Penyakit degeneratif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Penyakit degeneratif adalah penyakit tidak menular yang terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh dan penuaan. Penyebab penyakit degeneratif yang utama adalah pola makan yang tidak sehat. Teori yang berkaitan dengan penyakit degeneratif adalah radikal bebas dan hambatan pertumbuhan. Beberapa jenis penyakit degeneratif yaitu tekanan darah tinggi, kegemukan, diabetes melitus, kanker dan penyakit kardiovaskular.

Penyakit degeneratif memiliki faktor-faktor penyebab yang dapat diubah maupun tidak dapat diubah. Prevalensi penyakit degeneratif meningkat seiring pertambahan usia. Angka prevalensi meningkat pada pasien yang sering menghirup gas buang kendaraan. Penurunan angka prevalensi dapat dilakukan dengan konsultasi gizi. Pencegahan terhadap penyakit degeneratif melalui pemeriksaan kondisi kesehatan, gaya hidup sehat dan promosi kesehatan.

Penyakit degeneratif merupakan penyebab kematian terbesar di dunia hingga tahun 2010. Negara-negara yang memiliki banyak penderita penyakit degeneratif adalah negara-negara berkembang khususnya penduduk di kota-kota besar di Asia Tenggara. Selain itu, peningkatan kasus penyakit degeneratif telah meningkatkan produksi bahan baku obat kimia di berbagai negara di dunia khususnya di benua Amerika, Eropa dan Asia. Pengobatan penyakit degeneratif dapat melalui pengobatan alami maupun modern. Diagnosis dan pengobatan generatif telah diterapkan salah satunya di Korea Selatan.

Ciri utama[sunting | sunting sumber]

Penyakit degeneratif termasuk kategori penyakit tidak menular.[1] Munculnya penyakit degeneratif bersamaan dengan proses penuaan.[2] Proses timbulnya berlangsung secara kronis.[3] Ciri utama penyakit degeneratif adalah adanya degenerasi. Proses ini ditandai dengan perubahan kondisi dari keadaan yang baik menjadi buruk pada struktur dan fungsi organ tubuh.[4] Penyakit degeneratif juga dikategorikan dalam tipe artritis yang paling sering diderita di dunia.[5]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Pola makan yang tidak sehat[sunting | sunting sumber]

Timbulnya penyakit degeneratif memiliki keterkaitan dengan jenis makanan yang dikonsumsi.[6] Pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif adalah pola makan yang serba makanan siap saji. Di dalam makanan siap saji terdapat banyak bahan pengawet, pewarna makanan dan penyedap rasa. Bahan-bahan ini mengandung banyak lemak, protein, gula dan garam. Namun hanya sedikit mengandung serat. Pola makan serba makanan siap saji ini merupakan pola makan yang tidak sehat. Penyakit degeneratif ditimbulkan karenanya, seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, penyakit jantung koroner, kelumpuhan, penyakit asam urat, kolesterol tinggi, kegemukan dan kanker.[7]

Teknologi pangan turut meningkatkan perubahan pola makan masyarakat yang menimbulkan penyakit degeneratif. Perubahan konsumsi ini berupa peralihan makanan rebusan menjadi makanan gorengan. Makanan gorengan dibuat menggunakan minyak goreng. Sebagian besar rumah tangga menggunakan minyak jelantah yang dapat digunakan berulang kali. Penyakit degeneratif dapat timbul karena di dalam minyak goreng telah terjadi pemutusan rantai karbon. Pemutusan rantai karbon akibat dari suhu panas dan meningkatkan angka peroksida di dalam minyak goreng.[8]

Penyakit generatif juga timbul akibat konsumsi makanan yang berlebihan.[9] Perubahan pola konsumsi selain meningkatkan degenerasi pada tubuh juga menyebabkan gangguan metabolisme.[10]

Gaya hidup tidak sehat[sunting | sunting sumber]

Penyakit degeneratif dapat terjadi di lingkungan hidup dari masyarakat modern khususnya yang hidup di kawasan perkotaan. Ini karena adanya pencemaran air dan pencemaran udara. Ditambah lagi kebiasaan merokok, meminum minuman keras dan memakan makanan sintesis. Hal-hal tersebut menyebabkan kondisi nutrisi yang cenderung berlebihan.[11] Permasalahan gizi ini kemudian menimbulkan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, penyakit hati, tekanan darah tinggi dan diabetes melitus.[12] Perubahan ke gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan risiko terkena penyakit degeneratif.[13]

Teori[sunting | sunting sumber]

Teori radikal bebas[sunting | sunting sumber]

Radikal bebas merupakan sebuah teori. Dalam teori ini, elemen atau molekul mengalami pengurangan elektron. Pengurangannya sebanyak satu atau lebih elektron. Posisi elektron yang berkurang kemudian akan digantikan dengan elektron lain melalui pencarian. Kondisi kehilangan elektron dan penggantiannya bersifat tidak stabil dan sangat reaktif. Dampaknya, sel-sel hidup akan mengalami kerusakan. Penyakit degeneratif akan terjadi setelah jangka waktu yang lama karena fungsi sel tidak lagi optimal.[14]

Tubuh yang mengalami kerusakan oksidatif pada tingkatan biomolekul akan mulai mengalami penyakit degeneratif.[15] Radikal bebas berperan dalam mempercepat penyakit degeneratif.[16] Jenis penyakit yang ditimbulkan oleh radikal bebas salah satunya adalah diabetes melitus.[17]

Hambatan pertumbuhan[sunting | sunting sumber]

Risiko mengalami penyakit degeneratif terdapat pada usia balita.[18] Masa pertumbuhan anak yang tercepat adalah pada usia 0–2 tahun. Bila malnutrisi terjadi pada masa ini, anak akan mengalami hambatan pertumbuhan yang bersifat menetap di masa depan.[19] Risiko jangka panjang pada hambatan pertumbuhan adalah timbulnya penyakit degeneratif pada usia dewasa.[20] Peningkatan risiko terkena penyakit degeneratif di masa depan ebih tinggi pada anak balita yang mengalami hambatan pertumbuhan.[21]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Penyakit degeneratif jenisnya bermacam-macam. Sasaran utama dari penyakit degeneratif adalah organ tubuh. Hampir semua jenis organ dapat mengalami penyakit generatif. Prevalensi penyakit degeneratif yang paling banyak adalah diabetes melitus, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, dan penyakit serebrovaskular.[14]

Tekanan darah tinggi[sunting | sunting sumber]

Tekanan darah tinggi merupakan jenis penyakit degeneratif yang dikenal sebagai "pembunuh diam-diam". Istilah tersebut diberikan karena banyak pasien yang menderita tekanan darah tinggi tetapi tidak menyadarinya.[22] Hipertensi merupakan penyakit yang umum diderita oleh orang lanjut usia.[23]

Kegemukan[sunting | sunting sumber]

Kegemukan merupakan jenis penyakit degeneratif yang terjadi akibat pola konsumsi. Penderita obesitas umumnya kurang mengonsumsi buah dan sayur.[24] Risiko mengalami kegemukan sebagai penyakit degeneratif lebih tinggi pada balita yang mengalami hambatan pertumbuhan tubuh.[25] Risiko ini meningkat pada masa depan bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan tubuh.[26] Kegemukan juga terjadi akibat kelebihan zat gizi. Penderita kegemukan akibat kelebihan zat gizi akan memiliki kerentanan terhadap penyakit degeneratif lainnya seperti diabetes melitus, aterosklerosis dan sakit jantung.[27]

Diabetes melitus[sunting | sunting sumber]

Diabetes melitus merupakan jenis penyakit degeneratif yang menjadi permasalahan serius bagi masyarakat di berbagai negara di dunia. Penyakit ini dikaitkan dengan pola makan yang tidak teratur.[28]

Kanker[sunting | sunting sumber]

Kanker merupakan jenis penyakit degeneratif yang terjadi karena adanya karsinogen aktif yang reaktif di dalam tubuh. Karsinogen ini menyerang kelompok nukleofilik dalam asam deoksiribonukleat, asam ribonukleat dan protein. Hasil penyerangan ini menimbulkan mutasi yang memicu kanker.[29]

Penyakit kardiovaskular[sunting | sunting sumber]

Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit degeneratif yang penyebabnya berkaitan dengan sel endotelal dan makrofag. Proses terjadinya penyakit kardiovaskular akibat mekanisma patogenesis dan komplikasi secara biomolekular.[30]

Prevalensi[sunting | sunting sumber]

Prevalensi penyakit degeneratif secara progresif dipengaruhi oleh pertambahan usia. Dua di antaranya adalah penyakit jantung koroner dan osteoartritis.[31] Angka prevalensi penyakit degeneratif dapat diturunkan melalui kegiatan konsultasi gizi.[32] Kematian dengan risiko yang lebih tinggi juga dialami oleh penderita penyakit degeneratif yang terpapar gas buang kendaraan.[33]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Pengenalan tanda dan gejala penyakit[sunting | sunting sumber]

Penyakit degeneratif merupakan salah satu jenis penyakit yang menyebabkan kematian tetapi dapat dicegah.[34] Peningkatan timbulnya penyakit di usia muda dapat dicegah dengan pengenalan tanda dan gejala penyakit degeneratif. Masyarakat dengan usia lebih dari 15 tahun harus memiliki pengetahuan akan tanda dan gejala penyakit degeneratif dan melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan. Penandaan dini untuk penyakit degeneratif adalah pemeriksaan tekanan darah dan gula darah.[35]

Perubahan gaya hidup[sunting | sunting sumber]

Pencegahan penyakit degeneratif dilakukan melalui perubahan gaya hidup. Tiga hal yang berkaitan dengan perubahan gaya hidup adalah diet, kegiatan fisik dan perubahan kebiasaan. Perubahan gaya hidup diawali dengan pembuatan catatan tentang hal apa saja yang perlu diubah.[36]

Promosi kesehatan[sunting | sunting sumber]

Keberadaan pandangan mengenai kesehatan menjadi penting ketika transisi epidemiologi telah berubah dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif.[37] Penyakit degeneratif kronik merupakan penyebab kematian terbesar bagi para pekerja di usia prima. Jumlah kematiannya lebih banyak dibandingkan dengan kematian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja maupun penyakit menular. Organisasi Kesehatan Dunia mengemukakan bahwa promosi kesehatan kerja dapat mencegah penyakit degeneratif kronik. Beberapa penyakit yang dapat dicegah yaitu penyakit jantung koroner, kelumpuhan, kanker, dan penyakit paru obstruksi kronik.[38]

Diagnosis dan pengobatan[sunting | sunting sumber]

Pengobatan alami[sunting | sunting sumber]

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang tidak disebabkan oleh infeksi. Karena itu, jenis diagnosis yang diterapkan adalah diagnosis molekuler.[39] Pencegahan radikal bebas yang menyebabkan penyakit degeneratif dilakukan melalui pemberian makanan fungsional.[40] Penyakit degeneratif dapat terhambat prosesnya oleh antioksidan alami di dalam tubuh.[41] Antioksidan untuk oengobatan penyakit degeneratif juga diperoleh dari ules. Perannya adalah menghambat perkembangan radikal bebas.[42]

Beberapa penyakit degeneratif juga dapat diobat menggunakan buah mengkudu, seperti diabetes melitus, kanker dan kelumpuhan. Buah mengkudu berperan sebagai obat herbal.[43] Jenis bahan makanan lain yang dapat mencegah berbagai penyakit degeneratif adalah tempe.[44]

Pengobatan modern[sunting | sunting sumber]

Pengobatan degeneratif telah dikembangkan dengan kemajuan yang pesat oleh Korea Selatan. Negara ini mampu memproduksi sel punca yang mampu menggantikan sel yang rusak dalam terapi regeneratif.[45] Sementara itu, penelitian untuk pengobatan bagi penyakit degeneratif memerlukan biaya yang mahal. Karena penelitian untuk menemukan obat baru memerlukan biaya inovasi yang banyak. Perusahaan farmasi harus memberikan investasi yang besar hingga obat tersebut berhasil diperdagangkan di pasar farmasi.[46]

Dampak global[sunting | sunting sumber]

Kematian skala global[sunting | sunting sumber]

Pada era globalisasi, terjadi pergeseran kasus-kasus penyakit. Sebelumnya, kasus penyakit lebih banyak dari kasus penyakit menular. Namun, kemudian kasus-kasusnya lebih banyak ke penyakit tidak menular, khususnya penyakit degeneratif.[47] Seluruh negara di dunia mengalami permasalahan akibat penyakit degeneratif.[48] Di Asia Tenggara, penyakit degeneratif merupakan penyebab kematian yang terbesar. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia, angka kematian di Asia Tenggara pada tahun 2008 mencapai sekitar 14,5 juta orang. Sebanyak 7,9 juta orang atau 55% kematian tersebut akibat penyakit degeneratif.[49] Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia, penyakit generatif tidak lagi terjadi di negara-negara maju. Penyakit degeneratif sebagian besar terjadi di negara miskin pada penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun.[50]

Penyakit degeneratif menjadi penyebab kematian terbesar di dunia hingga tahun 2010. Jumlah kematian lebih awal terjadi hampir mencapai sebanyak 17 juta orang setiap tahun karena epidemi penyakit degeneratif secara global.[51] Pada tahun 2012, sebesar 52% kematian di dunia disebabkan oleh penyakit degeneratif. Sebesar 37% kematian dari nilai tersebut disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, 27% dari kanker atau tumor ganas, 8% dari penyakit saluran pernapasan, dan diabetes melitus sebanyak 4%. Sementara 23% lainnya disebabkan oleh penyakit degeneratif jenis lain.[52]

Jenis penyakit generatif yang paling banyak menyebabkan kematian hingga tahun 2016 adalah tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga menjadi penyebab terbesar atas terjadinya komplikasi penyakit lain di dunia.[53]

Di negara-negara berkembang, jenis penyakit degeneratif yang banyak diderita adalah diabetes melitus. Penderitanya berasal dari kota-kota besar di negara yang mengalami peningkatan kemakmuran. Peningkatan ini berkaitan dengan peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup.[54]

Peningkatan produksi bahan baku obat kimia[sunting | sunting sumber]

Peningkatan pendapatan per kapita dan peningkatan penyakit degeneratif turut meningkatkan kebutuhan pasar akan bahan baku obat kimia. Negara-negara dengan produksi bahan baku obat kimia terbesar di dunia berada di benua Amerika, Eropa dan Asia. Di Asia, dua negara terbesar yang memproduksi bahan baku obat kimia adalah Tiongkok dan India.[55]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM) (PDF). Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2012. hlm. 1. 
  2. ^ Waluyo, E. A., Asmaliyah, dan Suryanto (2015). "Pengetahuan Lokal Masyarakat Suku Daya dan Suku Saling, Sumatera Selatan dalam Pengobatan Penyakit Degeneratif dan Metabolik Berbasis Tumbuhan" (PDF). Seminar Teknologi Perbenihan, Silvikultur dan Kelembagaan dalam Peningkatan Produktivitas Hutan dan Lahan: 237–238. 
  3. ^ Dwisatyadini, Mutimanda (2019). "Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Generatif". Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City (PDF). hlm. 237. 
  4. ^ Harlan, Johan (2018). Ilmu Penyakit Umum (PDF). Depok: Gunadarma. hlm. 4. 
  5. ^ Zaki, Achmad (2013). Buku Saku Osteoarthritis Lutut (PDF). Bandung: Celtics Press. hlm. 17. ISBN 978-602-7889-21-7. 
  6. ^ Mustika, Arifa (2014). Sunarti dan Freitag, H., ed. "Keamanan Penggunaan Ekstrak Etanol Singawalang (Petiveria alliacea)" (PDF). Prosiding Anual Scientific Meeting 2014 -: 46. ISBN 978-602-70556-0-5. 
  7. ^ Sutomo, Budi (2016). 378 Resep Jus & Ramuan Herbal. Depok: PT. Kawan Pustaka. hlm. 5. ISBN 979-757-646-9. 
  8. ^ Thadeus, M. S., dkk. (2021). "Penyuluhan Kegunaan Minyak Goreng yang Sehat untuk Penyakit Diabetes Melitus pada Ibu Rumah Tangga di Perumahan Komplek Karyawan UPN Depok". Suluh: Jurnal Abdimas. 2 (2): 146. ISSN 2686-1127. 
  9. ^ Santoso, Urip. Katuk, Tumbuhan Multi Khasiat (PDF). Bengkulu: Badan Penerbit Fakultas Pertanian (BPFP) Universitas Bengkulu. hlm. 3. ISBN 978-602-9071-12-2. 
  10. ^ Kasim, V. N. A., dan Yusuf, Z. K. (2020). Tumbuhan Obat Berbasis Penyakit (PDF). Gorontalo: CV. Athra Samudra. hlm. 10. ISBN 978-623-90823-8-3. 
  11. ^ Kasmini H, Oktia Woro (2018). Lingkungan, Penyakit dan Status Gizi (PDF). Semarang: Unnes Press. hlm. 3–4. ISBN 978-602-285-146-2. 
  12. ^ Purwanto, T. S., Handayani, T. E., dan Rahayu, T. P. (2019). Surtinah, Nani, ed. Modul Ajar Gizi Ibu dan Anak Jilid 1 (PDF). Surabaya: Prodi Kebidanan Magetan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya. hlm. 11. ISBN 978-623-91627-2-6. 
  13. ^ Siswanto, dkk., ed. (2020). Bunga Rampai Kinerja Pembangunan Kesehatan di Indonesia: Tantangan, Masalah, dan Solusi (PDF). Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan. hlm. 06. ISBN 978-602-373-179-4. 
  14. ^ a b Sutrisna, Em (31 Maret 2013). "Penyakit Degeneratif". Seminar Nasional Preventif Penyakit Degeneratif dengan Pola Hidup ala Rasulullah Saw.: 1. 
  15. ^ Palupi, K. D., dkk. (2020). Panggabean, A. S., dan Hindryawati, N., ed. "Aktivitas Antioksidan Ekstrak Tumbuhan Elaeocarpus ovalis dari Enggano" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA UNMUL 2020 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman: 55–56. ISBN 978-602-50942-3-1. 
  16. ^ Tandi, J., dkk. (2019). Ladeska, V., dkk., ed. "Uji Potensi Nefroterapi Ekstrak Etanol, Seduhan Simplisia dan Jus Umbi Bawang Hutan (Eleutherine bulbosa (Mill) Urb.) terhadap Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Diabetes Melitus" (PDF). Prosiding POKJANAS TOI Ke 57: 166. 
  17. ^ Laboko, A., dan Nurhafsah (2021). Mutu Komponen Aktif Minuman Instan Kakao dengan Penambahan Curcuma Xanthorriza Roxb (PDF). Boalemo: Penerbit CV. Cahaya Arsh Publisher & Printing. hlm. 53. ISBN 978-623-97360-1-9. 
  18. ^ "Hubungan antara Status Gizi Stunting dan Perkembangan Balita usia 12-59 Bulan". Prosiding Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat: 72. ISBN 978-602-50798-0-1. 
  19. ^ Candra, Aryu (2020). Epidemiologi Stunting (PDF). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. hlm. 13. 
  20. ^ Siswati, Tri (2018). Kusnanto, H., dan Sudargo, T., ed. Stunting (PDF). Sleman: Husada Mandiri dan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta. hlm. 2. 
  21. ^ Flora, Rostika (2021). Stunting dalam Kajian Molekuler (PDF). Palembang: UPT. Penerbit dan Percetakan Universitas Sriwijaya. hlm. 2. ISBN 978-979-587-954-1. 
  22. ^ Setiyorini, E., dan Wulandari, N. A. (2018). Asuhan Keperawatan Lanjut Usia dengan Penyakit Degeneratif (PDF). Malang: Media Nusa Creative. hlm. 25. ISBN 978-602-462-010-3. 
  23. ^ Israyati, N., Ardhiyanti, Y., dan Triana, A. (2020). "Penyuluhan tentang Hipertensi pada Lansia dan Pelatihan Senam Lansia". Prosiding Seminar Nasional Kesehatan 2020: Peluang dan Tantangan Bidan dalam Sinergitas Pelayanan Kebidanan. 1 (2): 100. doi:10.25311/prosiding.Vol1.Iss2.93. 
  24. ^ Prastikaningrum, Y. P., Nuryati, E., dan Yulianto, A. (2020). "Konsumsi Buah dan Sayur Meningkatkan Fungsi Kognitif pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Pringsewu" (PDF). Proceedings The 1st UMYGrace 2020: 26. ISBN 978-623-7054-44-3. 
  25. ^ Pitriani, S., dkk. (2020). "Sosialisasi Pencegahan Stunting Dengan Kenali Penyebabnya Di Desa Suka Mulya". Prosiding Seminar Nasional Kesehatan 2020: Peluang dan Tantangan Bidan dalam Meningkatkan Sinergitas Pelayanan Kepribadian. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru: 40. 
  26. ^ Simbolon, D., dkk. (2019). Idris, H., dkk., ed. "Dampak Pernikahan dan Kehamilan Usia Remaja dengan Kejadian Stunting pada Balita Indonesia" (PDF). Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat 2019: 75–76. ISBN 978-979-587-843-8. 
  27. ^ Ferial, Eddyman W. (2016). "Kajian Infertilitas Pria dan Usaha Penanganannya". Prosiding Seminar Nasional from Basic Science to Comprehensive Education. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar: 78. ISBN 978-602-72245-1-3. 
  28. ^ Susanti dan Bistara, D. N. (2018). "Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus" (PDF). Jurnal Kesehatan Vokasional. 3 (1): 30. ISSN 2541-0644. 
  29. ^ Arifianti, R., Widiastuti, E. L., dan Cahyani, E. N. (2018). "Efek Ekstrak Metanol Makroalga Merah (Eucheuma cottonii), Gambir Laut (Clerodendrum inerme), dan Taurin Terhadap Profil Protein Plasma Darah Mencit Jantan (Mus musculus L.) yang Diinduksi Senyawa Karsinogen Benzo (α) Piren" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia ke-55. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat-Penjaminan Mutu Pendidikan (LPPM-PMP) Universitas Tidar: 2. 
  30. ^ Pramono, A., dan Hidayati, T. (2016). Laporan Kemajuan Penelitian Hibah Bersaing: Pengaruh Minyak Biji Jinten Hitam (MBJH) sebagai Agen Antiaging pada Penyakit Degeneratif (PDF). Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. hlm. 5. 
  31. ^ Suantara, I. M. R., dan Suiraoka, I. P. (2018). Nugroho, Heru Santoso Wahito, ed. Epidemiologi Gizi (PDF). Ponorogo: Penerbit Forum Ilmiah Kesehata. hlm. 18. ISBN 978-602-1081-66-2. 
  32. ^ Iqbal, M., dan Husin (2017). "Perancangan dan Implementasi Konsultasi Gizi Online Berbasis Web" (PDF). Seminar Nasional Hasil Penelitian 2017: 117. ISBN 978-602-14917-5-1. 
  33. ^ Susilawaty, A., dkk. (2022). Watrianthos, R., dan Simarmata, J., ed. Pengendalian Penyakit Berbasis Lingkungan (PDF). Yayasan Kita Menulis. hlm. 50. ISBN 978-623-342-450-9. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-12-01. Diakses tanggal 2022-12-01. 
  34. ^ Abdurachman, dkk. (2017). Abdurachman, ed. Indahnya Seirama: Kinesiologi dalam Anatomi (PDF). Malang: Inteligensia Media. hlm. 13. ISBN 978-602-6874-58-0. 
  35. ^ Fandinata, S. S. dan Ernawati, I. (2020). Reny H., Nuria, ed. Management Terapi pada Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegah dan Mengatasi Penyakit Degeneratif (Diabates Mellitus dan Hipertensi) (PDF). Gresik: Granit. hlm. 96. ISBN 978-602-5811-74-6. 
  36. ^ Suiraoka, IP. (2012). 9 Penyakit Degeneratif dari Perspektif Preventif: Mengenal, Mencegah dan Mengurangi Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif (PDF). Yogyakarta: Nuha Medika. hlm. 103. 
  37. ^ Muzdalia, I., dkk. (2022). Burchanuddin, A., ed. Belajar Promosi Kesehatan (PDF). Bandung: Eksismedia Grafisindo. hlm. 18. ISBN 978-623-6754-53-5. 
  38. ^ Sujoso, Anita Dewi Prahastuti (2012). Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jember: Jember University Press. hlm. 47. ISBN 978-602-9030-39-6. 
  39. ^ Joegijantoro, Rudy (2019). Penyakit Infeksi (PDF). Malang: Intimedia. hlm. 20. 
  40. ^ Winarti, Sri (2010). Makanan Fungsional (PDF). Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. v. ISBN 978-979-756-645-6. 
  41. ^ Larasati, D., dkk. (2019). "Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) Terhadap Populasi Sel Spermatogenik, Diameter dan Tebal Epitel Tubulus Seminiferus Mencit (Mus musculus L.) yang Diinduksi Aloksan" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV: 149. ISBN 978-623-93052-0-8. 
  42. ^ Umroni, A., dkk. (2016). "Aspek Ekologi Kayu Ules (Helicretes Isora L.) Sebagai Tanaman Obat di Desa Bonen: Penyangga Cagar Alam Mutis Kabupaten Timor Tengah Selatan" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Bidoversitas Savana di Nusa Tenggara. Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang: 35. ISBN 978-602-73683-1-6. 
  43. ^ Yulistiani, R., dkk., ed. (2020). "Kesukaan Konsumen Terhadap Mutu Sari Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Pangan Fungsiona" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan 2020: Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Sebagai Sumber Pangan Fungsional: 42. ISBN 978-623-93261-6-6. ISSN 2541-5271. 
  44. ^ Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia Cabang Malang (2021). Estiasih, T., dan Hidayat, N., ed. Bunga Rampai Makanan Khas Malang Seri 1 (PDF). Malang: Penerbit FTP UB Press. hlm. 06. ISBN 978-623-96387-8-8. 
  45. ^ Adiarso, dkk., ed. (2018). Outlook Teknologi Kesehatan 2018: Inisiatif Pengembangan Teknologi dan Industri Biofarmasi. Tangerang Selatan: Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. hlm. 80. ISBN 978-602-1328-07-1. 
  46. ^ Adiarso, dkk., ed. (2020). Outlook Teknologi Kesehatan 2020: Inisiatif Penguatan Rantai Pasok Bahan Baku Obat. Jakarta: Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. hlm. 73. ISBN 978-602-1328-15-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-10. Diakses tanggal 2022-12-01. 
  47. ^ Millah, A. L. E., dkk. (2019). "Potensi Ekstrak Bunga Lawang (Illicium verum) Terhadap Kadar Gula Darah Mencit" (PDF). Prosiding Nasional Rapat Kerja Nasional V Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Laboratorium Medik Indoneisa (AIPTLMI). Unimus Press: 53. ISBN 978-602-5614-75-0. 
  48. ^ Nursalam, dkk. (2016). "Efek Mie Pisang dan Sukun Terhadap Glukosa Darah Sewaktu" (PDF). Jurnal Ners. 11 (2): 246. [pranala nonaktif permanen]
  49. ^ Usman dan Putra, A. D. (2020). "Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat Daun dan Kulit Batang Mangrove Rhizopora mucronata". Prosiding Seminar Nasional Kimia Berwawasan Lingkungan 2020 Jurusan Kimia FMIPA UNMUL: 104. ISBN 978-602-50942-4-8. 
  50. ^ Nugrohowatia, N., Purwanib, L. E., dan Koesoemoa, G. S. (2018). "Penyelesaian masalah kesehatan dalam keluarga dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo Kota Depok, Jawa Barat". Prosiding Seminar Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. 1 (1): 3. ISBN 978-602-73114-4-2. 
  51. ^ Handajani, A., Roosihermiatie, B., dan Maryani, H. (2010). "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian pada Penyakit Degeneratif di Indonesia". Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 13 (1): 42. 
  52. ^ Triandita, N., dan Putri, N. E. (2019). "Peranan Kedelai dalam Mengendalikan Penyakit Degeneratif". Teknologi Pengolahan Pertanian. 1 (1): 7. 
  53. ^ Rochmawati, Erna (2019). "Pencegahan Penyakit Degeneratif Melalui Gerakan Sehat Berbasis Masjid (REHATSIMAS)" (PDF). Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat. 3 (2): 266. ISSN 2549-8347. 
  54. ^ Decroli, Eva (2019). Kam, A., dkk., ed. Diabetes Melitus Tipe 2 (PDF). Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. hlm. 2–3. ISBN 978-602-1332-25-2. 
  55. ^ Sumaryono, W., Dewi, E. L., dan Paryanto, I., ed. (2016). Outlook Teknologi Kesehatan: Teknologi untuk Industri Farmasi dan Alat Kesehatan Nasional Proyeksi 2035. Tangeranga Selatan: Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. hlm. 28.