Jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan
Suasana depan dari Stasiun Yogyakarta Tugu
saat datangnya iring-iringan pejabat tinggi negara
(kemungkinan Sultan Yogyakarta atau Sunan Surakarta) dikawal oleh prajurit KNIL
Ikhtisar
JenisJalur lintas utama
SistemJalur kereta api rel berat
StatusBeroperasi
TerminusKutoarjo
Solo Balapan
Stasiun21
Operasi
Dibuka1871–1887
Pemilik
OperatorKereta Api Indonesia
Karakteristik lintasRel lintas datar dengan latar belakang pegunungan
DepoYogyakarta (YK)
Solo Balapan (SLO)
Solo Jebres (SK, KAI Commuter)
Data teknis
Panjang lintas123 km
Lebar sepur1.067 mm
Elektrifikasi1.500 V DC listrik aliran atas (KAI Commuter (Yogyakarta-Palur))
Kecepatan operasi
  • 80 s.d. 120 km/jam (Lintas Kutoarjo - Yogyakarta)[1]
  • 65 s.d. 115 km/jam (Lintas Yogyakarta -Solo Balapan)[1]
Peta rute

CP–KTA
KTA
Kutoarjo P 4 (P1)
ke Purworejo
MTL
Montelan
JN
Jenar
Jembatan Bogowonto
Nasional 7 di Jawa Tengah Jalur Lintas Selatan Jawa
WJ
Wojo
Batas Provinsi Jawa Tengah
Batas Daerah Istimewa Yogyakarta
YIA
KDG
Kedundang
WT
Wates
KLR
Kalimenur
Jalan Daerah Istimewa (Sentolo-Borobudur)
STL
Sentolo
Jembatan Progo (Kali Progo)
SDY
Sedayu
Depo Pertamina
RWL
Rewulu
PTN
Patukan
Jalan Siliwangi
YK–PLP–SWG
SCA–YK
Depo lokomotif
awal
elektrifikasi
YK
Yogyakarta YA Y P  1A   1B   2A   3A   3B   6A   6B   8   10   13   15 
Jembatan Kewek (Kali Code)
LPN
Lempuyangan  2A   4A   4B   10 
Jembatan Gajah Wong
Jalur Lintas Tengah dan Selatan Jawa (Jembatan Janti)
MGW
Maguwo Bandara Adisutjipto  1A   1B   3A   3B   5B   14 
KLS
Kalasan
Jembatan Kali Opak
Batas Daerah Istimewa Yogyakarta
Batas Provinsi Jawa Tengah
Jalan Provinsi (Prambanan-Piyungan)
BBN
Brambanan
SWT
Srowot
Nasional 17 di Jawa Timur Jalur Lintas Tengah dan Selatan Jawa (Jalan R.A. Kartini)
KT
Klaten AS
Nasional 17 di Jawa Timur Jalur Lintas Tengah dan Selatan Jawa (Jalan Diponegoro)
KET
Ketandan
CE
Ceper
DL
Delanggu
GW
Gawok
PWS
Purwosari BK  K1S   K2S   K3S 
PWS-WNG
SLO
Solo Balapan Y AS  K2S   K4S   K6S  5 (S1) 7 (S2) Terminal Tirtonadi
GD–SLO
SLO-KTS

Jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan adalah koridor jalur kereta api lintas selatan beserta tengah Pulau Jawa yang sudah menjadi jalur ganda yang melewati wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagian barat laut Kabupaten Purworejo, dan Solo Raya di Jawa Tengah. Jalur ini termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta yang berbatasan dengan Stasiun Jenar sampai Solo Balapan dan sebagian kecil Daerah Operasi V Purwokerto yang membentang dari Stasiun Kutoarjo sampai dengan Jenar. Lintas ini dimulai dari Stasiun Kutoarjo[a] di arah barat menuju arah tenggara yang termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta dan KAI Bandara dari Stasiun YIA menuju Stasiun Yogyakarta, mengitari tepian ujung selatan Pegunungan Menoreh, lalu berbelok ke arah timur laut menuju Stasiun Yogyakarta, kemudian ke timur dan timur laut hingga mencapai Stasiun Solo Balapan di tengah Kota Surakarta. Jalur tersebut juga menghubungkan Bandung dengan Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang di lintas selatan Jawa, sedangkan lintas tengah Jawa menghubungkan Jakarta dengan Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang. Namun rute utama Jakarta–Surabaya adalah jalur utara Jawa melalui Semarang.

Jalur ini sepenuhnya berada di dataran rendah, dengan sedikit variasi jalur berkelok-kelok di antara Stasiun Wojo dan Stasiun Wates. Terdapat beberapa jembatan tinggi di jalur ini, yaitu yang melintasi Kali Progo dan Kali Opak. Jalur ini memiliki beberapa titik berpemandangan indah, terutama di daerah sekitar Candi Prambanan (dapat terlihat beberapa puncak candi Prambanan tersebut) dan di antara Stasiun Klaten dan Stasiun Delanggu dengan pemandangan gunung kembar (Gunung Merapi dan Gunung Merbabu) yang tampak sempurna dilatardepani oleh persawahan yang terhampar luas. Uniknya, seluruh jalur kereta api di wilayah DIY berstatus sebagai tanah milik Keraton (Sultan Ground).[2]

Ujung timur jalur ini dapat diperpanjang sejauh tiga km hingga mencapai Stasiun Solo Balapan, yang merupakan stasiun besar. Seluruh stasiun di jalur ini sudah sepenuhnya menggunakan persinyalan elektrik; untuk Kutoarjo–Patukan (kecuali Stasiun Kedundang) masih menggunakan persinyalan dari Westinghouse Rail Systems, Stasiun Yogyakarta dan Lempuyangan sebelumnya menggunakan persinyalan Siemens NX, namun sekarang kedua stasiun tersebut sudah menggunakan persinyalan produksi Len Industri yang dipasang dan dioperasikan sejak 2022,[3] dan Maguwo–Purwosari–Solo Balapan menggunakan persinyalan produksi Len Industri yang dipasang sejak 2013.[4][5]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Awal pengoperasian[sunting | sunting sumber]

Jalur NIS[sunting | sunting sumber]

Kebutuhan kereta api untuk pengangkutan penumpang dan gula ternyata sangat mendesak apalagi setelah Tanam Paksa diberlakukan sejak 1830. Sejak 1869, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) sudah dapat mengoperasikan jalur kereta api segmen Samarang NIS–Gundih–Solo. Selanjutnya, pembangunan diarahkan ke Yogyakarta, yang dilakukan segera setelah peresmian jalur kereta api segmen Samarang–Solo Balapan. Berturut-turut ada tiga segmen yang dikerjakan, yaitu Solo–Ceper, Ceper–Klaten, dan Klaten–Yogyakarta, berturut-turut mulai beroperasi pada tanggal 27 Maret dan 9 Juli 1871, serta 10 Juni 1872.[6] Pada tanggal 2 Maret 1872, Stasiun Lempuyangan mulai diuji coba operasi.[7] Pada tanggal 21 Mei 1873, jalur Samarang–Vorstenlanden telah selesai dibangun.[8]

Jalur SS[sunting | sunting sumber]

Sementara itu, perusahaan kereta api milik negara, Staatsspoorwegen—yang dibentuk pascaevaluasi pembangunan jalur NIS Samarang–Vorstenlanden dan Batavia–Buitenzorg yang mengalami kesulitan keuangan—mulai menanamkan pengaruhnya di Jawa. Pembangunan jalur ini diprioritaskan untuk menghubungkan Jakarta–Surabaya dengan kereta api melalui lintas selatan. Untuk jalur tersebut, pada mulanya SS memutuskan untuk membangun segmen terakhir lebih dulu, Cilacap–Kroya–Kutoarjo–Yogyakarta pada tahun 1885 dan selesai pada tanggal 20 Juli 1887, beserta seluruh stasiun di lintas ini. Untuk jalur gunung Bandung–Banjar–Kasugihan baru bisa disambung pada tahun 1894 karena persoalan geometri jalan rel dan medan terjal yang membutuhkan kehati-hatian oleh teknisinya. Pada mulanya, jalur ini direncanakan oleh SS akan disambung ke Stasiun Cilacap, tetapi karena jalur Kawunganten ke tenggara kala itu merupakan rawa-rawa, maka jalurnya dialihkan ke Kasugihan.[9]

Dalam operasionalnya, jalur ini rupanya telah menghancurkan garis imajiner Kota Yogyakarta. Konon, garis tersebut menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Jalan Malioboro, Kraton, Panggung Krapyak, dan Pantai Parangtritis. Keberadaan garis yang penuh filosofi dan sangat merakyat di kalangan masyarakat Jogja ini dihancurkan oleh Pemerintah Kolonial.[10]

Dua kepemilikan[sunting | sunting sumber]

Jalur ganda dengan "dua kepemilikan": sebelah kanan: NIS, kiri: SS.

Jalur kereta api untuk segmen Jogja-Solo pernah menjadi "jalur dengan dua kepemilikan". NIS dan SS saling berbagi jalur. Permulaan jalur ganda tersebut ada di Stasiun Tugu. Di situ, peron selatan merupakan peron NIS dengan lebar 1.435 mm, sedangkan peron utara menjadi milik SS dengan lebar 1.067 mm.

Ke arah timur, ada dua jembatan di atas Kali Code, kemudian dahulu jalur SS bercabang ke timur laut (kini tempat menyimpan gerbong semen), dan melewati depan Balai Yasa Pengok (kini test track). Setelah melewati Balai Yasa, rel kembali berbelok ke selatan kembali sejajar jalur NIS. Ini berarti jalur SS tetap di utara dan berbelok ke arah balai yasa, sedangkan jalur NIS tetap lurus sejak Stasiun Tugu ataupun Lempuyangan.

Setelah melewati Maguwo, jalur SS kemudian berbelok naik kemudian menyeberangi jalur NIS, sehingga jalur SS berada di selatan jalur NIS. Sementara itu, Stasiun Gawok adalah stasiun berperon pulau. Tahun 1899, SS menambah rel baja ketiga sehingga dapat dilalui dua kereta yang berbeda lebar sepurnya. Pada tahun 1929, SS kemudian membuat jalur kereta api yang terpisah dari jalur NIS, seiring dengan peresmian Eendaagsche Express.[11]

Dikenang pada zaman revolusi[sunting | sunting sumber]

Setelah SS dan NIS dilebur dan dinasionalisasi menjadi Djawatan Kereta Api, timbul upaya pengambilalihan seluruh jalur KA menjadi milik Indonesia. Jalur Kutoarjo-Yogyakarta merupakan jalur bersejarah karena pernah dibom pada zaman Perang Kemerdekaan. Setelah perang usai, jalur dan stasiun kemudian direnovasi. Pada tanggal 3 Januari 1946 kereta api luar biasa (KLB) Presiden Soekarno melewati jalur ini dengan penuh risiko dalam rangka memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Perjalanan ini berakhir dengan selamat hingga Stasiun Tugu dan disambut oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX.[12]

Pada dekade 1960-1970-an, Perusahaan Negara Kereta Api mengoperasikan layanan KA lokal yang disebut sebagai sepur bumel dan sepur grenjeng. Layanan bumel rute Kutoarjo-Jenar-Yogyakarta pp ini melayani perhentian yang saat itu masih aktif, seperti Montelan, Jenar, Karangjati, Kedundang, Pakualaman, Wates, Kalimenur, Sentolo, Sedayu, Rewulu, Patukan, dan Yogyakarta. Dengan ditarik lokomotif uap dan tarif sebesar tujuh setengah rupiah sekali jalan, KA ini menjadi primadona bagi para pedagang yang akan menjaja dagangannya di kota.[13] Sementara itu, di lintas Jogja-Solo dioperasikan kereta api Kuda Putih sebagai layanan komuter berbasis KRD pertama di Indonesia. Hingga akhirnya, kedua KA itu tak beroperasi pada 1980-an. Sempat tidak ada KA lokal dan komuter di rute Kutoarjo-Solo hingga pada dekade 1990-an digantikan dengan kereta api Prambanan Ekspres rute Jogja-Solo, kemudian, pada tahun 2007 diperpanjang hingga Kutoarjo.[14]

Penggandaan kembali dan elektrifikasi[sunting | sunting sumber]

Jalur ini secara bertahap ditingkatkan menjadi jalur rel ganda sejak 2001, diawali dengan segmen Stasiun Srowot sampai Stasiun Ketandan, yang segera dilanjutkan menjadi segmen Stasiun Brambanan sampai Stasiun Delanggu. Peresmian segmen awal ini dilakukan oleh Menteri Perhubungan saat itu, Agum Gumelar, pada tanggal 15 Desember 2003, ditandai dengan prasasti yang sekarang diletakkan di Stasiun Brambanan. Selanjutnya, pembangunan dilanjutkan ke barat sampai Stasiun Tugu dan ke timur sampai Stasiun Solo Balapan, dan selesai sepenuhnya tahun 2008. Jalur ganda ini termasuk jalur KA lintas cepat.[15][16]

Diresmikan pada tanggal 22 Januari 2008 oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, jalur ganda ini menghabiskan dana sebesar Rp900 miliar rupiah dengan pinjaman dana dari Jepang melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Hasilnya, ada dua stasiun kereta api yang akhirnya diganti dengan bangunan baru, yaitu Stasiun Patukan dan Stasiun Jenar. Stasiun Patukan memiliki prasasti peresmian jalur ganda.[17]

Terkait dengan rencana pengembangan jalur, Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) memutuskan untuk mengelektrifikasi jalur ini khusus untuk segmen Yogyakarta–Solo. Wacana tersebut sudah dimasukkan dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (Ripnas) 2030.[18] Selain itu, elektrifikasi ini juga tertuang dalam Matriks Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.[19] Elektrifikasi tersebut mulai diwujudkan dengan adanya tiang-tiang listrik aliran atas yang ditumpuk di bekas lapangan bongkar-muat peti kemas Stasiun Solo Jebres.[20][21] Per akhir Januari 2020, konstruksi listrik aliran atas sudah dimulai untuk segmen Yogyakarta–Klaten.[22][23] Pada 10 Februari 2021, kereta api rel listrik mulai beroperasi di segmen Yogyakarta-Solo.[24]

Jalur terhubung[sunting | sunting sumber]

Layanan kereta api[sunting | sunting sumber]

Penumpang[sunting | sunting sumber]

Antarkota[sunting | sunting sumber]

Lintas tengah Jawa
Nama kereta api Relasi perjalanan
Kelas eksekutif
Taksaka GambirYogyakarta
Argo Lawu Gambir–Solo Balapan
Argo Dwipangga
Manahan
Argo Semeru Gambir–Surabaya Gubeng
Bima
Gajayana Gambir–Malang
Kelas campuran (eksekutif-bisnis)
Ranggajati CirebonSurabaya GubengJember
Kelas campuran (eksekutif-ekonomi premium)
Fajar dan Senja Utama Yogyakarta Pasar SenenYogyakarta
Bogowonto Pasar Senen–Lempuyangan
Fajar dan Senja Utama Solo Pasar Senen–Solo Balapan
Mataram
Kelas campuran (eksekutif-ekonomi)
Gajahwong Pasar SenenLempuyangan
Kertanegara PurwokertoMalang
Malioboro Ekspres
Bangunkarta Pasar Senen–Jombang
Gaya Baru Malam Selatan Pasar Senen–Surabaya Gubeng
Singasari Pasar Senen–Blitar
Kelas campuran (bisnis-ekonomi)
Logawa PurwokertoSurabaya GubengJember
Kelas ekonomi premium
Jayakarta Pasar SenenSurabaya Gubeng
Kelas ekonomi
Progo Pasar SenenLempuyangan
Jaka Tingkir Pasar Senen–Purwosari
Bengawan
Lintas selatan Jawa
Nama kereta api Relasi perjalanan
Kelas eksekutif
Argo Wilis BandungSurabaya Gubeng
Turangga
Kelas campuran (eksekutif-ekonomi premium)
Sancaka YogyakartaSurabaya Gubeng
Lodaya BandungSolo Balapan
Mutiara Selatan Bandung–Surabaya Gubeng
Malabar Bandung–Malang
Wijayakusuma CilacapSurabaya GubengKetapang
Kelas campuran (eksekutif-ekonomi)
Malabar BandungMalang
Kelas ekonomi
Sri Tanjung LempuyanganSurabaya KotaKetapang
Pasundan KiaracondongSurabaya Gubeng
Kahuripan Kiaracondong–Blitar

Lokal[sunting | sunting sumber]

Nama kereta api Kelas Relasi
Banyubiru Eksekutif dan ekonomi Semarang Tawang Solo Balapan
Joglosemarkerto Solo Balapan
Semarang Tawang (searah jarum jam via Solo Balapan dan Yogyakarta)
Solo Balapan (berlawanan jarum jam via Tegal dan Purwokerto)
Eksekutif dan ekonomi premium Yogyakarta Cilacap

Kereta bandara dan komuter[sunting | sunting sumber]

Nama kereta api Relasi
YA Bandara YIA Yogyakarta Yogyakarta International Airport
Y Commuter Line Yogyakarta Palur
P Commuter Line Prambanan Ekspres Kutoarjo
AS Kereta api BIAS Klaten Bandara Adisoemarmo

Barang[sunting | sunting sumber]

Nama kereta api Relasi perjalanan
Lintas utara Jawa
Angkutan semen Solusi Bangun Indonesia Karangtalun Brumbung via Gundih
Angkutan semen Indocement Nambo Brambanan via Semarang Poncol
Arjawinangun
Lintas tengah Jawa
Angkutan logistik ONS Parcel Tengah Kampung Bandan Malang
Lintas selatan Jawa
Angkutan semen Solusi Bangun Indonesia Karangtalun Lempuyangan
Brambanan
Solo Balapan
Angkutan avtur Pertamina Cilacap Rewulu
Angkutan pupuk Pupuk Indonesia Ceper
Angkutan BBM Pertamina Rewulu Madiun
Angkutan logistik ONS Parcel Selatan Bandung Surabaya Kota

Daftar stasiun[sunting | sunting sumber]

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 8 KroyaYogyakarta
Segmen KutoarjoYogyakarta
Diresmikan pada tanggal 20 Juli 1887
oleh Staatsspoorwegen Westerlijnen
Termasuk dalam Daerah Operasi V Purwokerto
2040 Kutoarjo KTA Jalan Merpati, Semawung Daleman, Kutoarjo, Purworejo km 478+845 lintas BogorBandungBanjarKutoarjoYogyakarta
km 0+000 (lintas cabang ke Purworejo)
+16 m Beroperasi
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
3001 Montelan MTL Kertosono, Banyuurip, Purworejo km 484+679 +19 m Tidak beroperasi
Sendangsari SEN km 490+599 Tidak beroperasi
3003 Jenar JN Jalan Stasiun Jenar, Bragolan, Purwodadi, Purworejo km 492+443 +18 m Beroperasi
BH 1947
Jembatan Kali Bogowonto
3004 Karangjati (Purworejo) KAR km 495+323 Tidak beroperasi
3005 Wojo WJ Jalan Stasiun Wojo, Dadirejo, Bagelen, Purworejo km 500+836 +14 m Beroperasi
Perbatasan Provinsi Jawa Tengah
Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta
3006 Kedundang KDG Kulur, Temon, Kulon Progo km 507+615 +11 m Beroperasi
3007 Pakualaman PKM km 509+383 Tidak beroperasi
3008 Wates WT Jalan Sepur, Wates, Wates, Kulon Progo km 514+488 +18 m Beroperasi
3009 Kalimenur KLR Sukoreno, Sentolo, Kulon Progo km 520+265 +35 m Tidak beroperasi
3011 Sentolo STL Sentolo, Sentolo, Kulon Progo km 524+633 +54 m Beroperasi
BH 2034
Jembatan Mbeling
panjang: 96 m
dibangun pada tahun 1886-1887
diperkuat pada tahun 1930 dan 1957
3012 Sedayu SDY Argosari, Sedayu, Bantul km 530+819 Tidak beroperasi
3013 Rewulu RWL Argomulyo, Sedayu, Bantul km 533+674 +88 m Beroperasi
3014 Patukan PTN Ambarketawang, Gamping, Sleman km 538+253 +88 m Beroperasi
Akhir jalur eletrifikasi
Awal jalur eletrifikasi
3020 Yogyakarta YK Jalan Margo Utomo 1, Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta km 167+051 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 542+494 lintas Bogor-Bandung-Banjar-Kutoarjo-Yogyakarta
km 1+040 lintas Yogyakarta-Magelang Kota-Ambarawa
km 0+067 lintas Yogyakarta-Palbapang
+113 m Beroperasi
Lintas 14 Semarang TawangSolo BalapanYogyakarta
Segmen YogyakartaKlaten
Diresmikan pada tanggal 10 Juni 1872
oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij[6]
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
3030 Lempuyangan LPN Jalan Lempuyangan, Bausasran, Danurejan, Yogyakarta km 165+774 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta +114 m Beroperasi
3101 Maguwo MGW Maguwoharjo, Depok, Sleman km 158+975 +118 m Beroperasi
3102 Kalasan KLS Tirtomartani, Kalasan, Sleman km 155+578 +126 m Tidak beroperasi
Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta
Perbatasan Provinsi Jawa Tengah
3103 Brambanan BBN Jalan Stasiun Prambanan, Kebon Dalem Kidul, Prambanan, Klaten km 151+072 +146 m Beroperasi
3104 Srowot SWT Jalan Stasiun Srowot, Gondangan, Jogonalan, Klaten km 145+227 +152 m Beroperasi
Segmen KlatenCeper
Diresmikan pada tanggal 9 Juli 1871
3110 Klaten KT Jalan K.H. Samanhudi, Tonggalan, Klaten Tengah, Klaten km 138+493 +151 m Beroperasi
3111 Ketandan KET Ketandan, Klaten Utara, Klaten km 134+691 +148 m Tidak beroperasi
Segmen CeperSolo Balapan
Diresmikan pada tanggal 27 Maret 1871
3112 Ceper CE Jalan Stasiun Ceper, Klepu, Ceper, Klaten km 129+200 +133 m Beroperasi
Ngawonggo NGO km 127+900 Tidak beroperasi
3114 Delanggu DL Jalan Stasiun Delanggu, Gatak, Delanggu, Klaten km 122+933 +133 m Beroperasi
Tegalgondo TLO km 121+130 Tidak beroperasi
Wonosari (Sukoharjo) WSI km 119+869 Tidak beroperasi
3117 Gawok GW Luwang, Gatak, Sukoharjo km 117+398 +118 m Beroperasi
Mayang MYG Tidak beroperasi
Pajang PJG km 113+015 Tidak beroperasi
3120 Purwosari PWS Jalan Slamet Riyadi 502, Purwosari, Laweyan, Surakarta km 110+750 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 5+840 lintas Solo Kota-Purwosari-Boyolali
+98 m Beroperasi
Kelanjutan menuju Solo Balapan
3130 Solo Balapan SLO Jalan Wolter Monginsidi 112, Kestalan, Banjarsari, Surakarta km 262+720 lintas Surabaya Kota-Kertosono-Madiun-Solo Balapan
km 107+914 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Solo Jebres/Yogyakarta
+93 m Beroperasi

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis tebal miring merupakan stasiun kelas besar atau kelas I yang nonaktif.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi: [25][9][26][27][28]


Percabangan menuju YIA[sunting | sunting sumber]

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Wilayah Kerja KAI Bandara
Kroya-Yogyakarta
Segmen Percabangan menuju YIA
3006 Kedundang KDG Kulur, Temon, Kulon Progo km 507+615 lintas Bogor-Bandung-Banjar-Kutoarjo-Stasiun Yogyakarta
km 0+000 lintas Kedundang-Bandara Internasional Yogyakarta
+11 m Beroperasi
Yogyakarta International Airport YIA Bandara Internasional Yogyakarta, Temon, Kulon Progo km 5+465[1] +22 m Beroperasi

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis tebal miring merupakan stasiun kelas besar atau kelas I yang nonaktif.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi: [29][9][30][31][32]


Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Dikelola bersama oleh Daerah Operasi V Purwokerto beserta KAI Commuter.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Grafik Perjalanan Kereta Api Pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional Di Jawa Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  2. ^ Karjoko, Lego (2006). "Komparasi Antara Sistem Hukum Tanah Nasional dengan Sistem Hukum Tanah Keraton Yogyakarta". Yustisia. 68 (05–08): 60. 
  3. ^ Susanti, D.M. (Januari 2008). Kajian atas Pengelolaan Pengetahuan dalam Pengoperasian Teknologi Persinyalan Kereta Api (Studi Kasus Daop 2 Bandung) (Tesis S2). Program Magister Studi Pembangunan, Sekolah Arsitektur, Pengembangan, dan Perencanaan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. 
  4. ^ Mohamad, Ardyan (21 Juni 2013). Pratomo, Harwanto Bimo, ed. "Kalahkan Siemens, BUMN elektronik raup pendapatan Rp 2,3 triliun". Merdeka.com. Merdeka.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2017. Saat ini, masih ada pesanan proyek dari Kemenhub untuk menggarap persinyalan kereta di jalur Jogja-Solo, Duri-Tangerang, dan Parung-Maja. 
  5. ^ "Len Tandatangani Dua Kontrak dengan Nilai Total Rp 464 Milyar | PT Len Industri (Persero)" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-02-12. 
  6. ^ a b Archiv Für Eisenbahnwesen. 48. 1925. 
  7. ^ Gunawan, Riyadi; Harmoko, Darto (1993). Sejarah Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta: Mobilitas Sosial DI Yogyakarta. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Depdikbud RI. hlm. 21. 
  8. ^ Perquin, B.L.M.C. (1921). Nederlandsch Indische staatsspooren tramwegen. Bureau Industria. 
  9. ^ a b c Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  10. ^ "Disorientasi Ruang Yogyakarta akibat Patahnya Simbol". Kompas.com. 2008-10-11. Diakses tanggal 2019-08-25. 
  11. ^ Ballegoijen de Jong, Michiel van, 1941-. Spoorwegstations op Java. Amsterdam. ISBN 9067073180. OCLC 905471690. 
  12. ^ Soviana, N. (2015). "KLB Presiden 3 Januari 1946: Sebuah Sejarah Penting yang Terlupakan". Majalah KA. 96: 28–29. 
  13. ^ Lou, ed. (2009-11-13). "Mari Menelusuri Kejayaan Kereta Masa Silam". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-08-25. 
  14. ^ "KRD MCDW 300". Heritage Kereta Api Indonesia. Diakses tanggal 2019-08-25. 
  15. ^ "Jalur Ganda Tunjang Kelancaran Lintas KA". Suara Merdeka Online. Suara Merdeka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 2014-12-18. 
  16. ^ "Uji Coba Rel Ganda Yogya-Solo Bikin Bikers Senewen". detikcom. 2007-01-09. Diakses tanggal 2019-08-25. 
  17. ^ <asep.muhamad[at]torche.co.id>, Asep Muhamad. "PRESIDEN RESMIKAN REL GANDA KUTOARJO-YOGYAKARTA". dephub.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-02-21. 
  18. ^ Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2030 (PDF). Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. 2011. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-03-31. Diakses tanggal 2020-02-20. 
  19. ^ "LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN NOMOR 18 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2020-2024 MATRIKS PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2020-2024". hukumonline.com. ISBN. Diakses tanggal 29-02-2020.  line feed character di |title= pada posisi 13 (bantuan); [pranala nonaktif permanen]
  20. ^ JawaPos.com (2018-03-30). "Proyek KRL Molor, Tiang Mangkrak di Stasiun Solo Jebres". JawaPos.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-20. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  21. ^ Media, Harian Jogja Digital (2019-08-22). "KRL Solo-Jogja Ditarget Beroperasi 2020, Saat Ini Masuk Tahap Lelang Elektrifikasi". Harianjogja.com. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  22. ^ Media, Rohmah Ermawati-Solopos Digital (2019-10-16). "Jaringan Listrik KRL Solo–Jogja Dibangun Akhir Tahun 2019". SOLOPOS.com. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  23. ^ JawaPos.com (2020-02-12). "Proyek KRL Solo-Jogja Masih Tahap Konstruksi". JawaPos.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-20. Diakses tanggal 2020-02-12. 
  24. ^ "Jadwal KRL Solo-Jogja Februari 2021: Harga dan Cara Beli Tiket". Tirto.id. Diakses tanggal 2021-02-09. 
  25. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  26. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  27. ^ Perusahaan Jawatan Kereta Api. Stasiun KA, Singkatan dan Jarak. 
  28. ^ Wieringa, A. (1916). Beknopt Aadrijkskundig Woordenboek van Nederlandsch-Indie. 's Gravenhage. 
  29. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  30. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  31. ^ Perusahaan Jawatan Kereta Api. Stasiun KA, Singkatan dan Jarak. 
  32. ^ Wieringa, A. (1916). Beknopt Aadrijkskundig Woordenboek van Nederlandsch-Indie. 's Gravenhage. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Peta rute:

KML is not from Wikidata