Liang Shidu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Liang Shidu (Hanzi: 梁师都, ?-3 Juni 628) adalah seorang pemimpin pemberontakan petani pada akhir Dinasti Sui yang mengangkat senjata melawan Kaisar Yang dari Sui yang tiran. Ia mengangkat dirinya sebagai Kaisar Liang dan menjalin persekutuan dengan suku Tujue Timur (suku Turki pengembara). Dengan bantuan Tujue Timur, ia berhasil menguasai wilayah utara Shaanxi dan barat Mongolia Dalam selama lebih dari satu dekade. Ia adalah rezim separatis terakhir yang masih bertahan setelah Dinasti Tang menaklukan pesaing lainnya dan mempersatukan hampir seluruh Tiongkok. Tahun 628, kekuatan Tujue Timur mulai melemah karena konflik internal dan mereka tidak sanggup lagi melindunginya. Liang pun tidak sanggup bertahan menghadapi serbuan Dinasti Tang, satu persatu bawahannya membelot pada Tang sehingga kekuatannya kian melemah. Akhirnya ia dikhianati oleh sepupunya sendiri, Liang Luoren, yang membunuhnya lalu menyerah pada pemerintah Tang.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Liang Shidu berasal dari keluarga terkemuka di Xiazhou (sekarang Yulin, Shaanxi). Pada masa pemerintahan Kaisar Yang, ia menjabat sebagai perwira militer. Sekitar atau sebelum tahun 617, ia mengundurkan diri dari dinas militer dan pulang ke kampung halamannya yang telah diubah menjadi pos militer Shuofang. Saat itu pemberontakan petani meletus di berbagai daerah termasuk di wilayahnya. Liang menghimpun sekelompok orang dan melakukan penyergapan terhadap sekretaris militer Shuofang, Tang Shizong. Ia lalu mengangkat dirinya sebagai perdana menteri agung (大丞相) dan bersekutu dengan Tujue Timur. Ia mengalahkan Jenderal Zhang Shilong dari Sui yang dikirim untuk menumpas pemberontakannya. Setelah itu ia mencaplok beberapa pos militer di sekitarnya seperti Diaoyin (juga di wilayah Yulin), Honghua (sekarang Qinghua, Gansu), dan Yan'an, Shaanxi. Ia menyatakan tunduk pada kepala suku Tujue Timur, Shibi Khan (Ashina Duojishi). Shibi Khan menganugerahinya gelar Dadupiqie Khan dan menyerahkan padanya sebuah panji bergambar kepala serigala yang adalah lambang suku Tujue. Ia banyak membantu pasukan Tujue menduduki wilayah Gurun Ordos. Belakangan Shibi Khan mengubah gelar Liang menjadi Jieshi Khan, walaupun saat itu Liang telah mendeklarasikan berdirinya Dinasti Liang dengan dirinya sebagai kaisar pertama.

Awal pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Liang juga menjalin persekutuan dengan pemimpin pemberontak lain bernama Guo Zihe. Pada tahun 618, Jenderal Li Yuan menyatakan berontak terhadap Kaisar Yang dan memasuki ibu kota Chang’an (sekarang Xi'an, Shaanxi). Li mengangkat Yang You, cucu Kaisar Yang, sebagai Kaisar Gong. Pada kenyataannya Kaisar Gong yang masih muda itu hanya berfungsi sebagai boneka bagi Li. Xue Ju, seorang pemimpin pemberontak yang mengangkat diri sebagai Kaisar Qin, bersekutu dengan Liang dan Tujue Timur untuk selanjutnya berencana menyerang Chang’an. Namun sebelum penyerbuan terlaksana, Li Yuan berhasil membujuk jenderal Tujue, Ashina Duobi (adik Shibi Khan) untuk membatalkan penyerbuan. Pada musim gugur tahun itu, Li Yuan memaksa Kaisar Gong menyerahkan tahta padanya dan mendeklarasikan berdirinya Dinasti Tang dengan dirinya sebagai kaisar pertama. Liang menanggapinya dengan menyerang Lingzhou (sekarang Yinchuan, Ningxia) yang telah menyerah pada Tang, tetapi ia berhasil dipukul mundur.

Musim semi 619, Shibi Khan berencana untuk melakukan serangan besar-besaran ke wilayah Tiongkok. Liang bersama seorang pemimpin pemberontak lain bernama Liu Wuzhou, Dingyang Khan, setuju untuk bergabung dalam serangan ini. Namun sebelum rencana itu terlaksana, Shibi Khan meninggal tahun itu juga, ia diteruskan oleh adiknya, Ashina Qilifu dengan gelar Chuluo Khan. Kepala suku baru ini membatalkan rencana penyerangan setelah pemerintah Tang menyuapnya dengan sejumlah upeti. Liang pun akhirnya sekali lagi menyerang Lingzhou sendirian dan kembali menemui kegagalan. Musim gugur 619, ia menyerang Yanzhou (wilayah Yan’an) yang sebelumnya telah menyatakan tunduk pada Tang, tetapi ia berhasil dihalau oleh Jenderal Duan Decao dari Tang. Musim gugur tahun berikutnya, Liang juga menyerbu wilayah Tang bersama Tujue Timur, tetapi kembali dipukul mundur oleh Duan. Sementara itu, Guo Zihe juga memutuskan aliansinya dengan Liang dan Tujue Timur lalu menyerah pada Dinasti Tang dan mencaplok kota Ningshuo (sekarang wilayah Yulin) milik Liang. Sebagai balasannya, Tujue Timur memenjarakan saudara Guo, Guo Zisheng, dan Guo mundur ke selatan untuk menghindari serbuan mereka.

Pada awal 620, dua jenderal Liang, yaitu Zhang Ju dan Liu Min membelot ke Tang, pada saat itu pula pemerintah Tang berhasil mengalahkan Liu Wuzhou. Situasi ini membuat Liang semakin gelisah, ia yakin cepat atau lambat dirinya akan menjadi sasaran berikutnya. Maka ia mengutus bawahannya, Liu Jilan untuk meminta Chuluo Khan agar mengambil tindakan pendahuluan terhadap pemerintah Tang sebelum kekuatan mereka semakin kuat dan sulit dikendalikan. Chuluo Khan menyetujui rencana ini, ia menyusun rencana besar untuk menyerang wilayah Tang dari berbagai penjuru dan menjalin kerjasama dengan Suku Xi dan pemimpin pemberontak lainnya bernama Dou Jiande, Pangeran Xia. Namun sebelum rencana ini terlaksana, Chuluo Khan meninggal dan ia diteruskan oleh Ashina Duobi yang mengambil gelar Jiali Khan.

Musim semi 622, Duan kembali menyerang Liang dan berhasil menduduki bagian timur Shuofang, ibu kota Liang memaksanya mundur ke bagian barat kota. Duan baru mundur ketika bala bantuan dari Tujue Timur tiba. Kemudian Liang mengirim adiknya, Liang Luo’er bersama Tujue Timur menyerang Lingzhou, tetapi mereka dipukul mundur oleh Jenderal Li Daozong dari Tang.

Akhir pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Musim semi 623, Liang kembali mendapat pukulan berat dengan membelotnya dua jenderalnya yang lain, He Sui dan Suo Tong ke pihak Tang. Keduanya menyerahkan diri beserta wilayah yang mereka kuasai. Musim panas tahun itu, Duan Decao menyerbu wilayahnya, ia berhasil mencapai Shuofang, tetapi mundur setelah menjarah wilayah tersebut. Liang membalasnya dengan mengirim jenderalnya, Xin Liao’er memandu Tujue Timur menyerang Linzhou (sekarang Qingyang) dan ia sendiri bersama pasukan Tujue lainnya menyerang Kuangzhou (sekarang wilayah Yulin).

Musim gugur 624, Bai Fuyuan, seorang pejabat penting Liang, membelot ke Tang. Tahun 626, di pihak Tang meletus Kudeta di Gerbang Xuanwu, dimana putra kedua Li Yuan, Li Shimin, membunuh dua saudaranya, Putra Mahkota Li Jiancheng dan adiknya, Li Yuanji. Dua bulan kemudian Li Yuan turun tahta dan menyerahkan mahkota pada Li Shimin yang naik tahta sebagai Kaisar Tang Taizong. Liang melihat kesempatan baik dalam konflik internal itu, tetapi di pihaknya kekuatannya pun sudah terlalu lemah, maka ia menyarankan Jiali Khan untuk menyerang Tang. Jiali Khan bersama keponakannya, Tuli Khan (Ashina Shibobi) bergabung menyerang ibu kota Chang’an, tetapi akhirnya menarik mundur pasukannya setelah Kaisar Taizong menemui mereka secara pribadi dan menawarkan upeti tambahan.

Kematian[sunting | sunting sumber]

Sejak itu Tujue Timur mulai dilanda perpecahan internal karena siasat adu domba dan hadiah-hadiah yang diberikan pemerintah Tang pada mereka yang membuat para pemimpinnya makin besar kepala. Merekapun sudah tidak sanggup melindungi Liang karena terlalu sibuk bertengkar sesama mereka sendiri. Kaisar Taizong beberapa kali mengirim surat pada Liang, membujuknya agar menyerah, tetapi selalu ditolak. Kaisar Taizong pun mengirim pasukannya untuk menyerang wilayah Liang secara berkala, pasukan Tang merusak sawah dan ladang di wilayah Liang untuk mengganggu persediaan pangannya. Agen-agen Tang mulai menyusup ke wilayah Liang untuk mengadu domba Liang dan para bawahannya.

Pada musim panas 628, setelah beberapa suku Qidan menyerah pada Tang, Jiali Khan menawarkan untuk menukar Liang dengan suku-suku itu, tetapi Kaisar Taizong menolaknya. Tahun itu juga, Kaisar Taizong mengirim adik iparnya, Chai Shao dengan dibantu oleh Xue Wanjun, Liu Lancheng, dan Liu Min (mantan bawahan Liang) menyerbu Shuofang. Pasukan itu mengalahkan Tujue Timur dalam waktu singkat dan mengepung Shuofang. Tujue Timur tidak dapat berbuat banyak membuyarkan kepungan itu. Setelah persediaan makanan dalam kota habis, sepupu Liang, Liang Luoren, membunuhnya dan menyatakan menyerah pada pasukan Tang. Dengan kematian Liang, Dinasti Tang berhasil kembali mempersatukan Tiongkok yang terpecah-belah pasca keruntuhan Sui.