Pakan perikanan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pakan perikanan adalah pakan yang digunakan untuk memberikan nutrisi bagi ikan, udang, dan hewan air lainnya yang dipelihara oleh manusia, secara komersial maupun tidak. Pakan ikan dibuat dalam berbagai bentuk, seperti pelet, butiran, dan konsentrat untuk memudahkan pemberian pakan.

Pakan ikan[sunting | sunting sumber]

Ikan yang baru menetas dari telur (bibit ikan), pertama akan menyerap nutrisi dari kuning telur yang masih menempel di tubuhnya. Setelah habis, bibit ikan siap untuk memakan pakan yang disediakan oleh manusia. Bibit dari beberapa jenis ikan yang dipelihara hanya memakan mangsa yang masih hidup, terutama ikan yang tidak memangsa fitoplankton dan zooplankton di habitat aslinya.[1] Eksperimen pertama untuk menentukan nutrisi yang tepat bagi ikan karnivora pertama kali dilakukan oleh John Hanson pada tahun 1950an untuk memberi makan ikan trout yang dibudidayakan. Sebelumnya, ikan ini diberikan potongan daging kuda yang dicincang. Hasil eksperimen telah menghasilkan pakan yang mampu mengefisiensikan produksi ikan.[2]

Umumnya ada dua komponen utama yang menjadi bahan baku pakan ikan, yaitu tepung ikan dan minyak ikan, yang keduanya merupakan produk samping dari pemrosesan ikan dan tidak layak dikonsumsi oleh manusia. Minyak ikan mengandung asam lemak yang bermanfaat untuk pertumbuhan ikan dan sesuai dengan nutrisi yang diterima ikan di habitat aslinya, terutama bagi budi daya ikan laut. Tepung dan minyak ikan juga mengandung cukup vitamin dan mineral.[3][4][5][6]

Pakan udang[sunting | sunting sumber]

Makanan udang merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan guna menunjang keberhasilan dalam usaha budidaya udang.

Pakan udang merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan budidaya udang.[7] Udang merupakan salah satu jenis binatang yang cukup potensial untuk dibudidayakan sebagai usaha.[7] Untuk menunjang keberhasilan dalam membudidayakan udang ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti makanan udang.[7][8] Makanan udang menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya udang.[7] Untuk mencapai keberhasilan dalam membudidayakan udang ada beberapa hal yang harus diperhatikan secara khusus dalam mengelola atau memberikan makanan udang yaitu seperti memperhatikan aspek kimia dalam hal seperti memperhatikan kandungan nutrisi makanan yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.[7] Kemudian selanjututnya yaitu aspek fisik makanan seperti bentuk dan ukurana makanan.[7] Selanjutnya yang ketiga yang perlu diperhatikan yaitu aspek biologi seperti yaitu aspek perbandingan jumlah makanan yang dikomsumsi dengan kemampuan makanan yang dikomsumsi dapat meningkatkan berat tubuh udang.[7] Terakhir yaitu aspek ekonomis yaitu kelayakan harga ditinjau dari segi kualitas maupun nilai makanan.[7] Dalam budidaya udang ada beberapa syarat dalam memberikan makanan udang salah satunya makanan udang harus mempunyai aroma yang disukai oleh udang.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "www.fao.org". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-14. Diakses tanggal 2014-09-16. 
  2. ^ Sigler JW and Sigler WF (1986) "History of fish hatchery development in the Great Basin states of Utah and Nevada" The Great Basin Naturalist, 46 (4): 583–594.
  3. ^ "Washington State Department of Health". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-10. Diakses tanggal 2014-09-16. 
  4. ^ "Food Standards Agency, UK". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-07. Diakses tanggal 2014-09-16. 
  5. ^ American Hearts Association
  6. ^ Agence nationale de sécurité sanitaire
  7. ^ a b c d e f g h i Bambang Agus Murtidjo.BUDIDAYA UDANG GALAH, Sistem Monokultur.Penerbit:Kanisius.76-77
  8. ^ Ir. M. Lies Suprapti.Teknologi Pengolahan Pangan ANEKA OLAHAN UDANG.Penerbit:Kanisius.16