Penyerbuk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lebah, salah satu contoh penyerbuk.

Penyerbuk adalah perantara penyerbukan tanaman.[1] Penyerbukan tanaman merupakan proses pemindahan serbuk sari (polen) dari anther ke stigma (kepala putik), dan perantaranya disebut penyerbuk. Penyerbuk dibagi menjadi dua yaitu penyerbuk abiotik seperti angin dan air, serta penyerbuk biotik yang terdiri dari berbagai jenis hewan.[1] Penyerbuk biotik seperti serangga, kupu-kupu, dll dapat mendatangi suatu tanaman karena umumnya tanaman tersebut memiliki mantel luar yang lengket, memiliki warna dan aroma yang menarik perhatian serangga.[1] Agen biotik yang paling banyak terdapat di alam adalah kumbang (Coleoptera) yang dapat membantu 88.3% tanaman berbunga (angiospermae) di seluruh dunia dunia untuk melakukan penyerbukan.[1]

Peran Penyerbuk[sunting | sunting sumber]

Penyerbuk berperan menimdahkan serbuk sari antar bunga, serbuk sari terbawa oleh penyerbuk dan sebagian diantaranya menyentuh kepala putik, terjadinya penyerbukan (pada tanaman buah) menghasilkan produksi buah-buahan dan bibit terbuahi, tanpa peran penyerbuk, hampir semua tanaman di kebun tidak dapat berproduksi. Hampir 90% (< 90%) tumbuhaan berbunga bergantung pada penyerbuk biotik dan 10% lainnya abiotik [2] (dengan pengecualian tanaman yang mampu melakukan Penyerbukan sendiri). Saat hewan bersentuhan dengan bunga, diharapkan ada sebagian tepung sari (polen) yang menempel pada tubuhnya dan akan ditransfer ke kepala putik. Di dalam hutan dan habitat alami lainnya, penyerbuk dibutuhkan untuk membantu produksi buah dan biji.[3] dan ada sekitar 1000 tanaman konsumsi (kebun pribadi maupun komersial) memerlukan peran penyerbuk untuk memproduksinya.[2]

Penyerbuk Abiotik[sunting | sunting sumber]

Penyerbuk abiotik merupakan sebutan dari penyerbuk tanpa keterlibatan organisme, seperti angin, dan air.

Penyerbuk Biotik[sunting | sunting sumber]

Penyerbuk Biotik merupakan sebutan dari Organisme yg membantu proses penyerbukan. Saat hewan bersentuhan dengan bunga, diharapkan ada sebagian tepung sari (polen) yang menempel pada tubuhnya dan akan ditransfer ke kepala putik (secara tidak sengaja).[1] Beberapa jenis serangga tertentu juga memiliki kotak polen pada kaki belakang yang berfungsi untuk mengangkut polen.[1], Di alam liar ada sekitar 200.000 jenis hewan penyerbuk, yang sebagian besar adalah serangga dan 1000 diantaranya vertebrata, mamalia, dan lainnya.[2][4]

Lebah[sunting | sunting sumber]

Aneka jenis Lebah merupakan hewan serangga penyerbuk yang paling sering dikenal. Kebanyakan lebah mengumpulkan nektar dan serbuk sari (makanan berprotein tinggi) untuk menyediakan makanan untuk keturunannya,[5][6] namun proses mengumpulkan makanan ini secara tidak sengaja membantu proses penyerbukan dan menjadikan hewan ini menjadi hewan penyerbuk.[7]

Lebah madu, merupakan jenis lebah sosial dengan jumlah koloni yang mencapai puluhan ribu di setiap koloninya,[8][9] dan setiap lebah pekerja hinggap dari bunga ke bunga lainnya, sehingga membantu proses penyerbukan secara masif. Lebah madu di alam dan di perkebunan berperan penting sebagai serangga penyerbuk utama.[10]

Serangga Lainnya[sunting | sunting sumber]

Vanessa kershawi menjulurkan belalainnya yang panjang ketika mencari makanan. Kupu-Kupu dikenal sebagai hewan penyerbuk, tetapi tidak seefektif lebah.

Banyak serangga selain lebah melakukan penyerbukan dengan mengunjungi bunga untuk nektar atau serbuk sari. Lepidoptera (kupu-kupu dan ngengat) juga menyerbuki tanaman.[11] Namun keduanya bukan penyerbuk utama di perkebunan komersial, mengingat ulat (larva kupu-kupu) merupakan hewan parasit.

Semut juga menjadi penyerbuk pada beberapa jenis bunga dalam kuantitas yang sangat sedikit, tetapi sebagian besar semut cenderung parasit, dan mengambil nektar tanpa memindahkan sejumlah serbuk sari yg berarti ke kepala putik, sebagian lagi menghisap cairan pada batang tanaman cabai (semut hitam).

Vertebrata[sunting | sunting sumber]

Beberapa spesies kelelawar buah [4] berperan penting menjadi penyerbuk sebagian jenis bunga di daerah tropis. Spesies burung pemakan madu juga sangat berperan sebagai penyerbuk biotik, terutama Burung kolibri dan penghisap madu, ketika burung-burung tersebut menghisap madu dari bunga ke bunga, paruh dan kepakan sayap turut membantu proses penyerbukan.[12] Vertebrata lainnya seperti monyet, lemur, posum, hewan pengerat dan kadal tercatat juga menyerbukkan sebagian tumbuhan.[13]

Manusia[sunting | sunting sumber]

Seorang pemulia tanaman sedang melakukan persilangan pada tanaman cabai

Manusiapun juga dapat menjadi penyerbuk dengan memberikan bantuan dalam penyerbukan, tetapi petani harus mengetahui cara dan waktu terbaik saat melakukan penyerbukan, varietas tanaman yang penyerbukannya butuh dibantu manusia seperti penyerbukan pada bunga buah naga,[14] vanili, dan beberapa komoditas dalam rumah kaca tertutup.

Penyerbukan tidak hanya dilakukan kepada tanaman yang butuh bantuan tangan, juga dilakukan (kepada tanaman lain) dengan tujuan tertentu, semisal mencegah penyerbukan silang (yang tidak diinginkan), juga untuk memproduksi varietas hibrida dengan dibantu penyerbukan silang.[15]

Lihat Pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f (Indonesia) Noor Khomsah Kartikawati. "Polinator pada Tanaman Kayu Putih". Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta. Diakses tanggal 22 Mei 2010. 
  2. ^ a b c "US Forest Department: Pollinator Factsheet" (PDF). Diakses tanggal 2014-04-18. 
  3. ^ (Inggris) "Trees, Pollinators, and Responsible Pesticide Use for Minnesota's Woodlands".  Teks "url http://www.pollinator.org/Resources/MinnBroch.final.pdf " akan diabaikan (bantuan);
  4. ^ a b (Inggris) Abrol, Dharam P. (2012). Non Bee Pollinators-Plant Interaction. Pollination Biology. Chapter 9. hlm. 265–310. doi:10.1007/978-94-007-1942-2_9. ISBN 978-94-007-1941-5. 
  5. ^ (Inggris) Brodschneider, Robert; Crailsheim, Karl (2010-05-01). "Nutrition and health in honey bees". Apidologie (dalam bahasa Inggris). 41 (3): 278–294. doi:10.1051/apido/2010012. ISSN 0044-8435. 
  6. ^ (Inggris) Michener, Charles D. (2000). The Bees of the World. Johns Hopkins University Press. hlm. 19–25. ISBN 0-8018--6133-0. 
  7. ^ "Morphology of a honeybee: worker". Visual Dictionary, QA International. 2017. Diakses tanggal 18 May 2017. 
  8. ^ "Getting Started: Honey Bee Biology". University of Georgia College of Agricultural and Environmental Sciences. 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-24. Diakses tanggal 18 May 2017. 
  9. ^ "Worker, drone and queen bees". PerfectBee LLC. 2017. Diakses tanggal 18 May 2017. 
  10. ^ "List of foods reliant on bee pollination". honeylove.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-23. Diakses tanggal 23 November 2018. 
  11. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-23. Diakses tanggal 2014-11-24. 
  12. ^ (Inggris) Rodríguez-Gironés, Miguel A.; Santamaría, Luis (2004). "Why are so many bird flowers red?". PLoS Biology. 2 (10): e306. doi:10.1371/journal.pbio.0020350. PMC 521733alt=Dapat diakses gratis. PMID 15486585. 
  13. ^ (Inggris) Olesen, J. M. & A. Valido. 2003. Lizards as pollinators and seed dispersers: an island phenomenon. Trends in Ecology and Evolution 18: 177-181.
  14. ^ (Indonesia) Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. "PENYERBUKAN MANUAL BUAH NAGA, BP4KKP POLMAN". Situs resmi Departemen Pertanian. Diakses tanggal 2014.  [pranala nonaktif permanen]
  15. ^ (Inggris) Rai, Nagendra; Rai, Mathura (2006). Heterosis breeding in vegetable crops. New India Publishing. ISBN 978-81-89422-03-5. Diakses tanggal July 5, 2011. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Sprengel, C K. Das entdeckte Geheimnis der Natur im Bau und in der Befruchtung der Blumen. Berlin, 1793.
  • Fægri, K, and L. van der Pijl. The Principles of Pollination Ecology. New York: Pergamon Press, 1979.
  • Percival, Mary S. Floral Biology. New York: Pergamon Press, 1965.
  • Real, Leslie. Pollination Biology. New York: Academic Press, 1983.
  • Sihag, R.C. Pollination Biology: Environmental Factors and Pollination. Hisar: Rajendra Scientific Publishers,1995.
  • Sihag, R.C. Pollination Biology: Pollination, Plant Reproduction and Crop Seed Production. Hisar: Rajendra Scientific Publishers, 1995.
  • Sihag, R.C. Pollination Biology: Basic and Applied Principles. Hisar: Rajendra Scientific Publishers, 1997.
  • D’Amico G., Groppali R. & D’Amico N., 2011. Farfalle diurne pronube e fioriture nettarifere: segnalazioni per la Val Padana interna e indicazioni di profilo conservazionistico (Lepidoptera Hesperioidea, Papilionoidea). Bollettino della Società entomologica Italiana, 143 (3): 111-136.
  • Bertoglio R., Boni U., Camerini G., D’Amico G. & Groppali R., 2011. Il “Villaggio degli Insetti”: uno strumento per la didattica naturalistica. Biologi Italiani, XLI: 29-34.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]