Sungai Luk Ulo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sungai Luk Ulo
Lukulo
Hilir Sungai Luk Ulo
Peta
Lokasi
NegaraIndonesia
ProvinsiJawa Tengah
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiPegunungan Serayu Selatan
 - elevasi800 Mdpl
Muara sungaiSamudra Hindia
Panjang68,5 km
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS Lukulo (DAS220626)[1]
Luas DAS675,53 km²
Markah tanahMenara Mercusuar Klirong; Stasiun KA Kebumen; Alun-alun Kota Kebumen; Monumen Geopark Karangsambung
Badan airBendung Kaligending; Bendung Kedungsamak; Bendung Jemur
JembatanJembatan Truntung Baru Pansela; Jembatan Ayamputih; Jembatan Lukulo Kedungwinangun; Jembatan (Kereta api) Renville; Jembatan Sungai Luk Ulo; Jembatan Tembana; Jembatan Merah Putih
Pengelola sungaiBPDAS Serayu Opak Progo;[1]


Luk Ulo[2] atau Luk Ula atau Lukulo adalah sungai yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang bermuara ke Samudra Hindia. Sungai yang biasa disebut Kali Lukulo ini mengalir dari utara ke selatan dan melintasi dua kabupaten yaitu Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo sepanjang kurang lebih 68,5 Km. Sungai Luk Ulo dikenal sebagai sungai penghasil batu akik dan memiliki nilai geologi sangat tinggi.

Sungai Luk ulo Kebumen
Sungai Luk ulo Kebumen

Daerah Aliran Sungai[sunting | sunting sumber]

Luas keseluruhan DAS Luk Ulo adalah 675,53245 km² meliputi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Adapun yang masuk wilayah Kebumen seluas 572,84365 km². Sisanya masuk Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Sungai Luk Ulo berhulu di Pegunungan Serayu Selatan tepatnya di Gunung Jenggot, Dusun Kayubima, Desa Gambaran, Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo dan memiliki hilir di Samudra Hindia dengan nama Muara Tanggulangin diperbatasan Kecamatan Klirong dan Kecamatan Buluspesantren di Kabupaten Kebumen. Memiliki banyak anak sungai, total Sungai Luk Ulo sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Kebumen.[3] Sejumlah anak sungai besar yang dimiliki Sungai Luk Ulo diantaranya:

  1. Sungai Gintung
  2. Sungai Maetan
  3. Sungai Loning
  4. Sungai Cangkring
  5. Sungai Mondo
  6. Sungai Cacaban
  7. Sungai Welaran
  8. Sungai Gebang
  9. Sungai Kedungbener

Geomorfologi[sunting | sunting sumber]

Sungai Luk Ulo memiliki nilai geologi tinggi. Sungai Luk Ulo termasuk sungai antecedent, yaitu jenis sungai yang memotong struktur geologi utama daerah yang dilaluinya, dan termasuk stadium dewasa. Tingkat kedewasaan sungai ini terlihat dari pola meander serta endapan undak sungai yang terbentuk pada posisi jauh dari sungai utama. Sungai Luk Ulo merupakan suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh topografi punggungan pemisah air (water devide) dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan, dan penyalur air, sedimen, dan unsur hara dalam sistem sungai yang keluar pada outlet tunggal bukanlah berasal dari sistem gunung api aktif semacam Gunung Merapi tetapi dari rangkaian pegunungan berumur sangat tua dan bernilai ilmiah tinggi.[4]

Pasir, kerikil, dan bongkah batu Luk Ulo bukanlah dari muntahan lahar/lava gunung api yang selalu diperbaharui tetapi berasal dari tingginya pelapukan dan erosi berbagai macam batuan yang ada di bagian hulu, oleh karena itu, komposisi pasir Luk Ulo sangat bervariasi. Sekitar 79.26 % lahan mempunyai kemiringan 30 - 70 %, dan sebagian besar digunakan untuk hutan pinus dan tegalan, kedalaman profil tanah 0 – 30 cm dengan tingkat erosi sedang - berat.

Kekayaaan geologi[sunting | sunting sumber]

Wilayah hulu Sungai Luk Ulo berada di Cagar Alam Geologi Karangsambung, sebuah laboratorium geologi alam yang bersifat umum untuk mengetahui proses terbentuknya alam semesta dimasa silam. Di tepi sungai ini memiliki situs geologi dengan berbagai bebatuan yang berusia ratusan juta tahun seperti Filit dan lain sebagainya. Tak hanya itu, Sungai Luk Ulo juga memiliki bebatuan yang dijuluki sebagai sungai penghasil batu akik [5] seperti batuan jenis pirus. Batu yang masuk dalam kategori batu permata asal Persia itu ternyata ditemukan ada di Sungai Luk Ulo, tepatnya di Dukuh Siluk, Desa Sadang Kulon, Kecamatan Sadang.[6]

Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]

Penduduk di sepanjang Sungai Luk Ulo memanfaatkan untuk sumberdaya pertanian terutama di bagian hulu dan perikanan baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala di bagian hilirnya. Di sekitar muara Sungai Luk Ulo banyak ditemui penambang pasir tradisional yang menggunakan perahu-perahu kecil. Di Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen terdapat sebuah bendung untuk mengalirkan air menuju sawah-sawah warga namun karena dianggap memicu banjir di wilayah Kecamatan Karangsambung pada 1998 maka mercu bendung tersebut dipotong sehingga fungsinya berkurang.[7] Selain itu juga terdapat Bendung Kedungsamak di Desa Jemur, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen. Bendung ini mampu mengairi lahan pertanian seluas 8.900 Hektar di Kabupaten Kebumen bagian tengah.[8]

Buaya Luk Ulo[sunting | sunting sumber]

Sungai Luk Ulo kini dikenal menjadi rumah bagi buaya muara. Berawal saat kemunculan buaya di muara sungai pada Juni 2017. Setelahnya, buaya makin sering terlihat ke arah hilir. Dari Desa Maduretno ke Desa Ranteringin di Kecamatan Buluspesantren bahkan terakhir terpantau di Desa Kutosari, Kecamatan Kebumen yang jaraknya hampir 12 kilometer dari lokasi pertama muncul. Bahkan bersamaan datangnya bencana banjir Sungai Luk Ulo 2017, buaya berukuran tak kurang dari 4 meter terdampar di areal Persawahan Desa Kedungwinangun, Kecamatan Klirong.[9] Hingga kini pemerintah dan warga belum bsia menangkap buaya di Sungai Luk Ulo sehingga dibiarkan secara alami.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]