Jurnalisme damai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jurnalisme damai adalah istilah yang digunakan bagi seorang jurnalis yang melaporkan suatu kejadian dengan menggunakan bingkai (frame) yang lebih luas, berimbang, dan akurat. ruang lingkup kerja jurnalisme damai didasarkan pada peliputan informasi tentang konflik dan perdamaian.[1]


Bersifat damai artinya bentuk pemberitaan, yang dapat menciptakan peluang bagi sebagian masyarakat untuk menjadi pertimbangan dan cara untuk menghargai penyelesaian tanpa kekerasan terhadap suatu konflik yang sedang terjadi.[2]

Ide pendekatan Jurnalisme Damai awalnya dikembangkan oleh profesor Ilmu Damai Johan Galtung 1970an. Kemudian dikembangkan oleh Jake Lynch dan Annabel McGoldrick tentang praktik Jurnalisme Damai pada tahun 1990-an.[3]

Jurnalisme Damai berbeda dengan Jurnalisme Perang, Jurnalisme Perang adalah Pelaporan kejadian yang fokus pada peristiwa kekerasaan sebagai penyebab konflik dan yang dapat memicu peningkatan konflik.[4]

Menurut Andarini (2014), Jurnalisme Perang Cenderung mengekspos dan menekankan semangat untuk bertikai dan bermusuhan di antara pihak yang sedang berkonflik. Sedangkan jurnalisme Damai berupaya menghindari perang atau kekerasan.[5]

Peran Jurnalisme Damai

Dikutip dari Rengkaningtias, A. U. (2019),[6] peran jurnalisme damai adalah untuk menyebarkan informasi dengan tujuan mempromosikan pemahaman, toleransi, dan perdamaian dalam masyarakat. Jurnalisme damai berfokus pada pemberitaan yang tidak memprovokasi konflik, menghindari sensasionalisme, dan membangun dialog yang konstruktif.

Berikut adalah beberapa peran jurnalisme damai:

  • Mempromosikan pemahaman: Jurnalisme damai berusaha menyampaikan informasi yang akurat, seimbang, dan mendalam untuk membantu masyarakat memahami berbagai isu yang kompleks. Tujuannya adalah mempromosikan pemahaman yang lebih baik antara kelompok-kelompok yang berbeda dan menghindari terjadinya kesalahpahaman yang dapat memicu konflik.
  • Mendorong dialog yang konstruktif: Jurnalisme damai berupaya untuk menciptakan ruang dialog yang sehat dan konstruktif antara berbagai pihak yang memiliki pandangan yang berbeda. Ini melibatkan pemberitaan yang memperhatikan sudut pandang yang beragam dan memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk berbicara.
  • Memperkuat perdamaian: Jurnalisme damai dapat memainkan peran penting dalam memperkuat perdamaian di masyarakat. Dengan memberitakan contoh-contoh keberhasilan dalam penyelesaian konflik dan menyoroti inisiatif perdamaian, jurnalisme damai dapat menginspirasi dan mendorong tindakan yang mempromosikan harmoni dan rekonsiliasi.
  • Mencegah kekerasan dan konflik: Dengan menyebarkan informasi yang akurat dan menghindari pemberitaan yang memprovokasi, jurnalisme damai dapat membantu mencegah terjadinya kekerasan dan konflik. Dengan memberikan liputan yang obyektif dan bertanggung jawab, jurnalisme dapat mengurangi ketegangan antara kelompok-kelompok yang berbeda dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penyelesaian konflik secara damai.

Jurnalisme damai memegang peran penting dalam membangun masyarakat yang lebih harmonis dan berkelanjutan. Dengan pendekatan yang bertanggung jawab dan peduli terhadap dampaknya, jurnalisme damai dapat menjadi alat yang kuat untuk memperkuat pemahaman, dialog, dan perdamaian di dalam suatu masyarakat.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Said, Irwanti (2020-05-20). "MEDIA DAN KONFLIK : MEWUJUDKAN JURNALISME DAMAI". Jurnal Mimbar Kesejahteraan Sosial (dalam bahasa Inggris). 3 (1). ISSN 2655-0911. 
  2. ^ Juditha, Christiany (2016). "JURNALISME DAMAI DALAM BERITA KONFLIK AGAMA TOLIKARA DI TEMPO.CO". Penelitian dan komunikasi publik. 20 (2): 97. doi:https://doi.org/10.33299/jpkop.20.2.642 Periksa nilai |doi= (bantuan). Diarsipkan dari versi asli Periksa nilai |url= (bantuan) tanggal 2013-08-12. Diakses tanggal 2023-05-25.  line feed character di |title= pada posisi 44 (bantuan)
  3. ^ Budianto, Heri (2012). Komunikiasi dan Konflik. Jakarta: PT Showcase Indonesia Dotcom. hlm. 390. ISBN ISBN 978-602-18684-0-9 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  4. ^ Media, Kompas Cyber (2022-01-26). "Jurnalisme Damai dan Jurnalisme Perang, Apa Bedanya?". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-05-25. 
  5. ^ Andarini, Rindang Senja (2014). "Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan Ahmadiyah pada Harian Jawa Pos". Ilmu Komunikasi. 3 (1): 88. doi:https://doi.org/10.14710/interaksi.3.1.85-93 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  6. ^ Rengkaningtias, Ayu Usada (2019). "Jurnalisme Damai (Peace Journalism) dalam Kerukunan Antarumat Beragama (Analisis Framing Kompas.com terhadap Isu Rohingnya)". Jurnal Kajian Islam Interdisipliner. 2 (2): 4. doi:https://doi.org/10.14421/jkii.v2i2.1084 Periksa nilai |doi= (bantuan).