Wedawati

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dalam mitologi Hindu, konon Wedawati (Sanskerta:वेदवती) kelak terlahir kembali sebagai Dewi Sinta, istri Sri Rama dalam wiracarita Ramayana. Ia juga adalah titisan Dewi Laksmi. Ia juga disebut sebagai Sri Widowati dalam pewayangan Jawa.

Kelahiran[sunting | sunting sumber]

Wedawati adalah anak perempuan dari Brahmaresi Kusadwaja, putera Wrehaspati, guru para Dewata. Setelah bertahun-tahun melantunkan dan mempelajari Kitab Suci Weda, ia pun menamakan putrinya Wedawati, atau Perwujudan Weda, yang lahir sebagai pahala atas bakti dan laku-tapanya.

Berbakti kepada Dewa Wisnu[sunting | sunting sumber]

Ayahanda Wedawati menghendaki agar putrinya kelak menjadi mempelai Dewa Wisnu. Oleh karena itu ia menampik pinangan sekian banyak raja perkasa dan warga kahyangan yang hendak memperistri putrinya. Murka lantaran pinangannya ditampik, Raja Sambu pun membunuh kedua orang tua Wedawati pada tengah malam buta tanpa sinar bulan.

Wedawati tetap tinggal di asrama orang tuanya, bersemadi siang dan malam demi mendapatkan kerelaan Dewa Wisnu menjadi suaminya.

Ramayana menggambarkannya mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit kijang hitam, rambutnya dikepang dan digelung jaṭā, selayaknya seorang resi. Kecantikannya tak dapat diungkapkan dengan kata-kata, seorang anak dara yang sedang ranum, dan semuanya itu semakin cemerlang digilap laku-tapanya.

Pengorbanan dan kematian[sunting | sunting sumber]

Rahwana, Raja Alengka keturunan raksasa mendapati Wedawati sedang khusyuk bersemadi dan terpukau oleh kecantikannya yang luar biasa. Ia mengajukan pinangan yang langsung ditampik mentah-mentah. Rahwana mengolok-olok kegigihan tapa dan pengabdian Wedawati pada Dewa Wisnu; karena terus-menerus tidak digubris, Rahwana pun kesal dan menjambak rambut Wedawati. Perbuatan Rahwana berhasil mengusik ketenangan batin Wedawati yang tanpa pikir panjang segera memotong rambutnya yang dijambak Rahwana, sambil berkata akan melangkah masuk ke dalam api di depan mata Rahwana, dan menambahkan, "Karena aku telah dinista di dalam rimba oleh engkau yang berhati durjana, maka aku akan terlahir kembali demi kebinasaanmu." Wedawati segera melangkah masuk ke dalam kobaran api, dan bunga-bunga kahyangan pun berguguran, tertabur di sekelilingnya. Dialah yang kelak terlahir kembali sebagai Sinta, dan menjadi penyebab kematian Rahwana, melalui tangan Rama.[1]

Sumpah[sunting | sunting sumber]

Wedawati enggan mengutuk Rahwana karena perbuatan itu akan menghilangkan pahala laku-tapanya, namun ia bersumpah untuk terlahir kembali menjadi penyebab kebinasaan Rahwana.

Dalam beberapa versi Ramayana, Wedawati terlahir kembali sebagai Maya Sinta, yang menggantikan tempat Sinta, dan diculik serta ditawan oleh Rahwana, sementara Sinta yang asli bersembunyi di dalam kobaran api, berbeda dengan versi Ramayana yang tertulis diatas menurut versi lain Ramayana menyatakan Wedawati terlahir kembali menjadi Sinta asli.

Resi Agastya menjelaskan kepada Rama bahwa Wedawati terlahir kembali sebagai Swaha, istri Batara Agni dan menjadi penyebab kebinasaan Rahwana di tangannya.

Kutipan dari Skanda Purana tentang kelahiran kembali Wedawati-

"Pada zaman Tretayuga, tatkala aku menitis sebagai Rama, Rahwana dengan penuh tipu-daya telah menculik permaisuriku Sinta. Untunglah dia bukan Sinta melainkan permaisuri Agni, Swaha. Sebelum peristiwa ini terjadi, Agni telah memboyong Sinta ke Patalloka dan menempatkan istrinya sendiri 'Swaha' sebagai gantinya. Tindakan Indra mengandung maksud tersembunyi--untuk membalas kematian Swaha, yang dahulu adalah Wedawati pada kelahirannya yang lampau dan yang telah bunuh diri setelah disentuh oleh iblis yang sama. Sebenarnya, permaisuri Agni 'Swaha' adalah 'Wedawati' pada kelahirannya yang lampau. Dengan demikian, sebenarnya Rahwana telah menculik Wedawati bukannya Sinta. Kelak, aku bersyukur kepada Agni dan berjanji padanya akan menjadikan Wedawati sebagai permaisuriku pada zaman Kaliyuga. Wedawati yang sama telah terlahir kembali sebagai Padmawati. Engkau mesti pergi dan meyakinkan Padmawati agar bersedia menjadi permaisuriku. Wakula Malika pun berangkat ke Narayanapura dan menyampaikan maksud hati Sri Hari kepada sang raja. Maharaja Angkasa sungguh-sungguh bersuka-cita mengetahui akan bermenantukan Sri Hari. Hari baik pun ditentukan untuk menyelenggarakan pernikahan dan demikianlah, Batara Sri Hari mendapatkan Padmawati sebagai permaisurinya."

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  • Ramesh Menon, The Ramayana (2001)