Prasasti Kebantenan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Salah satu prasasti Kebantenan

Prasasti Kabantenan merujuk pada 5 prasasti lempeng tembaga berbahasa Sunda Kuno yang dibeli oleh Raden Saleh dari penduduk desa Kabantenan, Bekasi, tempat prasasti ini ditemukan. Meskipun prasasti ini tidak bertitimangsa, bila dilihat berdasarkan gaya bahasa dan raja yang disebutkan, prasasti ini diketahui dibuat pada masa kekuasaan Sri Baduga Maharaja di kerajaan Sunda (1482-1521). Sekarang, prasasti ini disimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris E.1, E2, E.3, E.4, dan E.5).

Isi[sunting | sunting sumber]

Dari lima lempeng prasasti tersebut, terdapat tiga prasasti yang mempunyai tulisan bolak-balik, sementara dua sisanya hanya satu permukaan.

Lempeng E.42-a[sunting | sunting sumber]

Lempeng E.42-b[sunting | sunting sumber]

  • Depan
taAn· Iña beya pun·, kena Iña nu puraḥ ḍibuhaya,
mibuhayakən· na kacari○taAn· pun·, nu pagəḥ ṅavaka-
n· na ḍevasasan·na ○ pun· Ø , Ø

Lempeng E.43[sunting | sunting sumber]

Lempeng E.44[sunting | sunting sumber]

Lempeng E.45[sunting | sunting sumber]

// Ø // pun· Ini pitəkət· sri baḍuga maharaja ratu haji ḍi pakvan· sri saṁ

ratu -

ḍevata, nu ḍipitəkətan· ma na L̥ maḥ ḍevasasana, ḍi gunuṁ samaya

sugan·n aya

nu ḍek· ṅahəriAnan· Iña, ku paluluraḥhan· ku paL̥L̥maḥhan· mulaḥ aya
nu ṅahəriyanan· Iña, ti timur ha‹ṁ›gat· ciUpiḥ ti barat· ha‹ṁ›gat· ciləbu
ti kidul· ha‹ṁ›gat· jalan· gəḍe pun· mulaḥ aya nu ṅahəriAnan· Iña ku ḍa-
sa ku calagara Upəti paṁgəR̥ s· R̥ ma Ulaḥ aya nu me‹n›taAn· Iña -
kena, saṁgar kami ratu nu puraḥ mibuhayakən· na karatu(ya)n· nu

pagəḥ ṅavakan·

na ḍevasasana pun· Ø Ø

Intisari prasasti ini adalah sebagai berikut:
Raja Rahyang Niskala Wastu Kancana mengirimkan perintah melalui Hyang Ningrat Kancana kepada Susuhunan Pakuan Pajajaran untuk mengurus dayeuhan di Jayagiri dan Sunda Sembawa. Raja tinggal di Pakuan, di tanah suci (tanah devasasana); yang batas-batasnya sudah ditetapkan, dan tanah itu tidak boleh dibagikan karena pelabuhan devasana memudahkan untuk beribadah, yang merupakan milik raja.

Raja Sunda dan sanksi pembangunan suci di Sunda Sembawa yang harus dirawat dan tidak diganggu karena kawasan yang ditetapkan adalah kawasan pemukiman para wiku (pendeta). Jika ada yang berani memasuki daerah itu di sunda Sembawa, maka mereka akan dibunuh. Sri Baduga Maharaja yang sedang berkuasa di Pakuan menjatuhkan sanksi tanah devasana di Gunung (Gunung Samya (Rancamaya) yang batas-batasnya sudah ditetapkan. Siapapun yang masuk dilarang mengganggu daerah ini, dan pengenaan pajak dan pungutan lain dilarang karena di kawasan itu terdapat tempat peribadahan milik raja.

Rujukan[sunting | sunting sumber]