendapat dan kritik terhadap pemerintah.
Beberapa tokoh masyarakat melihat fenomena #KaburAjaDulu sebagai ajakan positif bagi generasi muda untuk mencari pengalaman dan peluang di luar negeri. Dengan hijrah, diharapkan mereka dapat mengembangkan diri, memperoleh keterampilan baru, dan pada akhirnya berkontribusi lebih baik bagi Indonesia. Namun, penting untuk memastikan bahwa proses ini dilakukan secara legal dan terencana, agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.[37]
Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa fenomena ini dapat menyebabkan eksodus talenta muda Indonesia ke luar negeri. Jika banyak generasi muda yang memilih untuk meninggalkan Indonesia, hal ini dapat berdampak negatif pada pembangunan dan perkembangan sumber daya manusia di dalam negeri. Oleh karena itu, masyarakat berharap pemerintah dapat menciptakan kondisi yang lebih kondusif, sehingga generasi muda merasa termotivasi untuk berkontribusi di tanah air.[38]
Media asing
[sunting | sunting sumber]Fenomena #KaburAjaDulu, yang mencerminkan keinginan sejumlah warga Indonesia untuk mencari peluang di luar negeri, telah menarik perhatian media internasional. Media asing menyoroti gerakan ini sebagai cerminan kekecewaan masyarakat terhadap berbagai masalah di Indonesia, yang mendorong generasi muda untuk mempertimbangkan pindah ke negara lain.[39]
Selain itu, pengamat internasional seperti Yanuar Nugroho, Visiting Senior Fellow di Yusof Ishak Institute (ISEAS) Singapura, mengamati bahwa fenomena #KaburAjaDulu merupakan respons dari generasi muda Indonesia yang merasa situasi dan kondisi hidup di dalam negeri semakin memburuk, sulit, tidak pasti, dan tidak jelas.[40]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Media, Kompas Cyber (2025-02-18). "Tren #KaburAjaDulu, Apa yang Sebenarnya Terjadi?". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20250207082558-277-1195561/tren-kaburajadulu-menyeruak-di-kalangan-anak-muda-indonesia. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ Media, Kompas Cyber (2025-02-05). "Tren #KaburAjaDulu, Upaya Anak Muda Merefleksikan Kesenjangan Global". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Rahman, Adi Fida. "Ramai Netizen Suarakan #KaburAjaDulu, Kecewa dengan Indonesia?". detikinet. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Oswaldo, Ignacio Geordi. "Ramai #KaburAjaDulu, Segini Perbandingan Gaji di RI Vs Negara Lain". detikfinance. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ "Fenomena #KaburAjaDulu: Cerminan Budaya Menghindar atau Realitas yang Rasional?". kumparan. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Rahman, Adi Fida. "Ramai Tagar #KaburAjaDulu di Medsos untuk Tinggalkan Indonesia". detikbali. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ "Anies soal #Kaburajadulu: Tak Perlu Ragukan Nasionalisme Mereka". kumparan. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ "Awal Mula #KaburAjaDulu Viral di Media Sosial hingga Direspons Istana". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Kompasiana.com (2025-02-15). "#KaburAjaDulu : Tren di Media Sosial, Fenomena atau Sindiran?". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ www.tiktok.com https://www.tiktok.com/@irwanprasetiyo/video/7470838237427141906?_t=ZS-8u80xlfEp5G&_r=1. Diakses tanggal 2025-02-22. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ Liputan6.com (2025-02-17). "7 Fakta dan Respons Pengamat hingga Menlu Usai Viral Tagar #KaburAjaDulu". liputan6.com. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Kompasiana.com (2025-02-22). "Mempertimbangkan #KaburAjaDulu". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Liputan6.com (2025-02-17). "7 Fakta dan Respons Pengamat hingga Menlu Usai Viral Tagar #KaburAjaDulu". liputan6.com. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Fimela.com (2025-02-17). "Viral dengan Tagar #KaburAjaDulu, Pahami dan Ketahui Fenomena Ini". fimela.com. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Rahman, Adi Fida. "Ramai Netizen Suarakan #KaburAjaDulu, Kecewa dengan Indonesia?". detikinet. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Suryaningrum, Febriyani (2025-02-06). "Apa Itu Tren #KaburAjaDulu & Kaitan dengan Fenomena Brain Drain?". tirto.id. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Fimela.com (2025-02-17). "Viral dengan Tagar #KaburAjaDulu, Pahami dan Ketahui Fenomena Ini". fimela.com. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ "Ramai Tagar KaburAjaDulu, Pakar: Ekspresi Kekecewaan". Suarajogja.id. Diakses tanggal 2025-02-22.
- ^ Media, Kompas Cyber (2025-02-17). "Ragam Komentar Pejabat soal #KaburAjaDulu: Ada yang Introspeksi, Ada yang Cuek". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Liputan6.com (2025-02-18). "4 Respons Wamenaker, Menaker, hingga Istana Terkait Viral Tagar Kabur Aja Dulu". liputan6.com. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ https://www.kompas.com/kalimantan-timur/read/2025/02/17/205255788/ketika-pemerintah-tanggapi-ramainya-tagar-kaburajadulu?. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ Liputan6.com (2025-02-18). "4 Respons Wamenaker, Menaker, hingga Istana Terkait Viral Tagar Kabur Aja Dulu". liputan6.com. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ https://nasional.kompas.com/read/2025/02/20/12551641/jangan-sembarang-cap-orang-tak-nasionalis-tren-kaburajadulu-harus-jadi-momen?. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ Sutrisno, Elvan Dany. "Anggota Komisi I DPR Komentari #KaburAjaDulu: Hak Anak Muda Cari Peluang". detiknews. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Media, Kompas Cyber (2025-02-17). "Soal #KaburAjaDulu, Anggota DPR: Emosi Wajar, tapi..." KOMPAS.com. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ "Beragam Tanggapan dari Wamenaker hingga Politisi Terkait #KaburAjaDulu". Kompas.tv. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Purwoningrum, Maryam. "Tanggapan Legislator soal Hastag #KaburAjaDulu". Harian Bogor Raya. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Liputan6.com (2025-02-17). "7 Fakta dan Respons Pengamat hingga Menlu Usai Viral Tagar #KaburAjaDulu". liputan6.com. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Kamaliah, Aisyah. "Pengamat Medsos soal #KaburAjaDulu yang Bergema di X". detikinet. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Widiyana, Esti. "Analisis Pakar Soal #KaburAjaDulu, Bentuk Kekecewaan dan PR Pemerintah". detikjatim. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Yadjib, Suardi. "Tagar #KaburAjaDulu dan Keputusasaan Anak Muda: Alarm bagi Negeri". Butol Post. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Rahmandani, Dila. "Fenomena #KaburAjaDulu: Ekspresi Kekecewaan Anak Muda terhadap Kondisi Negara". Kalangan Jambi. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ "Fenomena #KaburAjaDulu: Refleksi Kekecewaan dan Tantang bagi Pemerintah". kumparan. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Liputan6.com (2025-02-17). "OPINI: Kesadaran Nasionalis-Kosmopolitan di Balik #KaburAjaDulu". liputan6.com. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ TimesIndonesia https://timesindonesia.co.id/kopi-times/528390/tagar-kaburajadulu-dan-indonesiagelap-ekspresi-keresahan-publik-terhadap-pemerintah?. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan) - ^ "Arti Di Balik Tagar #KaburAjaDulu". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Widiyana, Esti. "Analisis Pakar Soal #KaburAjaDulu, Bentuk Kekecewaan dan PR Pemerintah". detikjatim. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ Indonesia, CNBC. "Gaduh #KaburAjaDulu di Antara Warganet RI Disorot Media Asing". detikTravel. Diakses tanggal 2025-02-23.
- ^ caecilia.mediana@kompas.com, Caecilia Mediana- (2025-02-08). "Ada Apa di Balik Seruan Tagar #Kaburajadulu?". Kompas.id. Diakses tanggal 2025-02-23.