Iskandar dari Johor

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mahmud Iskandar
Al-Mutawakkil Alallah
Yang di-Pertuan Agong Malaysia Ke-8
Sultan Johor Darul Takzim
سلطان إسکندر إبن المرحوم سلطان إسماعيل
Potret Resmi
Yang di-Pertuan Agong ke-8
Berkuasa26 April 1984 – 25 April 1989[1]
PendahuluSultan Haji Ahmad Shah Al-Musta’in Billah Ibni Al-Marhum Sultan Abu Bakar Ri'Ayatuddin Al Mu'azzam Shah
PenerusSultan Azlan Muhibbuddin Shah Ibni Al-Marhum Sultan Yusuff Izzuddin Shah Ghafarullahu-lah
WaliTunku Mahkota Ibrahim Ismail
Sultan Johor ke-4
Berkuasa11 Mei 1981 - 22 Januari 2010
PendahuluSultan Ismail Al Khalidi
PenerusSultan Ibrahim Ismail
Informasi pribadi
Kelahiran(1932-04-08)8 April 1932
Johor Bahru, Johor, Malaya Britania
Kematian22 Januari 2010(2010-01-22) (umur 77)
Johor Bahru, Johor, Malaysia
Pemakaman23 Januari 2010
Mahmoodiah Royal Mausoleum, Johor Bahru, Johor
WangsaWangsa Temenggong (Johor)
Nama lengkap
Mahmud Iskandar Al-Haj ibni Ismail Al-Khalidi[2]
Nama takhta
Duli Yang Maha Mulia Baginda Al Mutawakkil Alallah Sultan Mahmud Iskandar Al Haj Ibni Al-Marhum Sultan Sir Ismail Al Khalidi
Nama anumerta
Al Marhum Duli Yang Maha Mulia Baginda Al Mutawakkil Alallah Sultan Mahmud Iskandar Al Haj Ibni Al Marhum Sultan Sir Ismail Al Khalidi
AyahSultan Ismail Al Khalidi Ibni Al Marhum Sultan Sir Ibrahim Al Masyhur
IbuSultanah Ungku Tun Aminah
PasanganKalsom binti Abdullah[3]
née Josephine Trevorrow (1956–1962)
Sultanah Zanariah Binti Almarhum Tengku Ahmad Panglima Raja (1961–2010)
Anak1. Tunku Puteri Kamariah Aminah Maimunah Iskandariah
2. Tunku Besar Zabedah Aminah Maimunah Iskandariah
3. Sultan Ibrahim Ismail
4. Tunku Azizah Aminah Maimunah Iskandariah
5. Tunku Mariam Zahrah
6. Tunku Norani Fatimah
7. Tunku Maimunah Ismailiah
8. Tunku Aris Bendahara Johor Tunku Abdul Majid
9. Tunku Muna Najiah
10. Tunku Aminah Kalsom Iskandariah
AgamaSunni Islam[1]

Duli Yang Maha Mulia Baginda Al Mutawakkil Alallah Sultan Iskandar Al Haj Ibni Al Marhum Sultan Sir Ismail Al Khalidi (8 April 1932 – 22 Januari 2010) merupakan Yang di-Pertuan Agong Malaysia yang ke-8, ia berkuasa dari tanggal 26 April 1984 hingga 25 April 1989. Sultan Iskandar berasal dari Johor Darul Ta'zim.

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Merupakan putra sulung Sultan Ismail ibni Almarhum Sultan Ibrahim dengan permaisurinya Sultanah Aminah binti Ungku Ahmad, ia dinamai Tunku Mahmood Iskandar.

Sultan Iskandar telah bercerai dengan Josephine Trevorrow, dan kemudiannya menikah dengan Tengku Zanariah binti Tengku Panglima Raja Ahmad dari kerabat negeri Kelantan. Tengku Zanariah adalah istrinya yang bergelar sebagai Raja Permaisuri Agong dan Permaisuri Johor.

Tokoh kontroversial[sunting | sunting sumber]

Sebelum menjabat sebagai Sultan atau Yang Dipertuan Agong, dari periode tahun 1980-an hingga awal 1990-an, reputasinya sedikit banyak dirusak oleh sejumlah dugaan insiden kontroversial yang sesekali mendapat perhatian media. Salah satu insiden paling awal adalah hilangnya statusnya sebagai Putera Mahkota atau Tunku Mahkota Johor pada tahun 1961 yang baru sebelumnya baru ia jabat selama 2 tahun diduga karena perilaku buruknya[4] setelah laporan rahasia yang menyebutkan bahwa ia memenjarakan polisi diketahui oleh Sultan. Setelah kejadian itu, adik laki-lakinya, Tunku Abdul Rahman diangkat sebagai pewaris takhta Johor dengan gelar Tunku Mahkota. Pada 1966, Sultan Ismail melantik Tunku Mahmud Iskandar sebagai Raja Muda yang merupakan sebuah pangkat yang berada pada garis ke-2 suksesi pewaris takhta dibawah adiknya[5]

Terkait pengangkatannya sebagai Tunku Mahkota Johor untuk yang kedua kalinya mendapat penolakan dari beberapa kelompok yang mempertanyakan keabsahan keputusan tersebut dikarenakan mereka menyaksikan bahwa pengangkatan Tunku Mahmud Iskandar dilakukan disaat Sultan Ismail telah mengalami koma. Menurut catatan Sultan Ismail mengalami koma sejak 8 Mei 1981 tepatnya 3 hari sebelum kematiannya.

Perselisihan ini kemudian berlanjut disaat Menteri Besar Johor Tan Sri Dato' Othman Saat mempertanyakan legitimasi Sultan Iskandar atas takhta negeri Johor. Sebagai bentuk tindak lanjut dari sikap Menteri Besar Othman Saat, Sultan Iskandar kemudian mengeluarkan titah untuk mengosongkan kantor Menteri Besar dalam 24 jam tak lama setelah kemangkatan Sultan Ismail. Selain itu juga, Sultan Iskandar kemudian mencabut hak atas tanda kehormatan yang telah diberikan kepada Othman Saat dan diminta untuk mengembalikan seluruh tanda kehormatan tersebut[6]. Atas perintah Sultan Johor itu, Othman Saat kemudian melakukan pengosongan kantor Menteri Besar walaupun Sultan Iskandar kemudian tidak melakukan pemecatan seperti yang dia katakan sebelumnya. Tan Sri Othman Saat kemudian baru mengundurkan diri dari jabatan Menteri Besar pada tahun 1982.

Kemangkatan[sunting | sunting sumber]

Sultan Iskandar mangkat pada 22 Januari 2010 pukul 19.15 di Rumah Sakit Spesialis Puteri, Johor Bahru. Baginda mangkat setelah sebelumnya pada pagi hari ia dirawat karena sakit pada usia 77 tahun[7]. Kemangkatan Sultan Johor itu kemudian diumumkan secara resmi oleh Menteri Besar Johor saat itu, Dato' Abdul Ghani Othman pada pukul 23.20 dan diumumkan bahwa bendera Johor Darul Takzim dikibarkan separuh tiang mulai pukul 06.00 hingga 18.00 malam. Jenazah Almarhum Sultan Iskandar kemudian dibawa ke Istana Besar, Johor Bahru untuk disemayamkan serta memperbolehkan untuk kepada seluruh kalangan baik kerabat diraja, pejabat, dan rakyat untuk memberikan penghormatan terakhir. Jenazahnya kemudian dibawa ke Makam Diraja Mahmoodiah pada 23 Januari 2010 pada pukul 14.00.

Di antara yang turut hadir adalah Yang Dipertuan Agong Al Wathiqu Billah Tuanku Mizan Zainal Abidin dan Raja Permaisuri Agong Sultanah Nur Zahirah, Sultan Brunei Sultan Hassanal Bolkiah, Raja Perlis Tuanku Syed Sirajuddin Putra Jamalulail, Sultan Pahang Sultan Haji Ahmad Shah Al Musta'in Billah, Sultan Kedah Sultan Abdul Halim Mu'adzam Shah, Sultan Perak Sultan Azlan Muhibbuddin Shah, Sultan Selangor Sultan Sharafuddin Idris Shah, Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan Tuanku Muhriz, Pemangku Raja Perlis Tuanku Syed Faizuddin Putra Jamalullail, Tengku Mahkota Pahang Tengku Abdullah, dan Tengku Mahkota Kelantan Tengku Muhammad Faris Petra. Perdana Menteri, Dato' Sri Najib Razak yang saat itu melakukan kunjungan ke India mempersingkat kunjungan nya dan menghadiri pemakaman almarhum Sultan Iskandar. Selain itu, turut hadir pula Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan Menteri Senior Goh Chok Tong.

Tanda Kehormatan[sunting | sunting sumber]

Tanda Kehormatan Johor[sunting | sunting sumber]

Tanda Kehormatan Malaysia[sunting | sunting sumber]

Tanda Kehormatan Luar Negeri[sunting | sunting sumber]


Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Karim et al. (1990), pg 359
  2. ^ Tan, Chee Khoon (1985), pg 29
  3. ^ The Who's who in Malaysia (1967), pg 198
  4. ^ Johore and the Origins of British Control, Nesalamar Nadarajah, pg 128
  5. ^ Tengku is spelled as in Johor. Tengku Ahmad Rithauddeen: His Story, K.N. Nadarajah, pg 50
  6. ^ "Sultan Titah Serah Pingat" (PDF). Berita Harian (dalam bahasa Malay). Perdana Leadership Foundation. 4 May 1982. Diakses tanggal 16 October 2020. 
  7. ^ "Sultan of Johor passes away (Updated)". The Star. Malaysia. 23 January 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 January 2010. Diakses tanggal 22 January 2010. 
  8. ^ "2 kehormata kpd Menteri Besar Johor". Berita Harian. 28 October 1959. hlm. 8. 
  9. ^ Johore Sultan honours 456 on his birthday. New Straits Times. 28 October 1975. 
  10. ^ "DK I 1985". awards.selangor.gov. 
  11. ^ "Brunei award for King". The Straits Times. 8 August 1988. 
  12. ^ "King Confers Award on President Suharto". Malaysian Digest. Vol. 18 no. 2. Kuala Lumpur: Federal Department of Information, Malaysia. February 1987. hlm. 3. 
  13. ^ แจ้งความสำนักนายกรัฐมนตรี เรื่อง ถวายเครื่องราชอิสริยาภรณ์ราชมิตราภรณ์ แด่ สมเด็จพระราชาธิบดีแห่งประเทศมาเลเซีย (PDF) (dalam bahasa Thai). ratchakitcha.soc.go.th. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 December 2014. Diakses tanggal 31 December 2014. 
  14. ^ "johor15". www.royalark.net. Diakses tanggal 2024-01-17. 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Sultan Ahmad Shah
(Sultan Pahang)
Yang di-Pertuan Agong
(Raja Malaysia)

26 April 1984 – 25 April 1989
Diteruskan oleh:
Sultan Azlan Shah
(Sultan Perak)
Didahului oleh:
Sultan Ismail
Sultan Johor
1973-2010
Diteruskan oleh:
Sultan Ibrahim Ismail