Hamengkubuwana VIII

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hamengkubuwana VIII
ꦲꦩꦼꦁꦏꦸꦨꦸꦮꦤ꧇꧘꧇
Sri Sultan Hamengkubuwana VIII
potret Hamengkubuwana VIII (c. 1929)
Sultan Yogyakarta
ke-8
Bertakhta8 Februari 1921 - 22 Oktober 1939
Penobatan8 Februari 1921 (Selasa Kliwon, 29 Jumadil Awal Alip 1851)
PendahuluSultan Hamengkubuwana VII
PenerusSultan Hamengkubuwana IX
Informasi pribadi
KelahiranGusti Raden Mas Sujadi
(1880-03-03)3 Maret 1880
Kraton Yogyakarta
Kematian22 Oktober 1939(1939-10-22) (umur 59)
RS Panti Rapih, Yogyakarta[1]
Pemakaman
WangsaMataram
Nama lengkap
Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga 'Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Wolu ing Ngayogyakarta Hadiningrat
AyahSultan Hamengkubuwana VII
IbuGusti Kanjeng Ratu Hemas[1](Permaisuri kedua)
PermaisuriKanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara
AgamaIslam

Sri Sultan Hamengkubuwana VIII (3 Maret 1880 – 22 Oktober 1939, lahir dengan nama Gusti Raden Mas Sujadi) adalah salah seorang raja di Kesultanan Yogyakarta tahun 1921-1939. Beliau dinobatkan menjadi Sultan Yogyakarta pada 8 Februari 1921. Pada masa Hamengkubuwono VIII, Kesultanan Yogyakarta mempunyai banyak dana yang dipakai untuk berbagai kegiatan termasuk membiayai sekolah-sekolah kesultanan. Putra-putra Hamengkubuwono VIII banyak disekolahkan hingga perguruan tinggi, banyak diantaranya di Belanda. Salah satunya adalah GRM Dorojatun, yang kelak bertakhta dengan gelar Hamengkubuwono IX, yang bersekolah di Universitas Leiden.

Karier[sunting | sunting sumber]

Pada masa pemerintahannya, ia banyak mengadakan rehabilitasi bangunan kompleks keraton Yogyakarta. Salah satunya adalah Bangsal Pagelaran yang terletak di paling depan sendiri (berada tepat di selatan Alun-alun utara Yogyakarta). Bangunan lainnya yang direhabilitasi adalah tratag Siti Hinggil, Gerbang Donopratopo, dan Masjid Gedhe. Ia juga merupakan salah satu orang pertama dari kalangan politikus papan atas Kota Yogyakarta yang mendukung perjuangan Kh. Ahmad Dahlan dalam pembentukan Muhammadiyah sebagai bentuk loyalitasnya pada Islam.

Kematian[sunting | sunting sumber]

Ia meninggal pada tanggal 22 Oktober 1939 di kereta api di daerah Wates, Kulon Progo dalam perjalanan pulang dari Jakarta untuk menjemput Gusti Raden Mas Dorojatun dari Belanda. Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa ia meninggal dunia di rumah sakit Onder de Bogen (kini Rumah Sakit Panti Rapih) setelah jatuh sakit di dalam kereta api di wilayah Kroya. Gusti Raden Mas Dorojatun yang belum sempat menyelesaikan sekolahnya, mendadak dipanggil pulang. Di Batavia, Sultan menyerahkan keris Kyai Ageng Joko Piturun kepada Gusti Raden Mas Dorojatun sebagai tanda suksesi kerajaan, sekaligus sebagai isyarat bahwa Gusti Raden Mas Dorojatun-lah yang kelak akan menggantikan sebagai Sultan.

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Gelar dan tanda kehormatan[sunting | sunting sumber]

  • Grand Cross of the Order of Orange-Nassau (1937)
  • Commander of the Order of the Netherlands Lion (1925)
  • Grand Cross of the Order of the Wendish Crown of Mecklenburg
  • Grand Cross of the Royal Order of Cambodia
  • Grand Cross of the Order of the Black Star of Benin of France
  • Knight Commander of the Most Noble Order of Thailand (1929)
  • Grand Officer of the Order of Leopold II of Belgium
  • Commander 1st Class of the Order of Vasa of Sweden
  • Grand Officer of the Order of the Million Elephants and White Parasol of Luang Prabang (Laos)

Lambang kebesaran[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1921, saat Hamengkubuwana VIII naik takhta, ia mengajukan perubahan heraldika Kesultanan, yang sebelumnya masih mengadopsi lambang Kerajaan Belanda. Ia berkeinginan untuk membuat lambang keraton sendiri yang mengangkat cita rasa lokal sehingga mampu menumbuhkan identitas yang tidak lagi mengikuti lambang Belanda.[2]

Lambang Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
Deskripsi
Cihnaning pribadhi Sultan Hamengkubuwana VIII
Mustaka
Songkok dengan sumping Emas
Perisai
Merah, aksara Jawa Ha-Bha Emas, di bagian bawah angka Jawa 8 Emas.
Penyokong
Sepasang sayap Emas dengan 8 helai

Silsilah[sunting | sunting sumber]

Sri Sultan Hamengkubuwana VIII
  • Putra keduapuluh tiga dari Hamengkubuwana VII (Sinuhun Behi) dan permaisuri keduanya, Gusti Kanjeng Ratu Hemas.
  • Memiliki delapan istri:
  1. Raden Ayu Siti Katina, putri Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi, tahun 1907.
  2. Bendara Raden Ayu Purya Aningdiya
  3. Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya
  4. Bendara Raden Ayu Srengkara Aningdiya
  5. Raden Ayu Kustilah/Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamangkunegara/Kanjeng Ratu Alit, putri Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi (putra Hamengkubuwana VI).
  6. Bendara Raden Ayu Rukmi Aningdiya
  7. Kanjeng Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum
  8. Bendara Raden Ayu Ratna Puspita
  • Memiliki dua puluh empat putra:
  1. Bendara Raden Mas ... dari Bendara Raden Ayu Purya Aningdiya, meninggal sebelum sempat diberi nama.
  2. Bendara Raden Mas Mustari dari Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya
  3. Mayor Bendara Raden Mas Jartabitu/Kanjeng Gusti Pangeran Hangabehi dari Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya, menikah dengan Bendara Raden Ayu Siti Mustakirun.
  4. Kapten Bendara Raden Mas Sungangusamsi/Gusti Bendara Pangeran Harya Purbaya dari Bendara Raden Ayu Srengkara Aningdiya, menikah dengan Bendara Raden Ayu Madusari/Raden Ayu Purbaya.
  5. Bendara Raden Mas Sumeru/Gusti Bendara Pangeran Harya Dhanupaya dari Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya
  6. Bendara Raden Mas Sudiarsa dari Bendara Raden Ayu Purya Aningdiya
  7. Bendara Raden Mas Kartala/Gusti Bendara Pangeran Harya Mangkudiningrat dari Bendara Raden Ayu Purya Aningdiya, menikah dengan Raden Ajeng Sumani dan menikah dengan Raden Ajeng Amiratna/Bendara Raden Ayu Mangkudiningrat, putri kedua dari Paku Alam VI dan Kanjeng Gusti Timur (putri Paku Alam III).
  8. Bendara Raden Mas Tinggartala/Gusti Pangeran Harya Prabuningrat dari Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya
  9. Gusti Raden Mas Dorojatun/Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara/Kanjeng Ratu Alit.
  10. Bendara Raden Mas Duryatnanu dari Bendara Raden Ayu Purya Aningdia
  11. Bendara Raden Mas Mahikyaun/Gusti Bendara Pengeran Harya Suryawijaya dari Bendara Raden Ayu Rukmi Aningdiya
  12. Bendara Raden Mas Rais ul-Ngah Askari/Gusti Bendara Pangeran Harya Bintara dari Bendara Raden Ayu Srengkara Aningdiya
  13. Bendara Raden Mas Alpasuatlamin/Gusti Bendara Pangeran Harya Suryabrangta dari Bendara Raden Ayu Purya Aningdiya
  14. Bendara Raden Mas Mupasalukatini dari Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya
  15. Bendara Raden Mas Ila ul-Kirami/Gusti Bendara Pangeran Harya Murdaningrat dari Bendara Raden Ayu Srengkara Aningdiya
  16. Bendara Raden Mas Makan ul-Munayati/Gusti Bendara Pangeran Harya Pujakusuma dari Bendara Raden Ayu Purya Aningdiya
  17. Bendara Raden Mas Pel ul-Kuluki/Gusti Bendara Pangeran Harya Suryaputra dari Kanjeng Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum
  18. Bemdara Raden Mas Sunwata/Gusti Bendara Pangeran Harya Hadiwijaya dari Bendara Raden Ayu Ratna Puspita
  19. Bendara Raden Mas Sahadatsatir dari Bendara Raden Ayu Ratna Puspita
  20. Bendara Raden Mas Hening/Gusti Bendara Pangeran Harya Yudhanegara dari Kanjeng Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum
  21. Bendara Raden Mas Dr. Banakamsi/Gusti Bendara Pangeran Harya Dr. Dipayana dari Bendara Raden Ayu Tejaningrum
  22. Bendara Raden Ayu Satriya/Gusti Bendara Pangeran Benawa dari Kanjeng Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum
  23. Bendara Raden Mas Danangjaya dari Kanjeng Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum
  24. Bendara Raden Mas Rabinharyani/Gusti Bendara Pangeran Harya Puger dari Bendara Raden Ayu Ratna Puspita
  • Memiliki tujuh belas putri:
  1. Bendara Raden Ajeng Gusti Siti Sundarumiya/Gusti Kanjeng Ratu Pembayun dari Bendara Raden Ayu Purya Aningdiya, menikah dengan Bendara Pangeran Harya Pakuningrat (putra tertua Kanjeng Gusti Raden Mas Putra/Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Hamengkunegara)
  2. Bendara Raden Ajeng Siti Sayadi/Gusti Bendara Raden Ayu Sinduraja dari Bendara Raden Ayu Purya Aningdiya, menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Sinduraja.
  3. Bendara Raden Ajeng Siti Sadari/Gusti Bendara Raden Ayu Purbawinata dari Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya, menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Purbawinata/Kanjeng Pangeran Harya Purbawinata.
  4. Bendara Raden Ajeng Siti Kadarmi/Gusti Bendara Raden Ayu Jayaningrat dari Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya, menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Jayaningrat.
  5. Bendara Raden Ajeng Siti Kajananywa/Gusti Bendara Raden Ayu Jayawinata dari Bendara Raden Ayu Srengkara Aningdiya, menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Jayawinata.
  6. Bendara Raden Ajeng Siti Mutasangilun dari Bendara Raden Ayu Srengkara Aningdiya
  7. Bendara Raden Ajeng Siti Nuriwadina/Gusti Bendara Raden Ayu Chandradiningrat dari Bendara Raden Ayu Srengkara Aningdiya, menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Chandradiningrat.
  8. Bendara Raden Ajeng Siti Kuswanayi/Gusti Bendara Raden Ayu Cakradiningrat dari Bendara Raden Ayu Rukmi Aningdiya, menikah dengan Gusti Bendara Pangeran Harya Cakradiningrat (putra dari Kanjeng Gusti Raden Mas Putra/Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Hamengkunegara).
  9. Bendara Raden Ajeng Siti Sriwayati/Gusti Bendara Raden Ayu Purbasaputra dari Bendara Raden Ayu Srengkara Aningdiya, menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Purbaseputra.
  10. Bendara Raden Ajeng Siti Swandari/Gusti Bendara Raden Ayu Purwadiningrat dari Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya, menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Purwadiningrat.
  11. Bendara Raden Ajeng Siti Hilal ul-Ngasarati/Gusti Bendara Raden Ayu Kusumadiningrat dari Bendara Raden Ayu Puspitaningdiya, menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Kusumadiningrat.
  12. Bendara Raden Ajeng Siti Sutyanti/Gusti Bendara Raden Ayu Jayaningrat dari Kanjeng Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum, menikah dengan Ir. Raden Puspaharsana Jayaningrat.
  13. Bendara Raden Ajeng Siti Padmasari/Gusti Bendara Raden Ayu Sumarman dari Kanjeng Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum, menikah dengan Raden Sumarman, S.H.
  14. Bendara Raden Ajeng Siti Wayarini dari Bendara Raden Ayu Ratna Puspita
  15. Bendara Raden Ajeng Siti Prayuti dari Bendara Raden Ayu Ratna Puspita
  16. Bendara Raden Ajeng Siti Widyastuti/Gusti Bendara Raden Ayu Andayaningrat dari Kanjeng Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum, menikah dengan Raden Suwarna Andayaningrat.
  17. Bendara Raden Ajeng Siti Sutarnin dari Bendara Raden Ayu Ratna Puspita

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Biografi singkat HB VIII Diarsipkan 2020-08-07 di Wayback Machine.. kratonjogja.id. 2019. Diakses tanggal 18/07/2019
  2. ^ Media, Kompas Cyber (2022-03-20). "Sejarah dan Makna Lambang Keraton Yogyakarta yang Dibuat Tahun 1921 Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-30. Diakses tanggal 2023-06-30. 
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Hamengkubuwono VII
Raja Kesultanan Yogyakarta
1921-1939
Diteruskan oleh:
Hamengkubuwono IX