Relativisme budaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tidak sama dengan sensitivits lintas budaya, relativisme moral, relativisme estetika, konstruksionisme sosial, dan relativisme kognitif.

Relativisme budaya adalah prinsip bahwa kepercayaan dan aktivitas setiap orang harus dipahami menurut budaya orang itu sendiri.

Prinsip ini dirintis sebagai aksioma dalam penelitian antropologi Franz Boas pada beberapa dasawarsa pertama abad ke-20, lalu dipopulerkan oleh para mahasiswanya. Boas pertama kali memaparkan gagasannya pada tahun 1887: "...peradaban bukan sesuatu yang absolut, melainkan ... relatif, dan ... gagasan dan bayangan kita selalu benar sepanjang peradaban manusia terus ada."[1] Namun demikian, Boas tidak menciptakan istilah ini.

Menurut Oxford English Dictionary, istilah ini pertama kali digunakan oleh filsuf dan teoriwan sosial Alain Locke pada tahun 1924 untuk menjelaskan "relativisme budaya ekstrem" Robert Lowie yang terdapat di buku Lowie tahun 1917, Culture and Ethnology.[2] Istilah ini mulai lazim di kalangan antropolog setelah Boas meninggal dunia tahun 1942. Para antropolog berusaha menjelaskan sintesis beberapa gagasan yang dikembangkan Boas. Boas percaya bahwa cakupan budaya yang dapat ditemukan di subspesies manapun sangat luas dan menjalar sampai-sampai tidak mungkin ada hubungan antara budaya dan ras.[3] Relativisme budaya meliputi klaim epistemologi dan metodologi. Para ilmuwan masih memperdebatkan apakah klaim ini memerlukan sudut pandang etika. Prinsip ini tidak sama dengan relativisme moral.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Franz Boas 1887 "Museums of Ethnology and their classification" Science 9: 589
  2. ^ "cultural, adj. and n.", OED Online, Sept 2009, Oxford University Press, http://dictionary.oed.com/cgi/entry/50055630, citing Locke's article "The Concept of Race as Applied to Social Culture", Howard Review 1 (1924): pp. 290-299.
  3. ^ Glazer, Mark (December 16, 1994). "Cultural Relativism". Texas: University of Texas-Pan American. Archived from the original on 2007-06-13. Diakses tanggal June 13, 2007. 

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

  • Ankerl, Guy. 2000. Global Communication without Universal Civilization. vol.I: Coexisting Contemporary Civilizations: Arabo-Muslim, Bharati, Chinese, and Western. Geneva: INU PRESS, ISBN 2-88155-004-5
  • Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legal Identities. Ann Arbor: University of Michigan Press.
  • Herskovitz, Melville J. 1958 "Some Further Comments on Cultural Relativism" in American Anthropologist 60(2) 266-273
  • Herskovitz, Melville J. 1956 Man and His Works
  • Jarvie, I. C. 1995 "Cultural Relativism" (a critique)
  • Mathews, Freya 1994 "Cultural Relativism and Environmental Ethics Diarsipkan 2009-09-14 di Wayback Machine." IUCN Ethics Working Group Report No 5, August 1994.
  • Murphy, Robert F., 1972 Robert Lowie
  • Nissim-Sabat, Charles 1987 "On Clifford Geertz and His 'Anti Anti-Relativism'" in American Anthropologist 89(4): 935-939
  • Rachels, James, 2007, The Elements of Moral Philosophy, McGraw-Hill, ISBN 0-07-282574-X
  • Sandall, Roger 2001 The Culture Cult: Designer Tribalism and Other Essays ISBN 0-8133-3863-8
  • Wong, David, 2006, Natural Moralities, A Defense of Pluralistic Relativism, Oxford UP, ISBN 978-0-19-530539-5