Perumpamaan gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sepuluh anak dara, karya William Blake. 1822

Gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh atau perumpamaan sepuluh anak dara adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya. Kisah ini tercantum di dalam Matius 25:1-13.

Catatan Alkitab[sunting | sunting sumber]

"Gadis yang bijaksana dan gadis yang bodoh"

Tafsiran[sunting | sunting sumber]

Perumpamaan ini merupakan satu dari rangkaian jawaban pertanyaan pada Injil Matius 24:3:

Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?"

— Matius 24:3

Perumpamaan lain dalam rangkaian ini adalah "perumpamaan pohon ara" (Matius 24:32–35) dan "perumpamaan hamba yang setia" (Matius 24:42–51). Perumpamaan sepuluh gadis ini menekankan kesiapan dalam menghadapi "Kedatangan Kedua" yang tidak diketahui pasti kapan terjadinya.[1] Juga disebut sebagai "perumpamaan penjagaan" ("watching parable").[2] Sebagaimana "perumpamaan dirham yang hilang" (Lukas 15:8–10, tokoh utamanya adalah para perempuan, dan mempunyai poin yang serupa dengan perumpamaan sebelumnya yang melibatkan para laki-laki.[3]

Lukisan Hieronymus Francken the Younger (~ 1616) memberikan tafsiran moral bagi perumpamaan sepuluh anak dara.

Dalam perumpamaan ini Yesus Kristus adalah mempelai laki-laki,[1][2] serupa dengan gambaran Perjanjian Lama mengenai Allah sebagai mempelai laki-laki pada Kitab Yeremia (Yeremia 2:2) dan perikop sejenisnya.[1] Peristiwa yang dinantikan adalah Kedatangan Yesus yang kedua kali.[1][2] R. T. France menulis bahwa perumpamaan ini merupakan "suatu peringatan yang ditujukan secara khusus kepada mereka di dalam gereja agar tidak menganggap masa depan mereka terjamin tanpa syarat."[1]

Perumpamaan ini tidak menyalahkan para gadis itu tertidur, karena kedua kelompok mengalami hal yang sama,[4] tetapi menyalahkan mereka yang tidak mempersiapkan diri karena tidak membawa minyak cadangan. Tidak jelas apakah para gadis yang bodoh itu akhirnya berhasil membeli minyak pada malam itu[5] karena kebanyakan toko sudah tutup.[6][7]).

Galeri[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e R. T. France, The Gospel According to Matthew: An introduction and commentary, Eerdmans, 1985, ISBN 0-8028-0063-7, pp. 349-352.
  2. ^ a b c Catholic Encyclopedia: PARABLES.
  3. ^ Pada Injil Lukas pasal 15, perumpamaan domba yang hilang, diikuti oleh perumpamaan dirham yang hilang; sedangkan pada Injil Matius, perumpamaan hamba yang setia diikuti oleh perumpamaan sepuluh anak dara ini.
  4. ^ Ben Witherington, Women in the Ministry of Jesus: A study of Jesus' attitudes to women and their roles as reflected in his earthly life, Cambridge University Press, 1987, ISBN 0-521-34781-5, p. 43.
  5. ^ John R. Donahue, Hearing the Word of God: Reflections on the Sunday Readings: Year A, Liturgical Press, 2004, ISBN 0-8146-2785-4, p. 134: "We never know whether they found it, but when they return, the feast has started and the door is barred."
  6. ^ Craig S. Keener, The Gospel of Matthew: A Socio-Rhetorical Commentary, Eerdmans, 2009, ISBN 0-8028-6498-8, p. 597.
  7. ^ J. Dwight Pentecost, The Parables of Jesus: Lessons in life from the Master Teacher, Kregel Publications, 1998, ISBN 0-8254-3458-0, p. 150.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]